Haiii
Happy Reading!
ʕ≧ᴥ≦ʔ
Satu minggu telah berlalu, Laut masih setia menempati ruangan bernuansa biru laut pemberian keluarga Semesta. Sejujurnya ia tak enak hati menumpang di rumah sahabatnya, namun jikalau ia pulang luka fisiknya tidak akan kunjung sembuh. Ah, tenang saja, Laut akan kembali jika dirinya sudah benar-benar sembuh, persetan dengan hukuman apa lagi yang akan Aldan dan Darmono berikan.
Laut menoleh ke bawah, menengok Mama Aini yang tengah sibuk dengan tanaman miliknya. Tanpa pikir panjang, Laut beranjak dari balkon menuju taman belakang menyusul sang Mama. Mama angkat lebih tepatnya.
"Ma," panggil Laut kala pemuda itu sampai di taman belakang.
Aini menoleh dengan senyum mengambang sempurna. "Iya, sayang? Kenapa?" tanya Aini lembut.
Laut jadi ikut tersenyum, "nggak apa-apa. Laut cuma bosen aja di kamar,"
"Hem." Aini menaruh selang ke tempat semula lalu mematikan kran sebelum akhirnya perempuan dewasa itu mengikis jarak antara dirinya dan Laut.
"Duduk dulu sini," ujar Aini. Aini sendiri sudah terduduk di kursi tanpa sandaran taman belakang. Memang di taman belakang rumah Semesta ini tempatnya sangat sejuk, apalagi ditambah wangi bunga alami.
Laut mengangguk. Pemuda tersebut lantas menurut lalu ikut duduk di kursi sebrang Aini duduk.
"Kamu bosen ditinggal temen-temen kamu sekolah?" tanya Aini.
Dengan ragu Laut meringis, "i-iya, Ma. Soalnya nggak ada yang ganggu Laut. Rasanya sepi aja gitu,"
Lagi-lagi Aini mengulum senyum. "Nggak apa-apa, kan mereka sekolahnya cuma setengah hari. Masih ada Mama di rumah, jadi, kalo kamu bosan kamu bisa ngajak ngobrol Mama. Mungkin nggak ngurangin rasa bosan Laut tapi setidaknya Mama bisa mengulur waktu sampai Semesta pulang," ucap Aini sembari satu tangannya memegang pundak Laut.
"Iya, makasi Ma."
"Jangan makasih mulu, Mama nggak kasih kamu apa-apa. Oh iya, gimana kalo kamu pegang hp punya Papa yang udah nggak kepake? Masih bagus kok, kalo kamu mau nanti Mama ambilin, sayang masih bisa digunain tapi nggak dipake," tawar Aini.
Laut diam sejenak sebelum kemudian membuka bibir, "nggak apa-apa Ma? Laut jadi ngerepotin terus sama kalian." Entahlah, rasanya Laut jadi tidak enak.
"Ya nggak apa-apa. Tenang aja, sayang, anggap rumah ini adalah rumah kamu sendiri. Anggap Mama sama Papa itu keluarga kandung kamu. Anggap Semesta kakak kamu juga boleh." Aini terkekeh setelah mengucapkan kalimat terakhirnya. Mungkin lucu ya jika Semesta punya adik.
Laut ikut terkekeh renyah, "Semesta juga bilang gitu sama Laut. Kayaknya Laut emang ditakdirkan jadi adik angkatnya Semesta deh Ma,"
Aini lantas terbahak oleh jawaban Laut. Tentu membuat Laut kebingungan, rasanya tidak ada yang lucu dari ucapannya. Dan tidak ada yang salah dari perkataannya.
"Kamu ini lucu banget sih La, kan udah dari kamu kecil kamu jadi adik angkatnya Semesta kenapa baru nyadar sekarang?" Tangan Aini beralih, kini ia mencubit pelan hidung Laut karena gemas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Thallasophile|Senja Terakhir
Teen FictionSegala hal tentang lautan pasti Laut suka, karena Laut sendiri seorang Thallasophile. Laut adalah seorang pemuda yang mengesampingkan perasaannya sendiri dan memilih menjadi tempat cerita bagi orang-orang yang punya banyak masalah. Tak terkecuali...