TST 11| Aku Lumpuh?

190 77 10
                                    


Hai

Tandai jika typo ya🤗

Selamat membaca!



"Hari ini adalah hari paling menyeramkan dalam kehidupanku, dimana aku bangun dengan kedua kaki yang tak lagi berfungsi."   -Nara

ʕ≧ᴥ≦ʔ

Bunyi alat elektrokardiogram dalam sebuah ruangan serba putih, menemani gadis yang kini masih setia memejamkan maniknya. Beberapa perban di sekitar wajahnya serta bibir pucat pasi membuat siapapun yang melihatnya tak tega.

Kecelakaan kemarin menjadi sebab utama gadis itu tak sadarkan diri hingga kini. Untungnya, Nara masih bisa diselamatkan meski banyak luka berat. Pihak keluarga pun sudah dihubungi dengan melihat kartu nama Nara.

Karena kasus kecelakaan Nara adalah tabrak lari, maka pihak polisi ikut terlibat di dalamnya. Terlebih lagi, saksi mata saat itu tidak ada mengingat kecelakaan terjadi ketika hujan deras dan jalanan sangat sepi. Butuh waktu lama untuk menemukan siapa pelakunya.

Sementara itu, Rahmi —Bibi Nara— masih setia menunggu keponakannya membuka mata. Wanita dewasa itu tampak sangat khawatir terhadap Nara. Dia tak henti-hentinya menatap penuh harap sang keponakan yang sudah ia anggap sebagai anak kandungnya sendiri.

ʕ≧ᴥ≦ʔ

Laut terbangun akibat rasa nyeri menjalar di bagian perutnya. Ia mendesis saking sakitnya. Lantas ia bangkit dan duduk di ujung kasur.

"Sakit banget sih," ujarnya. Lantas ia menarik sedikit bajunya ke atas. Benar saja, pukulan Aldan ternyata memberikan bekas memar berwarna ungu pekat. Pantas jika sangat menyakitkan dan nyeri.

Laut terdiam beberapa saat ketika memandangi memar di perutnya. "Sakit, bang." Gumam Laut.

Kemudian Laut menoleh pada jam di atas nakas, masih jam setengah enam pagi. Ia bangkit berdiri merapikan sedikit rambutnya yang acak-acakan. Lantas beranjak pergi menyusuri jalanan pagi.

Persetan dengan rasa nyeri yang semakin menjadi-jadi, Laut terus memaksa kakinya untuk melangkah. Bagaimanapun juga, jika berkaitan dengan pukulan pada bagian perut Laut harus segera memeriksanya pada dokter. Karena jika telat sedikit saja, akibatnya akan sangat fatal bagi Laut.

"Sial! Kenapa harus sesakit ini sih?!" keluh Laut pada dirinya sendiri. Tangannya semakin kuat mencengkeram bagian perut yang sakit. Langkah kakinya pun jadi terhenti.

ʕ≧ᴥ≦ʔ

Samar-samar Laut mendengar suara motor hendak berhenti. Laut menoleh ke belakang dengan sedikit menyipitkan matanya. "Asta?" ucapnya.

Semesta yang memang tidak mengenakan helm tersebut langsung mengambangkan senyum lebar. Ia lantas menepikan motornya di samping Laut bertengger.

Sebelum mengeluarkan suara, Semesta menatap Laut dari ujung kepala sampai ujung kaki. Semesta jadi memicingkan matanya akibat penampilan Laut yang sudah bonyok. "Abis berantem di mana lo?" ujar Semesta menginterogasi.

Laut mengerutkan dahinya, bingung. "Hah?!"

"Hah hoh hah hoh, budeg lo? Abis berantem di mana lo? Bonyok gitu," Semesta kembali menginterogasi Laut.

Thallasophile|Senja TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang