TST 29| Neraka Itu Lagi

58 7 0
                                    


Haiii

Maaf lama ngga update, aku usahain secepatnya 😔



"Bahagia berasal dari sendiri, pikiran kita sendiri, jadi berusaha tetap tampil bahagia adalah kebahagian yang sesungguhnya,"

ʕ≧ᴥ≦ʔ

Pemuda yang mengenakan kaos hitam dipadukan celana jeans panjang tersebut mengukir senyum simpul, "Laut seneng akhirnya Papa sama Abang mau jemput Laut," ujarnya.

Aldan menyunggingkan bibirnya, "nggak usah ke-gr-an lo anjing! Gue sama Papa cuma butuh tenaga lo bukan butuh lo, lo itu nggak lebih dari sampah yang dipungut dari jalanan,"

Kalimat tersebut menjadi sambutan kembalinya Laut ke rumah nerakanya. Rumah penuh kekerasan dan luka yang Laut rindukan. Belum, belum, belum selesai celaan yang Aldan keluarkan.

Lelaki beberapa tahun lebih tua dari Laut merajut langkah mendekat pada sang adik. Menatap tajam manik tak berdosa itu, langkahnya terhenti tepat setelah jarak keduanya hanya tersisa satu jengkal. Sang kakak dengan beringas menarik kerah baju adiknya seolah bergunung dendam yang ia punya.

"Jangan pernah ngarep kalo kita bakal sayang sama lo," desis Aldan sebelum akhirnya melepas secara kasar cengkramannya.

Kali ini Laut tak melawan, tak meneteskan segelintir air, hanya menghela napas lantas menarik kedua ujung bibirnya. "Nggak apa-apa. Liat kalian sehat udah lebih dari cukup buat Laut. Tenang aja, bang, sekarang Laut nggak bakal ngarepin apapun dari kalian karena Laut tau, kalian nggak bakal sayang sama Laut lagi. Tapi bukan berati Laut nyerah gitu aja, suatu saat nanti kalian pasti bakal sayang banget sama Laut. Laut percaya itu,"

Aldan terkekeh remeh, "mau sampe lo mati juga nggak bakal terwujud!"

"Udah Dan, ikut Papa sekarang," titah Darmono yang dibalas anggukan oleh Aldan sebagai tanda setuju.

Laut ditinggalkan begitu saja di ruang tengah. Aldan beranjak seakan tak merasa berdosa secuilpun. Mungkin benar, hati Laut sudah mati ketika celaan itu terlontar dari bibir Aldan.

Tatapan Laut nelangsa menyelinguk ke arah sang ibunda yang sibuk di dapur, Elma menoleh tak ada satu detik langsung membuang muka. Nampaknya, yang melahirkan ia kedunia ini pun sudah tak mau melihatnya lagi, lantas bahagia apa yang membuat Laut memilih untuk tetap hidup?

ʕ≧ᴥ≦ʔ

Hari selanjutnya, rutinitas Laut kembali seperti semula menjadi seorang nelayan untuk mencari nafkah demi keluarganya yang haus akan uang, uang dan uang. Tak akan ada habisnya, bahkan jika Laut menjual tubuhnya itu tidak akan cukup untuk keluarganya.

Nafasnya mengudara dengan dahi penuh peluh, panas menyengat tak membuat langkah pemuda berpakaian lusuh berhenti berjalan menuju pasar ikan untuk menjual hasil nelayannya.

Ketika ikan ditukar dengan dua lembar kertas merah, Laut berhasil mengukir senyum bangga, "rasanya seneng banget bisa kasih uang buat keluarga apalagi kalo liat mereka senyum pas nerima uangnya."

Laut sengaja pulang lebih awal hari ini karena ia ingin belajar. Mengejar kembali mimpinya yang telah lama pupus. Syukurlah kemarin buku-buku yang Mama Aini berikan masih sempat ia bawa dan beberapa soal latihan yang diberi oleh Semesta.

Thallasophile|Senja TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang