TST 10| Gue Benci Lo

174 77 11
                                    

Hai

Tandai jika typo ya!

Selamat menyelam bersama Laut 🌊



"Lo boleh pukulin gue sepuasnya, tapi jangan bikin hati gue sakit karena ucapan lo, bang." -Laut

ʕ≧ᴥ≦ʔ

Gadis dengan langkah ringan berjalan menyusuri jalan sore. Rintik gerimis yang perlahan bertambah deras tak menghentikan pijakan kaki Nara.

Tujuannya belum sampai, tidak mungkin ia berhenti lalu kembali pulang sedangkan jalannya sudah sejauh ini. Senyum sumringah masih mengambang pada bibir tipis Nara.

Malah-malah Nara semakin merasa bahagia. Pertama kali dalam hidupnya, Nara bisa mandi hujan setelah 17 tahun dikurung dalam rumah. Dengan pakaian yang sudah basah kuyup oleh guyuran air hujan, Nara merentangkan kedua tangannya untuk menikmati setiap tetes yang jatuh pada bagian tubuhnya. Wajahnya pun menengadah ke atas di iringi senyuman yang semakin lebar.

"Jadi gini rasanya mandi hujan," ucap Nara.

Lantas, perempuan berambut lepek itu melanjutkan langkahnya setengah berlari sambil sesekali menari dalam lautan hujan. Faktanya, hujan se-nyaman dan se-indah itu bagi para pencintanya.

ʕ≧ᴥ≦ʔ

Laut menghembuskan napas kasar ketika Aldan kembali bertingkah. Sejak tadi, Aldan tak henti-hentinya menyuruh Laut mengerjakan beberapa hal.

Tepatnya setelah Laut selesai mencuci piring, Aldan menyuruh Laut untuk membuatkan secangkir kopi hangat untuknya. Lalu beralih menyuruh Laut untuk memijat seluruh badannya. Sedangkan Aldan hanya tersenyum puas dibuatnya.

"Udah, bang. Gue mau pergi," ujar Laut. Laut juga punya rasa jengah ketika harus menuruti setiap kata Aldan, tapi persetan dengan itu Laut sangat menyayangi Aldan.

Aldan menaikkan satu alisnya, "lo pikir gue bolehin lo pergi? Gak usah ngarep La, gue belum puas nyuruh-nyuruh lo!" jawab Aldan tegas.

"Tapi bang, bisa nanti kan?"

"Nggak ada kata nanti buat bocah kaya lo! Tinggal nurut apa susahnya sih," ketus Aldan. Pria itu memang tidak suka jika perintahnya dibantah, apalagi Laut yang membantah.

"Bang...." Laut mencoba membujuk Aldan. Entahlah, pikiran Laut sekarang berada pada Nara. Rasanya ada hal mengganjal pada gadis pemilik luka tersebut.

Aldan diam sejenak, seolah mempertimbangkan permintaan Laut. Hingga beberapa detik kemudian, "oke, setelah lo beresin baju gue sekalian lo setrika. Lo baru boleh pergi," kata Aldan.

"Kalo lo gak mau ya... terpaksa gue gak izinin lo buat keluar dari kamar gue sampai besok," sambung Aldan dengan senyum miring pada bibirnya.

Laut kembali menghembuskan napas lalu membuka bibirnya, "yaudah, bang. Gue beresin baju lo dulu," pasrah Laut.

Ya... dari pada Laut terkurung di dalam kamar Aldan mending Laut merapikan pakaian Aldan. Lagipula bajunya hanya sedikit, jadi tidak masalah. Itung-itung, bakti sebagai adik kepada seorang kakak.

Thallasophile|Senja TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang