Segala hal tentang lautan pasti Laut suka, karena Laut sendiri seorang Thallasophile.
Laut adalah seorang pemuda yang mengesampingkan perasaannya sendiri dan memilih menjadi tempat cerita bagi orang-orang yang punya banyak masalah.
Tak terkecuali...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Azzaidan Laut Mahendra
• • •
"Mendahului takdir nggak bikin masalah lo selesai. "
ʕ≧ᴥ≦ʔ
"Gila lo!" bentak Laut. Ia menarik paksa seseorang yang tengah menghadang truk di tengah jalan raya ke trotoar.
"Lepasin gue! Gue nggak butuh pertolongan lo," jawabnya dengan nada kesal. Lantas, gadis itu melepas kasar jemari Laut di pergelangan tangan mungilnya.
Laut menghela napas, kemudian membalikkan badan gadis di hadapannya hingga menghadap ke arahnya. Ia menatap lekat manik perempuan berambut acak-acakan serta bibir pucat tersebut.
"Jangan mendahului takdir karena itu gak bakal nyelesein masalah lo. Bahkan Allah aja gak suka hambanya menyakiti diri sendiri dan lo dengan gampangnya mau hancurin badan lo? Otak lo dimana?" ucap Laut.
Gadis itu diam sembari semakin menundukkan pandangan matanya.
"Seharusnya lo bersyukur masih diberi kesehatan dan kesempatan buat menjalani hari ini bukan malah menyerah. Banyak orang di luar sana yang pengen hidup sehat kaya lo tapi mereka diberi ujian sama Allah." Sambung Laut dengan nada sangat lembut. Ah, perempuan mana yang tidak akan luluh ketika mendengar kelembutan tutur Laut.
Perempuan di hadapan Laut perlahan menaikkan pandangan maniknya, dengan sorot sayu serta bendungan air mata yang hampir tumpah, ia berusaha memberikan jawaban. "Tapi lo nggak tau seberapa hancurnya mental seseorang," jawabnya dengan suara hampir tercekat.
"Iya, gue tau, mental orang beda-beda. Ada yang kuat ada yang lemah. Tapi bukan berarti ketika mental kita lemah kita harus nyerah dan putus asa 'kan?" Laut mengangkat kedua tangannya lalu menaruh di kedua pundak gadis itu.
Matanya tak luput menatap dalam manik orang di depannya, "capek boleh, nyerah jangan. Lo cuma butuh istirahat, tidur yang cukup dan beribadah yang rajin." Laut tersenyum simpul setelahnya.
ʕ≧ᴥ≦ʔ
"Ta, temen kamu yang rumahnya di bibir pantai itu namanya siapa ya?" tanya seorang paruh baya seraya membetulkan kacamata yang ia kenakan.
"Laut Pa," sahut Semesta enteng.
Hardi mengalihkan pandangan matanya dari koran yang sedang ia baca pada anak sulungnya, "iya maksud Papa temen kamu yang tinggal di sekitar laut,"