Arga yang mendengar itu langsung menganggukkan kepalanya lalu beberapa detik kemudian menggelengkan kepalanya. Hana menatap aneh laki-laki di depannya. "Sudah jelas bukan, pak?" tanya Hana.
"Belum."
Hana menghela napas kala mendengar ucapan yang di lontarkan oleh Arga. "Lalu?"
"Saya berubah pikiran sekarang." Hana memijat keningnya yang pening. "Saya menerima perjodohan dengan kamu."
"Karena Arka?"
Arga mengangguk, sudah Hana baca semua. Pasti setelah menikah semua tentang Arka akan menjadi tanggung jawabnya.
"Saya tidak ingin." Hana berjalan meninggalkan Arga. Langkah kaki Hana berhenti saat Arga berbicara kepadanya tentang sesuatu.
"Kita menikah hanya kontrak semata, selama satu tahun hanya untuk Arka dan untuk ibu saya."
Hana membalikkan tubuhnya, ia mengambil pulpen yang ada di saku baju miliknya dan lemparnya ke depan. "Gampang banget bapak ngomongnya."
Pulpen itu mendarat di kening Arga. Laki-laki itu langsung menatap Hana dengan tajam. "Hanya satu tahun setelah itu kamu bebas."
"Tidak ada kontak fisik apapun." Hana ingin tertawa mendengarnya, mana mungkin seorang laki-laki kuat jika ada seorang wanita berkeliaran di rumahnya. "Laki-laki memiliki nafsu, Bapak juga pasti punya bukan?"
Arga menatap Hana dari atas hingga bawah. "Tubuhmu tidak menarik untuk membuat saya tergoda." Hana mengepalkan tangannya, perkataan Arga begitu menghinanya saat ini. Apa tubuhnya tidak semenarik itu kah?
Arga tersenyum kecil. "Hanya satu tahun." Arga membujuk Hana.
Hana menggelengkan kepalanya. "Saya tidak ingin."
"Maka saya akan memaksanya." Arga pergi setelah mengatakan kalimat tersebut, Hana mengerutkan keningnya.
_
Hana melihat sekeliling mirisnya ia tidak bisa berlari dari acara ini, orang tuanya sudah menyiapkan semuanya tanpa berbicara dengannya terlebih dahulu.
Setelah pertemuan itu, orang tuanya memaksa Hana untuk menerimanya. Walaupun Hana sudah menolak tapi orang tuanya tidak mau dengar. Hana hanya bisa menghela napas panjang, beberapa menit lagi Arga dan keluarganya akan datang.
Tentang Gina, ia belum memberitahunya tentang ini. Ia takut Gina akan heboh jika mendengar semua ini, biarkan Hana mencari waktu yang tepat.
Bokongnya di pukul oleh Ibunya dari belakang. "Ganti baju sana." Dengan berat hati Hana kembali lagi ke dalam kamarnya, untuk mengganti baju miliknya dengan baju yang sudah Ibunya siapkan.
Arga yang baru sampai tampak enggan untuk masuk ke dalam, laki-laki itu begitu tampan dengan kemeja batik dengan celana hitam. Arka yang baru saja turun dengan pengasuhnya langsung melihat sekeliling, ia tidak tau ini rumah siapa tapi mengapa semuanya tampak ramai.
Ini adalah pertama kalinya Arka berada di tempat yang ramai dengan Arga, biasanya Arga selalu melarang Arka ikut di setiap acara walaupun itu acara keluarga. Namun Laila selalu saja mengajak Arka dan tidak menghiraukan putranya.
"Ayo!"
Arka masih terdiam, Laila mengerti situasi seperti ini. Ia menjongkokkan tubuh sejajar dengan Arka. "Arka pengen punya Ibu?" tanya Laila.
Arka hanya mengangguk. "Doa Arka benar-benar terkabul sekarang."
Banyak orang yang berbicara kalau memiliki ibu sambung sangat mengerikan.
Arka hanya menunduk kepalanya, ia takut jika ibu sambungnya tidak baik kepadanya. "kenapa?"
Arka menggelengkan kepalanya. Laila menggandeng tangan kecil cucunya untuk masuk ke dalam.
Semua di sambut dengan antusias oleh kedua orang tua sang calon. Mereka saling berteman baik dulu.
"Ini Arga anakku, Ni." Laila memperkenalkan putranya pada orang tua Hana."Dia sangat tampan." Laila mengangguk, rupa Arga begitu mirip dengan wajah suaminya yang sudah tidak ada.
