TST 5| Derita

238 75 10
                                    

Hai apa kabar?

Jangan lupa vote+komen ya

Happy Reading!


ʕ≧ᴥ≦ʔ


Sampai di depan pintu Laut tak langsung mengetuknya. Melainkan menghela napas panjang mempersiapkan diri untuk mendengar cacian yang mungkin keluar dari mulut Mamanya.

Dirasa cukup berdiam, Laut mengangkat tangannya yang sudah mengepal. Lantas ia mengetuk pintu beberapa kali, sambil berkata, "Ma, Laut pulang bawa makanan sama uang,"

Tak menunggu lama, pintu langsung dibuka lebar dari dalam. Mata Elma berbinar ketika menemukan kantong plastik yang Laut tenteng, begitupula dengan dua lembar uang merah di tangan Laut.

Seperti orang serakah, Elma langsung merampas lembaran uang dan kantong kresek itu. Wanita dewasa itu langsung masuk dengan senyum merekah, hal itu disambut senyum lebar oleh Aldan dan Darmono.

"Makan enak nih kita!" ujar Aldan girang.

"Iy-" baru saja Laut ingin menjawab, Elma terlebih dahulu menatap ketus Laut lantas berucap, "kamu nunggu sisanya! Enak aja mau makan enak!"

Senyum yang hampir merekah ketika melihat keluarganya bahagia seketika menjadi senyum hambar, "iya," jawab Laut tanpa menolak.

"Ngapain masih berdiri di situ? Sana ke dapur ambilin nasi, piring, sama sendok buat kita makan!" titah Aldan. Sedangkan lelaki itu sudah duduk anteng di meja makan.

Laut menghela napas. Lagi-lagi ia tidak mendapat hak-nya sebagai seorang anak. Dengan sedikit kecewa, Laut melangkah ke dapur mengambil keperluan yang Aldan minta.

Tidak sampai lima menit Laut kembali ke meja makan sembari membawa nasi, piring serta sendok yang diminta.

Aldan tersenyum puas. "Gitu kek dari tadi gak usah nunggu gue perintah, jadi orang gak peka banget!" bukannya mendapat ucapan terimakasih tetapi malah dapat makian.

Begitulah santapan Laut sehari-hari, segala macam makian selalu terlontar dari sang kakak. Tak cukup dari Aldan, maka Darmono dan Elma tak ketinggalan ikut mencaci anaknya.

Laut diam tak menjawab. Ia masih berdiri. Mau ikut makan satu meja dengan keluarganya tapi tidak mungkin, mengingat Elma selalu mengusir Laut ketika Laut hendak makan bersama mereka.

"Minggir sana! Jangan bikin saya hilang selera makan!" ujar Darmono dengan nada tinggi.

Laut terjengit kaget, lalu dia pergi dari sana. Kalau boleh jujur, Laut juga lapar. Ia belum makan dari kemarin, dia hanya minum air putih.

Dari ruang tamu, tempat yang Laut pilih untuk duduk sembari menunggu sisa makanan, terdengar gurauan dari keluarga kecil tanpa dirinya. Laut mengintip, setelahnya Laut tertawa getir.

"Mereka bahagia kalo gue nggak ada, ya?" gumam Laut.

Hatinya sakit, tapi mengeluarkan suara pun sia-sia. Laut hanya anak yang tidak diinginkan di keluarga ini. Laut hanya menumpang hidup disini. Laut tak pernah mendapat kasih sayang dari orang tuanya seperti Aldan.

Percayalah, Laut hanya manusia biasa yang bisa rapuh. Laut hanyalah remaja biasa yang tidak bisa hidup tanpa kasih sayang. Laut iri, mengapa kedua orang tuanya tidak pernah memberikan kasih sayang padanya.

Manik Laut memanas, "udah biasa diasingin sama keluarga lo, jadi gak usah nangis! Lebay tau gak!" ujarnya pada diri sendiri.

Brak!

Thallasophile|Senja TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang