16. Bolos? [Revisi]

32 8 1
                                        


10 Juli, aula.

Kalimat itu muncul di buku ramalan pada hari Sabtu, 8 Juli.

Niko yang baru saja membuka bukunya langsung terdiam, syok. Rasanya seperti buku ramalan itu tak pernah memberinya waktu untuk bernapas. Selalu saja ada sesuatu.

Di perpustakaan yang tenang dan sepi seperti ini, ia malah harus berpikir keras soal ramalan tersebut. Aula?  Emangnya ada apa disana? Begitulah isi pikirannya saat ini.

Untungnya, ramalan itu akan terjadi hari Senin besok. Masih ada waktu untuk menyelidikinya.

Suara langkah kaki membuyarkan lamunannya. Matanya langsung melirik ke arah pintu perpustakaan yang berderit pelan, melawan tiupan angin sore. Dan di sanalah, seseorang muncul.

Kouko.

Tak seperti biasanya, gadis itu datang sedikit telat—meski hanya lima menit.

"Niko, maaf aku telat," ucapnya sambil berjalan masuk.

Niko tersenyum ramah. "Gak apa-apa. Toh, gak ada pengunjung kok."

Kouko langsung menuju mejanya, lalu duduk di sana. Tak lama, keduanya terdiam, menanti siapa tahu ada pengunjung yang datang.

Namun yang muncul justru dua orang yang sangat familiar.

Jovian dan Olivia.

"Yo... my best friend, Niko!" seru Jovian dengan gaya sok akrabnya.

Niko menyeringai tipis. "Apaan sih?"

"Come here!" Jovian duduk santai di meja pengunjung, mengisyaratkan agar Niko ikut duduk bersamanya.

Tanpa banyak pikir, Niko berdiri dan menghampirinya. Sementara itu, Olivia bergabung dengan Kouko di meja tugas, keduanya tampak asyik berbincang.

Seperti yang sudah Niko duga, Jovian pasti ingin bicara soal ramalan.

"Ramalan, ya?" tebak Niko.

Jovian langsung bertepuk tangan. "Sugoi! Jadi lu udah lihat duluan?"

"Udah dong. Aula, kan?"

"Yup! Tapi... emang ada apa di aula tanggal sepuluh nanti?"

Niko hanya mengangkat bahu. "Gak tahu. Aku juga masih nebak-nebak."

Sejenak, hening.

Jovian mendekat sedikit. "Ehem... kita cek aja, yuk?"

"Emangnya boleh? Kan aula dipake anak-anak ekskul?"

"Ngeliat doang gak ada yang ngelarang, kan?" jawab Jovian santai.

"Iya sih..." Niko sempat menoleh ke arah Kouko dan Olivia. Keduanya masih mengobrol dengan wajah tenang.

"Gimana?" desak Jovian lagi.

"I-iya... bentar." Niko bangkit dan berjalan ke meja Kouko. "Ko, aku permisi bentar, ya?"

Kouko menyipitkan mata. "Kemana?"

"Ya... sebentar doang, sama Jovi."

Kouko melirik Jovian yang sedang duduk santai sambil memainkan pulpen. "Oke. Tapi jangan lama-lama. Aku takut kamu ketularan cabul."

Niko nyaris tersedak udara. "Buset!"

"Iya, iya... santai aja."

Niko dan Jovian pun bergegas keluar dari perpustakaan, berjalan menuju aula yang terletak di bagian belakang sekolah.

***

Dalam perjalanan menuju aula, Jovian mulai membagikan informasi soal ramalan yang mereka pecahkan belum lama ini.

Forbidden Book [Rewrite]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang