TST 9| Aku Juga Ingin

165 74 15
                                    

Haiii

Selamat menyelam bersama Laut



"Aku juga ingin mendapat kasih sayang seperti Aldan," -Laut

ʕ≧ᴥ≦ʔ

Suara bising membuat tidur Laut terusik. Perlahan Laut membuka matanya, menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam matanya. Ia menatap sekeliling, lumayan gelap.

Setelah beberapa menit mengumpulkan nyawa, Laut bangkit berdiri karena dia memang ketiduran saat menangis tadi. Sebelum keluar kamar, Laut menghampiri sepotong kaca yang sudah tak berbentuk lantas menengok dirinya sendiri.

Laut tertawa getir setelah melihat bayangan dirinya dalam cermin. "Mata sembab, pipi tirus, bibir pucat, udah mirip orang mati gue,"

Kemudian Laut kembali melangkah. Ketika pintu terbuka, membuat Laut mengurungkan niatnya untuk keluar. Lelaki itu diam ditempat dengan tatapan iri.

Di sana, di ruang tamu tepatnya, seorang Aldan tengah mendapat pelukan hangat dari kedua orangtuanya. Senyum merekah menyertai keluarga kecil tanpa Laut itu. Kepulangan Aldan menjadi pendamai bagi kedua orangtuanya, sedangkan kehadiran Laut menjadi malapetaka bagi keduanya.

Percakapan terdengar jelas jika mereka sangat mengkhawatirkan Aldan.

"Kamu ke mana aja Al? Kami cemas loh," ujar Elma sembari mengelus puncak kepala Aldan.

Aldan tersenyum manis, "cari angin Ma," jawabnya santai.

"Lain kali kalo mau pergi bilang ya, biar kita gak cemas," Elma kembali berucap dengan tulus dan penuh kelembutan.

Aldan mengangguk, "iya Ma, tenang aja. Aldan juga udah besar bisa jaga diri,"

"Tetep aja, kamu tidak boleh pergi tanpa izin dari saya," Darmono ikut menimpali.

Melihat dan mendengar hal itu, Laut sontak menutup kembali pintu kamarnya. Hatinya tiba-tiba terasa sakit seolah dipukul dengan sangat keras. Maniknya kembali memanas siap menumpahkan airnya lagi.

"Kapan gue bisa kaya Aldan? Gue iri," gumam lelaki itu.

Ia lantas membanting tubuhnya ke kasur lusuh tempat tidurnya. Laut kembali memejamkan maniknya, mencoba meredam sesak yang mulai menjalar.

Sakit banget ya? Dibedain dari segi mana pun dan cuma dibuat penghasil uang.

ʕ≧ᴥ≦ʔ

Disisi lain gadis dengan penampilan sederhana tengah duduk seraya menunggu kedatangan Laut. Tak tahu sudah berapa lama Nara menunggunya.

Lagi-lagi Nara celingukan ke samping kanan dan kiri berharap ada tanda-tanda kedatangan Laut, tapi nihil, tak ada sama sekali. Nara menghembuskan napas panjang setelahnya.

Entah mengapa perempuan itu sangat ingin bertemu dengan Laut. Padahal, baru beberapa hari Nara mengenal Laut tapi rasa nyaman ketika bertemu dengan Laut sudah melekat pada dirinya.

Tak hanya itu, seorang Laut mampu menyentuh hati Nara dengan kata-katanya. Mengingat hal itu membuat Nara tersenyum tipis.

Tak selang lama Nara bangkit berdiri hendak menghampiri Laut di rumahnya. Ya... meskipun Nara tak tau rumah Laut dimana. Berbekal nekat, Nara mulai mengangkat kakinya menuju rumah Laut.

Thallasophile|Senja TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang