Waktu sudah menunjukkan pukul sebelas malam, tetapi, Ara sama sekali tidak bisa memejamkan matanya. Saat ini hati dan pikirannya tengah kacau, karena berusaha keras untuk mencari cara agar dirinya bisa membatalkan rencana perjodohan yang dirancang oleh papanya.
Tiga puluh menit kemudian, Ara terlihat beberapa kali menguap, bahkan hampir memejamkan matanya yang lelah karena terlalu lama berpikir. Namun, ketika hendak terlelap, yang terjadi justru bayangan seorang pria dengan perut buncit, kepala plontos dan juga giginya yang tonggos melintas di kepalanya membuat Ara bergidik ngeri.
"Oh ayolah kepala. Kita tidur, yuk!" gumam Ara yang sudah terlalu lelah berpikir. Ia harap setelah ini bayang-bayang pria buruk rupa itu musnah dari pikirannya.
Dering ponsel yang ada di atas nakas terdengar memekakkan telinga. Ara yang baru saja hendak terlelap seketika terbangun dan langsung menyambar ponselnya dengan cepat.
"Ya, halo?" sapa Ara dengan mata yang masih setengah terbuka.
"Ara, kenapa kamu tidak kesini. Apa kamu lupa dengan rencana, kita?" tanya seseorang di seberang sana.
Mata Ara yang tadinya sayu, kini terbuka lebar. Gadis itu melupakan teman-teman motornya yang ternyata sudah menunggu untuk melakukan kegiatan rutinnya.
"Ya ampun! Maaf, aku lupa, Jay!" pekik Ara kemudian segera turun dari kasurnya. Membuka lemari pakaian dan meraih satu stel pakaian berwarna hitam.
"Cepatlah kesini, kami semua menunggumu," beritahu Jayden.
"Oke!"
Ara bergegas mengganti pakaian tidurnya dengan pakaian serba hitam lengkap dengan jaket kulitnya. Gadis itu membuka salah satu lemari yang di sana terdapat beberapa koleksi helm fullface, dan ia mengambil salah satunya.
Dengan perlahan Ara berjalan pelan menuju ke arah tangga. Setelah memastikan jika kedua orang tuanya telah tertidur. Gadis itu bergegas menuju garasi untuk mengambil motor sport kesayangannya.
"Untung, Mama sama Papa sudah tidur," gumam Ara, kemudian mulai menuntun motornya keluar dari area rumah. Meskipun terasa berat, gadis itu tetap nekat mendorong motor sport-nya yang jauh lebih besar dari dirinya.
Dirasa sudah lumayan jauh, Ara segera naik ke atas motor dan mulai melakukannya dengan kecepatan tinggi.
***
Arsenio baru saja keluar dari ruang kerjanya. Hari ini dirinya memilih untuk menghabiskan waktunya dengan mengerjakan semua pekerjaannya hingga selesai.
"Hah … hari ini cukup melelahkan!" Pria itu melirik jam di pergelangan tangannya. Waktu sudah menunjukkan pukul dua belas malam, dan dirinya baru keluar dari kantor.
Arsenio mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang. Malam ini dirinya ingin berteman dengan sepi, berbagi kisah dengan angin yang berhembus pelan terasa sangat menenangkan.
Penat yang pria itu rasakan seolah kian bertumpuk, menutupi ruang hampa yang mencoba untuk ia singkirkan.
Memukul kemudinya dengan keras, pria itu mencoba meluapkan segala emosi yang sedari tadi ia pendam.
"Ck, sebegitu inginnya mereka memiliki cucu hingga perasaan putranya sendiri diabaikan," gumamnya pelan.
Di dalam keputus-asaannya, sebuah motor sport tiba-tiba saja melintas di perempatan jalan, membuat Arsenio yang tidak menyadari hal itu langsung menekan kuat pedal remnya. Beruntung dirinya dengan tanggap menekan remnya sehingga kecelakaan mampu ia hindari.
Pria itu tersenyum sinis, menatap motor sport yang kian menjauh. Dengan segera Arsenio memutar kemudinya dan mengejar pengendara motor yang hampir membuatnya celaka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Marriage [TERBIT]
General FictionOPEN PO mulai tanggal 01 februari - 01 Maret 2024. Informasi pemesanan di instagram @nebulapublisher. "Mari batalkan rencana pernikahan ini!" "Kalau kamu mau menolak, silakan! Tapi saya tidak akan membatalkannya!" *** Arabella, gadis berusia 21 tahu...