Haii!!!
Happy Reading!
•
•
•"Aku bahagia, aku senang, aku menikmati hari itu, tapi aku juga sedih. Sebab tak ada satupun dari keluargaku yang datang," -Laut
ʕ≧ᴥ≦ʔ
Mentari bersinar lebih terik dari biasanya, menciptakan hawa panas pada segerombol manusia di bibir pantai. Tak elak jika di antara mereka ada beberapa yang berpeluh. Persiapan untuk pesta kecil-kecilan sebelum Laut berangkat ke Sydney sudah hampir selesai.
Semua berkumpul dan sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Ada Jaegan dan Udin yang sibuk menggelar karpet di atas pasir namun terus tergulung akibat kurang komunikasi.
"Yang bener Din, aelah! Lo mah ngulur-ngulur waktu! Panas nih!" omel Jaegan yang hanya ditanggapi lirikan tajam oleh Udin.
Di sebelah sana, tepatnya di bawah pohon kelapa Hardi menaruh meja lipat yang ia bawa dari rumah lalu dengan segera Aini menyusul membawa beberapa camilan dan makanan berat yang sudah ia siapkan dari pagi-pagi buta.
Melirik di sebelah kanan Hardi dan Aini, ada Semesta yang asyik ngobrol dengan Lana. Iya, bocah kecil yang tinggal di jalanan itu. Semesta menjemputnya tadi pagi, sekalian, biar Lana turut merasakan pesta. Ya... meskipun kecil-kecilan. Sedangkan Lana, bocah itu terus mengeluarkan senyum sumringah di wajahnya. Dia begitu antusias hingga ikut membawa buket bunga yang ia buat sendiri.
Tak tertinggal Nara, Hakim, dan Rahmi pun sudah sampai. Mereka juga akan turut meramaikan pesta ini. Membayangkannya saja, sudah sangat asyik apalagi mereka yang ada di sana.
Jam arloji menunjukkan pukul 10.00, sesuai dengan waktu yang sudah ditentukan kemarin, Laut datang tepat waktu. Pemuda itu mengenakan kaos oblong berwarna cream dipadukan celana jeans panjang, seperti biasa penampilan Laut tetap terlihat lusuh meskipun mengenakan baju yang bagus sekalipun.
Ia mematung takjub setelah maniknya bergerilya ke seluruh tempat. Sangat indah, lebih indah dari apa yang ia bayangkan sebelumnya. Semua nampak begitu ceria, tak seperti dirinya yang datang dengan hati mengganjal. Tak ayal, syarat 200 juta itu masih mengelilingi pikiran Laut.
"Ayo sayang ke sini, jangan berdiri terus di situ!" seru Aini seraya mengudarakan tangannya melambai pada anak angkatnya.
Laut gelagapan sontak mengangguk. "I-iya Ma!" balasnya sembari setengah berlari menghampiri Aini.
Tak butuh waktu lama, Laut sudah bertengger beberapa senti di depan mata Aini. Perempuan dewasa itu langsung mengusap lembut kepala Laut penuh kasih sayang. "Mama kangen sama kamu," celetuk Aini.
Laut nyengir canggung, "Laut juga kangen Mama kok," balas Laut sekenanya.
Lantas Hardi menghampiri keduanya, tangan kekar pria dewasa itu menepuk pelan pundak Laut. "Gimana belajarnya? Semoga sukses ya, doa Papa selalu ada buat Laut!" kata Hardi.
Yang lagi-lagi berhasil membuat Laut merasa canggung. Mereka begitu tulus menyayangi Laut, bahkan sampai sejauh ini. Pemuda lusuh itu mengukir senyum manis di wajahnya.
"Aman kok Pa. Aamiin, makasih Pa,"
"Sama-sama,"
ʕ≧ᴥ≦ʔ
KAMU SEDANG MEMBACA
Thallasophile|Senja Terakhir
Teen FictionSegala hal tentang lautan pasti Laut suka, karena Laut sendiri seorang Thallasophile. Laut adalah seorang pemuda yang mengesampingkan perasaannya sendiri dan memilih menjadi tempat cerita bagi orang-orang yang punya banyak masalah. Tak terkecuali...