Haiii
Happy Reading!
•
•
•"Kesempatan kedua itu ada. Nggak semua kesalahan harus dihakimi berlarut-larut," -Leonara
ʕ≧ᴥ≦ʔ
Sepertinya langit begitu rindu kepada bumi, bisa dilihat seluruh kota digulung awan hitam pekat. Langkah Semesta sempat terhenti namun tidak lama, hanya beberapa detik saja.
Rupanya lelaki berambut acak itu menelisik ke sebrang jalan, ke arah lampu merah. Di sana, sosok anak kecil berpakaian lusuh serta badan kurus tengah menjajakan kerupuk kepada tiap pasang mata yang melewati dirinya. Tak hanya itu, di samping bocah lusuh tersebut terdapat dua payung, yang Semesta taksir akan dijadikan ojek payung oleh bocah itu.
Langkah Semesta buru-buru mengikis jarak antara dirinya dan bocah itu. Sebentar lagi hujan, Semesta tidak akan tega jika melihat bocah lusuh di sebrang sana tetap berjualan. Hatinya juga punya rasa iba.
"Dek," panggil Semesta pada adik kecil tersebut.
Anak kecil berbaju lusuh itupun menoleh antusias dengan mata berbinar. Sangat ketara jika tatapan itu penuh harap. "Iya kak, mau beli kerupuk aku?"
Semesta menarik sudut bibirnya ke atas, "iya, boleh? Sekalian beli payungnya." Lalu Semesta berjongkok untuk menyetarakan tingginya dengan bocah kecil di depannya.
Bocah itu meringis girang, "boleh kak! Tapi payungnya nggak aku jual, ini buat aku ngojek payung biar kalo kerupuknya nggak laku aku masih bisa pulang bawa uang buat adik-adik aku makan." Air mukanya berubah kala mengucapkan kata terakhir.
Semesta jadi tak enak lantas berusaha memecah rasa itu. Tangan Semesta naik, memegang kedua bahu bocah kecil di hadapannya. "Hem, yaudah kalo gitu kakak pinjem buat hari ini boleh? Besok kakak dateng ke sini lagi buat kembaliin payung kamu,"
Bocah itu tampak menimang pernyataan Semesta beberapa saat sebelum akhirnya mengangguk setuju. "Boleh deh, kak. Asal jangan dirusakin." Dia tertawa ringan setelahnya.
Semesta pun ikut tertawa, "pasti!"
"Kalo gitu, kita pindah dulu yuk ke tempat yang lebih teduh, soalnya udah mau hujan. Di sana ada halte, kita bisa duduk dulu di sana." Ajak Semesta seraya menggandeng bocah lusuh tersebut menuju halte beberapa meter di depan sana.
Bocah tersebut pun manut. Mengikuti setiap langkah yang Semesta pijak. Sampai Semesta membiarkan bocah tersebut duduk terlebih dahulu.
Lalu setelahnya baru dirinya ikut duduk. Semesta menyerong, menatap ke arah bocah tadi, "nama kamu siapa?"
"Lana, kak. Kalo kakak?"
"Aku Semesta, panggil aja Asta." Lana tampak manggut-manggut mendengarnya.
"Kamu udah lama jualan kerupuk sambil ojek payung?" tanya Semesta sedikit keras sebab derasnya hujan mampu meredam suara.
"Udah kak, udah dari lima tahun yang lalu. Waktu aku umurnya baru enam tahun," Lana meringis setelahnya.
Terenyuh. Anak se-kecil Lana harus mencari uang sendiri di jalanan yang banyak bahaya? Lantas ke mana orang tua yang seharusnya menjaga anaknya, orang tua yang seharusnya mencukupi kebutuhan anaknya. Semesta tak habis pikir, ada orang tua semacam itu, membiarkan anaknya dalam bahanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Thallasophile|Senja Terakhir
Teen FictionSegala hal tentang lautan pasti Laut suka, karena Laut sendiri seorang Thallasophile. Laut adalah seorang pemuda yang mengesampingkan perasaannya sendiri dan memilih menjadi tempat cerita bagi orang-orang yang punya banyak masalah. Tak terkecuali...