"Ini Arka, cucuku." Arka bersembunyi di balik tubuh Laila. "Dia pemalu."
Mereka duduk di ruang tamu, Hana masih berada di kamarnya. Ia sudah mengganti baju dengan baju yang sudah di siapkan, sebuah gamis berwarna pink dan kerudung senada. Ia memainkan ponselnya, tadinya Hana akan memberi tahu Gina tapi sayang sekali sahabatnya tidak aktif.
Suara pintu di ketuk dari luar, Hana makin berdebar sekarang. Hana membukakan pintu, Ibunya sudah berada di ambang pintu untuk menjemputnya. "Nah gitu cantik." Hana tersenyum tipis.
Ia mengikuti langkah kaki ibunya dari belakang.
Matanya tidak sengaja melihat wajah Arga yang sedang menunduk. Laki-laki itu begitu santai sekarang berbeda dengannya.
Hanya satu tahun bukan?
Hana duduk di samping Ayahnya, berhadap-hadapan dengan Arga. Hana tersenyum kecil pada Arka yang setia menggenggam tangan Omanya. Arka begitu berbeda sekarang, baju batik senada dengan yang di pakai Arga begitu cocok di tubuhnya yang tidak terlalu besar.
"Sudah kenal bukan?" tanya Ayahnya. "Tidak perlu dikenalkan lagi."
Hana mengangguk, ia sudah mengenal Arga walaupun tidak sepenuhnya.
"Sebelumnya perkenalkan terlebih dahulu saya Hanan Omnya Arga dan juga walinya. Sepertinya juga Bapak dan ibu sudah mengenal saya. Pertama-tama saya ucapkan terima kasih banyak sudah menyambut hangat kedatangan saya dan juga keluarga Nak Arga. Adapun maksud saya datang ke sini untuk bersilaturahmi dan juga ingin meminang putri bapak ibu untuk menjadi istri dari Nak Arga." Hanan menunjuk Arga, laki-laki itu menundukkan tubuhnya saat Ayah Hana menatapnya.
"Lihatlah Arga." Hana melirik Arga sekilas.
"Nak Arga duda anak satu bapak ibu, pernah menikah dan sudah memiliki putra bernama Arka." Hanan menunjuk Arka.
"Nak Arga mencari istri dan juga ibu untuk anaknya, semua orang tua pasti ingin anaknya mendapatkan yang terbaik. Yang bisa membimbing dan juga menjaga Arka, pilihan itu jatuh pada putri bapak ibu Nak Hana. Seperti yang Nak Hana lihat wajah Nak Arga memang sedikit cuek tapi insyaallah Nak Arga bisa menjadi suami yang baik nantinya. Nak Arga sudah memiliki pekerjaan yang tetap, insyaallah bisa menafkahi Nak Hana tanpa kurang sedikit pun dari nafkah batin maupun fisik."
"Ibarat menikah dengan Nak Arga, beli satu gratis satu."
Hana tersenyum tipis.
Ayahnya kini mulai berbicara. "Ijinkan saya untuk memperkenalkan putri saya satu-satunya Hana. Nak Arga boleh pandang Nak Hana terlebih dahulu." Arga memandang wajah Hana.
"Ini putri Om Nak Arga, mungkin kelak akan jadi istri Nak Arga. Jika suatu saat nanti Nak Arga sudah tidak ingin dengan putri kami, tolong pulangkan putri Om dengan cara baik-baik. Jika Putri Om tidak bisa mengurus Nak Arga dan Nak Arka, boleh di bimbing tapi mohon jangan di bentak. Karena Om tidak pernah satu kali pun membentak putri Om dan keputusan saat ini hanya putri Om yang berhak menjawabnya."
"Om mau nanya apa boleh?"
"Nak Arga benar-benar ingin meminang Putri Om?"
Arga mengangguk. "Untuk jadi istri dan ibu dari anak-anaknya saya Om."
Hana meremas gamis yang sedang ia pakai, Ayahnya menatapnya. Tangan kekar itu menyentuh tangan Hana membuat Hana mendongak.
Ayahnya tersenyum. "Bagaimana Nak, apa kamu menerima lamaran dari Nak Arga?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir Cinta Hana
EspiritualTakdir mengantarkan Hana menuju sebuah perjodohan. Siapa sangka laki-laki yang di jodohkan adalah orang duda anak satu yang tidak lain adalah Ayah dari anak didiknya. Apa yang akan di lakukan Hana? Menerima atau menolak?