7. Sah

796 23 0
                                    

Halaman teras rumah Ara yang luas, kini telah disulap menjadi dekorasi pernikahan yang sangat mewah, dengan mengusung tema pernikahan outdoor.

Beberapa kursi telah disusun rapi, serta hidangan telah tersaji di atas meja. Tidak hanya itu saja, di dekat panggung dekorasi, juga disediakan panggung hiburan untuk para tamu undangan.

Rombongan keluarga Arsenio telah tiba di kediaman Ara, tiga puluh menit sebelum acara akad nikah dimulai.

Dada Arsenio terasa bergemuruh kala melihat dekorasi yang telah ditata dengan apik di halaman sana, seolah, ini adalah pengalaman baru bagi dirinya. Padahal ini bukan pernikahan pertamanya, tetapi entah mengapa, rasanya sangat berbeda dengan pernikahannya yang terdahulu.

"Kenapa jantungku berdetak sangat kencang?" lirih Arsenio, sembari memegangi dadanya.

Arsenio segera keluar dari mobil. Melangkah pelan, menghampiri keluarganya yang sudah keluar lebih dulu, dan saat ini sedang beramah tamah dengan keluarga calon istrinya.

Pria itu terlihat sangat gagah, dengan mengenakan beskap lengan panjang, jarik senada dengan yang dipakai oleh Ara, serta blangkon yang pas di kepalanya.

Luna tersenyum, dan menghampiri calon menantunya. Wanita paruh baya itu segera mengambil dan mengalungkan rangkaian bunga melati yang diberikan oleh Arum, pada leher Arsenio, layaknya pengantin Jawa pada umumnya.

"Kamu, duduk saja di sana. Sebentar lagi acaranya akan segera dimulai," kata Luna, sembari menunjuk ke tempat yang akan digunakan sebagai tempat akad nikah.

Arsenio tampak tersenyum kaku dan mengangguk. "Baik, Tante."

Luna menggeleng, menepuk pelan lengan kanan Arsenio, dan tersenyum. "Sebentar lagi, kamu akan menjadi suami, Ara. Jadi, panggil saya, Mama, ya, Nak," kata Luna pelan, dan dibalas anggukkan kepala oleh Arsenio.

Salah satu tim WO(Wedding Organizer), datang menghampiri Arsenio dan mengantar pria itu ke meja akad, sedangkan keluarganya yang lain langsung mengambil tempat yang telah disediakan. Sementara Luna, meminta Arum untuk memberitahu Ara, bahwa akad nikah akan segera dimulai.

***

Ara telah dibawa ke ruang tamu oleh Amira dan Leo. Setelah drama perutnya yang mulas, akhirnya gadis itu bisa lebih mengontrol dirinya, sebab kakak iparnya terus memberikan afirmasi positif dan meminta gadis itu untuk memperbanyak doa.

Duduk di ruang tamu, nyatanya membuat Ara kembali diserang panik, apalagi setelah mendengar suara pembawa acara yang mengatakan jika akad nikah akan segera dimulai.

"Kak," lirih Ara, sembari meremas jari jemari kakak iparnya, yang saat ini tengah ia genggam.

"Sudah, kamu tenang saja. Banyakin doa agar semua dilancarkan," kata Amira, menenangkan.

Leo yang melihat sang adik kembali diserang panik, tentu saja, dengan senang hati, segera menggodanya. "Katanya, nggak suka. Kenapa grogi gitu? Harusnya, biasa aja dong!" sindir Leo, melirik ke arah sang adik yang tampak cemas.

Ara mendelik judes, menatap penuh permusuhan ke arah sang kakak. "Namanya juga orang nikah! Abang, mah enak, menikah karena pilihan sendiri, jadi, tahu baik buruk pasangannya. Sedangkan, Ara? Ara, harus merelakan masa depan, Ara, bersama pria yang tidak Ara kenal sama sekali."

Leo bersiap untuk menimpali perkataan sang adik, tetapi, hal itu urung ia lakukan, karena mendengar suara papanya yang menjadi wali nikah sang adik telah mengucapkan ijab untuk Ara.

Tubuh Ara menegang, terlebih ketika sang papa selesai mengucapkan ijab, dan disambut oleh Arsenio yang mengucapkan kabul dengan lantang dan lancar untuknya.

Secret Marriage [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang