Siang ini Kanya kembali mengunjungi kediaman Arsenio setelah hampir seharian kemarin ia menunggu kabar dari pria itu. Namun, ketika tiba di kediaman Arsenio, wanita itu dibuat terkejut atas kabar yang disampaikan oleh asisten rumah tangga di sana yang mengatakan jika Ara saat ini tengah kritis di rumah sakit karena kecelakaan. Niatnya untuk mencari tahu tentang kabar Ara yang kemarin sempat pergi membuat Kanya hampir limbung karena terkejut. Setelah mendapatkan alamat rumah sakit tempat Ara dirawat, wanita itu langsung bertolak ke rumah sakit bersama Bi Ima.
“Mbak Kanya yang tenang, kita doakan supaya Mbak Ara bisa segera siuman,” kata Bi Ima menenangkan. Wanita setengah baya itu cukup tahu kondisi Kanya saat ini dan selalu mewanti-wanti agar Kanya tidak panik atau perutnya akan kembali kram dan tidak nyaman.
“Bi Ima dengar sendiri, ‘kan? Istri Arsen sedang kritis di rumah sakit. Ini pasti gara-gara aku yang mengunjungi rumah mereka. Jika tahu akan menjadi seperti ini, aku nggak mungkin datang ke rumah mereka, Bi. Aku pikir Arsen sudah memberitahu istrinya,” kata Kanya lirih.
Wanita itu terlihat begitu cemas dengan keadaan Ara saat ini, ia tidak bisa membayangkan betapa parahnya luka Ara hingga sampai saat ini gadis itu belum juga sadarkan diri. Teringat pertama kali dirinya kembali bertemu Arsenio dan ia berniat untuk merebut kembali Arsenio ke dalam pelukannya. Akan tetapi, setelah beberapa hari dirawat di rumah sakit membuat wanita itu kembali sadar, jika Arsenio bukan lagi untuknya apa lagi ancaman dari Hanin lebih dari sekedar mimpi buruk baginya.
Tiba di rumah sakit, Kanya segera melangkah menuju ke ruang ICU. Kanya mengedarkan pandangannya hingga matanya tanpa sengaja melihat Arsenio tengah berdiri mematung di depan ruang ICU dengan tatapan terarah pada celah pintu kaca yang tertutup rapat. Kanya mengatur napasnya sebelum kembali melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti karena melihat kedua orang tua Arsenio yang juga tengah menunggu di sana.
“Arsen …,” panggil Kanya lirih.
Arsenio menoleh ke sumber suara. Dilihatnya Kanya sudah berdiri tak jauh dari tempatnya dengan mata yang berkaca-kaca. “Kamu kenapa bisa ada di sini?” tanya Arsenio.
“Kamu tidak membalas pesanku, Ar. Sejak kemarin aku menanyakan kabar Ara tapi kamu tidak membalas pesan yang aku kirim. Jadinya siang ini aku mengunjungi rumahmu dan mendapat kabar jika istrimu kecelakaan. Aku juga ingin mengantar Bi Ima kembali sama kamu, Ar. Setelah ini aku akan pergi untuk menjauh dari jangkauan Hanin,” jelas Kanya dengan tatapan sendu.
Luna, Abian, Aldrich dan Dinar yang kembali dalam lamunan mereka begitu terkejut melihat kehadiran Kanya di sana. Dinar dengan segera beranjak dari duduknya dan menghampiri keduanya. “Mau apa kamu ke sini? Tidak cukup kamu menyakiti putraku dan kini kamu malah menyakiti menantuku?” geram Dinar menatap nyalang ke arah Kanya yang tampak terkejut.
“S-saya nggak bermaksud seperti itu, Tante,” ucap Kanya lirih. Wanita yang dulunya begitu dekat dan menyayanginya, kini tak ubahnya seperti orang asing. Kanya sendiri cukup sungkan dan malu harus berhadapan dengan Dinar yang kini tidak menampakkan wajah bersahabatnya.
Luna turut beranjak dari duduknya dan menghampiri Kanya dan Arsenio. “Apa karena ini putriku sampai seperti ini?”
Pertanyaan Luna membuat wajah Arsenio menjadi pias. Sejak semalam ia terus menunda untuk mengatakan yang sebenarnya sehingga kedua orang tua serta mertuanya tidak mengetahui cerita yang sebenarnya. Kanya menunduk dalam, sama sekali tidak mampu mengangkat kepalanya karena malu. Namun, Arsenio segera memecah kebekuan itu.
“Ma, biar Arsen yang ceritakan semuanya dari awal hingga sekarang. Ada yang ingin Arsen tanyakan juga sama Mama.” Arsen menggiring mertuanya untuk kembali duduk dan meminta Kanya untuk duduk di bangku kosong yang ada di sana. Menghembuskan napasnya pelan pria itu hendak memulai ceritanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Marriage [TERBIT]
General FictionOPEN PO mulai tanggal 01 februari - 01 Maret 2024. Informasi pemesanan di instagram @nebulapublisher. "Mari batalkan rencana pernikahan ini!" "Kalau kamu mau menolak, silakan! Tapi saya tidak akan membatalkannya!" *** Arabella, gadis berusia 21 tahu...