Haiii
Happy Reading!
ʕ≧ᴥ≦ʔ
Terbangun dengan keadaan kepala terbungkus perban serta punggung tangan yang diinfus Laut memaksa bangkit duduk. Meskipun rasanya sangat susah dan sakit yang amat.
"Tiduran aja, jangan dipaksa buat duduk. Kondisi kamu masih belum stabil," suara tegas dari sebrang sana membuyarkan pikiran Laut.
Laut menoleh, ternyata dokter Novan yang sedang bertengger di ambang pintu dengan tatapan tak sukanya.
"Istirahat yang cukup, kepala kamu masih belum kering lukanya." Dokter Novan kembali berucap sebelum akhirnya meninggalkan Laut yang masih duduk tanpa ekspresi.
Setelah punggung dokter Novan benar-benar menghilang dari netranya, Laut mengalihkan pandangan matanya jauh ke depan sana. Pandangan mata yang berubah jadi tatapan kosong.
Laut tak ingat kejadian apapun setelah Aldan mengayunkan kayu begitu kuat pada kepalanya dan dia berhasil kehilangan kesadaran penuh. Dia pun tak tahu siapa yang membawa dirinya ke rumah sakit.
ʕ≧ᴥ≦ʔ
"Dok, biaya perawatan Laut biar saya yang tanggung." Ujar pria itu serius di hadapan dokter Novan.
"Sebenarnya jika kamu tidak membayar pun tidak apa. Karena saya sudah memberikan kelonggaran pada anak malang itu, saya bahkan tidak berniat meminta biaya perawatan pada Laut sepeserpun," balas dokter Novan, pria itu menyatukan jemarinya di atas meja.
"Nggak apa-apa dok, sudah kewajiban pasien untuk memberikan biaya perawatan pada pihak rumah sakit. Lagi pula saya sudah bawa uangnya jadi, terima saja dok,"
Dokter Novan diam sejenak lelaki itu tampak menimang jawaban pemuda beberapa senti di depannya, "baiklah, jika itu yang kamu mau. Langsung saja ke administrasi,"
Pemuda tersebut lantas mengulum senyum, "makasih banyak dok. Setelah ini saya akan pulang dulu sebentar lalu kembali lagi ke sini. Saya titip Laut ya, dok?"
Dokter Novan menarik kedua sudut bibirnya ke atas, lalu mengangguk setuju.
ʕ≧ᴥ≦ʔ
Buru-buru ketiga pemuda merajut jarak antara rumah masing-masing menuju rumah sakit. Sampai kurang lebih dua puluh menit ketiganya sampai di lobi rumah sakit Bramasta.
Para pemuda itu langsung mencari ruangan Laut dengan melewati beberapa lorong. Tidak butuh waktu lama, mereka sampai di sana. Ruangan serba putih dengan bau khas obat-obatan.
Pemuda berwajah pucat, pipi tirus, serta perban di kepalanya itu masih asik memejamkan maniknya.
"Masuk semua atau satu-satu?" celetuk Udin.
"Semua aja. Kata dokter Novan nggak apa-apa masuk rame-rame asalkan di dalem kita nggak ribut," balas Semesta secukupnya.
Sedangkan Jaegan yang masih menaruh kekesalan pada Semesta hanya acuh. Sungguh, dirinya enggan berdekatan dengan mahluk jahat itu! Tapi untuk sekarang, kondisinya kepepet jadi mau tidak mau, suka tidak suka ia harus berdekatan dengan Semesta! Menyebalkan!
Semesta masuk terlebih dahulu kemudian di-ekori Udin dan Jaegan di belakangnya. Laut nampaknya tidak terganggu akibat langkah ketiga temannya, lelaki itu masih tertidur pulas, bahkan terdengar dengkuran lembut.
Semesta menatap lelah pada Laut, "cepet sembuh La, gue butuh lo buat selesin masalah gue," gumam Semesta yang na'asnya masuk gendang telinga Jaegan.
"Nggak punya hati banget, heran!" sambar Jaegan lirih namun masih bisa didengar Semesta.
Semesta melirik sejenak pada Jaegan. Dia tak ingin menanggapi lebih, lantas pemuda itu langsung mundur beberapa langkah menuju sofa.
Semetara itu, Udin sibuk sendiri dengan ponsel di genggamnya. Bukannya duduk anteng di samping Semesta, malah-malah Udin asik memotret Laut dari berbagai sisi.
Hingga menyulut pitam Jaegan yang melihatnya. Lengan Jaegan naik, lalu menggeplak kepala Udin cukup keras. Mengundang Semesta melirik ke arah kedua curutnya.
"Nggak usah bikin gara-gara," peringat Semesta.
Udin meringis, "lo sih, Jae!" Udin balik menyalahkan Jaegan.
Jaegan mendelik, "lo duluan yang mulai!" geram Jae. Ia tak habis pikir, bisa-bisanya Udin malah memotret Laut yang tengah sakit seperti itu. Sungguh, Udin seperti orang yang tak punya otak di mata Jaegan.
"Buat bukti biar kita bisa laporin Aldan sama bokapnya," balas Udin di luar dugaan Jaegan.
Jaegan yang tadinya kesal jadi merasa bangga pada kawan lamanya itu. Jaegan lantas menepuk-nepuk pundak Udin, "tumben lo pinter Din," puji Jaegan.
Udin mengangkat tangannya, mengepalkan jemarinya untuk di tepukkan pada dada bidang miliknya sebagai rasa bangga. "Gue gitu loh," sumringahnya, disusul senyum lebar.
Semesta berdecih pelan lantas mengeluarkan suanya, "nggak semudah itu buat menjebloskan Aldan sama bokapnya ke penjara. Kalo kalian lupa, mereka itu licik,"
Hal itu mengundang tatapan mengintimidasi Udin dan Jaegan.
"Bapak gue polisi, apa yang susah? Nggak ada Ta, lo aja yang takut," balas Jaegan tak setuju.
Semesta menyeringai, "bapak lo polisi pun belum tentu bisa jeblosin mereka ke dalam sel. Darmono itu licik, apalagi Aldan. Mereka punya pengacara pribadi yang bisa memutar balikkan fakta. Lo laporin mereka terang-terangan maka lo yang bakal masuk sel gantiin mereka,"
Jaegan memutar jengah bola matanya, "banyak bacot lo."
"Terserah mau percaya atau nggak. Gue cuma ingetin, dan gue nggak akan ikut campur kalo lo laporin mereka secara terang-terangan." Pungkas Semesta sebelum akhirnya lelaki itu mengeluarkan benda pipih dan fokus pada ponselnya.
Jaegan mencebik. Meskipun bapaknya polisi pun jika ia harus melaporkannya sendiri ya jelas Jaegan tidak mau!
Di sisi lain Udin hanya menganga tak paham apa yang dibicarakan Semesta dan Jaegan. "Kalian ngomongin apa sih?" ujar Udin sembari menggaruk tengkuknya.
"Nggak ada pengulangan buat lo!" tegas Jaegan lantas menjitak kepala Udin lumayan keras.
"Sialan!" umpat Udin.
Jaegan acuh, ia memilih duduk pada kursi di samping brankar Laut.
TBC
ʕ≧ᴥ≦ʔHaiiii
Part ini dikit banget wkwk kehabisan ide akuu
Yaudah see you next part semoga aku bisa ngetik panjang di part selanjutnya
Babaiiiiii
Jangan lupa vote sama komen ya!
Purwokerto, 25 Febuari 2024
KAMU SEDANG MEMBACA
Thallasophile|Senja Terakhir
Roman pour AdolescentsSegala hal tentang lautan pasti Laut suka, karena Laut sendiri seorang Thallasophile. Laut adalah seorang pemuda yang mengesampingkan perasaannya sendiri dan memilih menjadi tempat cerita bagi orang-orang yang punya banyak masalah. Tak terkecuali...