Arsenio kembali merapikan dokumen yang baru saja ditanda tangani. Menatap arloji yang sudah menunjukkan pukul dua siang. Pria itu bergegas keluar dari ruang kerjanya untuk menemui Kanya sesuai janjinya. Sengaja pria itu datang siang, agar nanti dirinya tidak terlambat sampai di rumah. Beruntung jalanan siang ini tidak macet sehingga dirinya dengan cepat untuk sampai di rumah sakit.
"Arsen." Kanya menyunggingkan senyum manisnya ketika melihat Arsenio masuk ke dalam ruang rawat inapnya. Sementara itu, asisten yang menjaga Kanya, memilih untuk keluar dari ruangan setelah sebelumnya menyapa Arsenio.
"Bagaimana keadaanmu?" tanya Arsenio datar. Sambil meletakkan bungkusan kresek hitam berisi buah-buahan. Pria itu duduk di kursi yang berada di samping ranjang.
Senyum yang sedari tadi mengembang, kini perlahan menyusut. Kanya menatap perutnya yang semakin hari bertambah besar dengan mata yang berkaca-kaca. "Ya, beginilah, Ar. Aku tidak merasa baik-baik saja setelah kejadian itu. Apa lagi setelah mengetahui fakta jika ternyata aku tengah mengandung."
Tatapan wanita itu berubah sendu membuat Arsenio merasa iba. Di dalam lubuk hati Arsenio yang paling dalam, pria itu merasa jika apa yang dikatakan oleh Kanya memang kenyataannya. Arsenio tampak gusar, pria itu merasa bersalah atas apa yang menimpa Kanya jika cerita wanita itu benar adanya.
"Kenapa tidak pernah cerita?" tanya Arsenio pelan. Dirinya berniat ingin menggali lebih dalam cerita dari Kanya untuk nantinya dicocokkan dengan laporan dari Bimo.
Kanya yang semula tiduran, kini mengubah posisinya menjadi duduk berhadapan dengan Arsenio. Wanita itu memandangi wajah mantan kekasih hatinya yang selalu tampan di setiap harinya. Padahal niat awal wanita itu memutuskan untuk menemui Arsenio kembali hanya karena merasa bersalah dan ingin meminta maaf padanya. Namun, kini dirinya malah merepotkan Arsenio dan kini, perasaan cinta yang semula ia tekan untuk tidak kembali muncul, kini justru melambung tinggi setelah mendapatkan perlakuan manis dari Arsenio kemarin.
"Hanin ... dia memiliki videoku bersama pria itu, Ar. Dia selalu ngancem aku buat sebarin video itu kalau aku ngomong jujur sama kamu. Aku kira setelah kejadian malam itu, semua bakalan kembali seperti semula. Tapi aku nggak nyangka, kalau hal itu justru menjadi awal kehancuran hidupku. Aku kehilangan kehormatanku, kehilangan kamu, dan keluargaku." Kanya mengusap pipinya yang basah dengan kasar. Kilasan kejadian beberapa bulan lalu masih berputar di kepalanya.
"Lalu, dengan kehamilanmu itu? Apa kamu sudah tahu kalau kamu mengandung, tapi kamu memilih untuk tidak jujur sama aku?" tanya Arsenio lagi. Hati pria itu terasa seakan diremas oleh tangan tak kasat mata setelah mendengar cerita dari Kanya. Air matanya yang semakin deras membuat keyakinan akan kebenaran dari wanita itu semakin bertambah.
Kanya menunduk dan menggeleng lemah. "Aku baru mengetahuinya sejak malam itu, Ar. Awalnya, aku pikir, aku hanya telat datang bulan seperti biasanya. Aku nggak nyangka, kalau aku justru tengah mengandung dari benih pria brengsek itu! Hanin! Dia berniat merebut kamu dari aku, makanya dia tega ngelakuin itu!"
Pedih sekali hati Arsenio. Wanita baik yang selalu ia jaga dan hormati justru menanggung beban dari tindakan tak bermoral dari temannya sendiri yang berniat memisahkan mereka. Arsenio mengusap pipi Kanya dan mencoba menenangkan wanita yang masih terisak dalam tangisnya itu.
"Kamu tenang saja. Aku akan mencari keadilan buat kamu. Maaf, karena aku, kamu harus menanggung beban berat seperti ini," kata Arsenio menenangkan.
Kanya mengangguk pelan seraya tersenyum. "Makasih, Ar. Meski aku pernah membenci kehadirannya, tapi sekarang aku bersyukur, setidaknya aku masih memiliki satu keluarga meskipun keluarga besarku mengucilkanku."
Kanya memilin ujung bajunya dengan resah. Menghembuskan napasnya pelan, wanita itu berniat mengutarakan niat keduanya menemui Arsenio. "Arsen," panggil Kanya lirih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Marriage [TERBIT]
Fiksi UmumOPEN PO mulai tanggal 01 februari - 01 Maret 2024. Informasi pemesanan di instagram @nebulapublisher. "Mari batalkan rencana pernikahan ini!" "Kalau kamu mau menolak, silakan! Tapi saya tidak akan membatalkannya!" *** Arabella, gadis berusia 21 tahu...