TST 7| Tidak Peduli

188 78 16
                                    

Haiii

Minta vote nya ya sama komen

Happy Reading!

Happy Reading!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aldan Mahendra



"Nggak ada anak yang minta buat dilahirkan. Jadi, gak ada hak buat orangtua kasar sama anaknya,"

ʕ≧ᴥ≦ʔ

Baru saja Laut menginjakkan kakinya di pekarangan rumah, Darmono sudah menghadang anak itu dengan raut sangat marah.

Buru-buru Darmono bangkit berdiri dari kursi bambu yang ia duduki. Darmono langsung membanting botol kaca bekas alkohol tepat ke arah Laut berdiri.

Laut reflek mengangkat bahu seraya mengerjapkan matanya. Jika sudah seperti ini, Laut tidak berani melangkah lagi. Siap-siap saja tubuhnya akan bonyok sehabis kejadian sekarang.

"Tugas kamu itu kerja, cari uang yang banyak, bukan malah luntang-lantung mancing sama temen gak jelas! Kamu pikir duit dateng sendiri ke rumah kalo kamu gak kerja?!" cecar Darmono dengan nada tinggi.

Bisa dilihat, rahang pria dewasa itu mengeras sempurna dengan sorot mata mematikan. Seolah elang yang siap memangsa habis mangsanya.

Sedangkan Laut diam. Laut menundukkan kepalanya enggan menatap Darmono. Pasti ini semua buah dari laporan Aldan karena Aldan selalu mengawasi Laut hampir setiap hari ketika jam bekerja. Jika Laut sampai ketahuan tidak bekerja, ya... bakal seperti ini.

Darmono maju beberapa langkah dan bertengger tepat di hadapan Laut. Tangan kekar pria itu naik, jari jempol dan telunjuk Darmono mengapit janggut Laut. Lantas menariknya ke atas hingga tatapan Laut terhenti pada maniknya.

"Liat saya!" titah Darmono dengan nada keras.

Laut menurut, maniknya mengedar sampai terhenti tepat pada manik sang ayah.

"Kamu udah numpang di rumah saya, udah makan di rumah saya, udah saya besarin sampai sebesar ini, jangan bertindak seenaknya. Tugas kamu itu kerja, kerja, kerja! NGERTI GAK!" bentak Darmono. Ia melepas kasar jemarinya, membuat Laut ikut terhuyung ke belakang.

Laut tersenyum menyakitkan, "jadi selama ini Papa itung-itungan sama Laut?"

"Ya jelas! Saya tidak akan membiarkan harta saya di pakai kamu secuil pun. Kamu itu bukan anak yang saya mau! Jadi tidak usah berharap dapat kasih sayang dari saya, dan Mama kamu. Kamu itu pantasnya hidup di jalanan bukan disini. Karena utang budi kamu banyak sama saya, makanya saya masih berbaik hati kasih kamu tempat tinggal di sini!" balas Darmono panjang lebar.

Thallasophile|Senja TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang