pernikahan

3.8K 130 0
                                    


Pernikahan mereka di percepat setelah Hana mengatakan ucapannya beberapa hari yang lalu. Mereka memutuskan menikah dengan sederhana, itu kemauan Hana dan juga Arga.  Gina memeluk tubuh Hana yang sudah rapih dengan gaun putih yang melekat di tubuhnya. "Selamat akhirnya lo nikah juga."

"Cuma satu tahun."

Gina menghela napas panjang. "Lo rela, pernikahan lo cuma sebentar Han? Apa kata orang tua lo nantinya." Gina merasa kasihan dengan Hana, ia berharap mereka menikah untuk selama-lamanya hingga ajal menjemput.

Karena menurutnya mereka sangat cocok untuk satu sama lain.

Hana tersenyum tipis,  ini bukan kemauannya tapi kemauan Arga. Ia bisa apa, yang terpenting sekarang adalah  melihat orang tuanya bahagia itu saja. Ke depannya Hana tidak tahu bagaimana.  "Gue bisa apa, Gin. Gue bakal jadi janda muda setelah pernikahan ini selesai."

"Lo engga boleh ngomong kayak gitu. Pernikahan lo harus selama-lamanya engga boleh ada istilah cerai."

"Percuma engga akan bisa."

"Lo punya anak aja sama Arga, dengan begitu posisi lo aman."

Hana tersenyum tipis, anak? Hana tidak memikirkannya sampai ke sana. Ia hanya menikah satu tahun lalu berpisah, Hana tidak mau kelak anaknya tidak mendapatkan kasih sayang orang tua. "Engga kepikiran ke sana, gue ikutin alur aja."

Gina mengangguk. "Rombongan calon suami lo udah datang, Han," ucap Gina setelah melihat ke jendela.

Hana mengangguk.

"Ayo turun Nak," suruh Ibunya, Arga dengan ragu turun dari mobil. Pernikahan ini bukan yang pertama untuknya tapi mengapa rasanya berbeda, dadanya berdetak kencang apa ini efek dari pernikahan kontrak satu tahun yang akan mereka jalani.

"Masuk semuanya sudah nungguin kamu di dalam." Arga mengangguk.

"Arka sini sama Oma." Laila mengandeng tangan cucunya sebelum masuk ke dalam. Pernikahan kedua putranya berbeda dengan pernikahan pertamanya yang mewah, mereka memutuskan untuk menikah dengan sederhana dan hanya mengundang beberapa tamu saja. Laila melarang usulan mereka awalnya, tapi akhirnya Laila menyetujuinya karena Arga terus memaksa menikah dengan sederhana.

Arka duduk di sebelah Omanya, matanya melihat ke sekeliling. Dua kali sudah Arka berkunjung ke rumah ini, tapi anak kecil itu tidak tahu apa yang terjadi. Mengapa semua orang mengunakan pakaian rapih. "Ayah Arka mau menikah lagi, Arka bakal punya ibu baru."

Ibu?

Arka terdiam, matanya ia kedap-kedipkan berulang kali. Arka berusaha mencerna apa yang di ucapkan oleh pengasuhnya. Arka akan mempunyai ibu tiri setelah ini.

Arka sangat takut sekarang, bagaimana jika kejadian beberapa tahun kebelakang terjadi lagi. Dulu Arga pernah membawa seseorang yang ia kenalkan kepada Ibunya dan pada Arka. Arka di perlakukan baik ketika ada Laila dan juga Arga tapi setelah mereka tidak ada, tangan Arka di cubit ketika ia menangis atau menginginkan sesuatu.

Apa nanti ibu tirinya akan seperti wanita-wanita yang pernah Ayahnya bawa ke rumah?

Arka menundukkan kepalanya, ia takut sekali sekarang. Laila yang menyadari perubahan cucunya langsung memeluknya dengan erat, ia berharap Arga bisa memperlakukan Arka seperti seorang Ayah pada umumnya.

"Sudah siap?" tanya penghulu yang sudah duduk di depan Arga.

Arga mengangguk. "Nak Hananya boleh di suruh keluar."

Hana menundukkan kepalanya saat tangannya di apit oleh Gina dan ibunya untuk menghampiri Arga yang sedang duduk.

Hana duduk di sebelah Arga. "Sudah siap?" tanya penghulu lagi.

Mereka mengangguk, tangan Hana mulai dingin. Setelah ini statusnya akan berubah total menjadi seorang istri dan juga ibu sambung Arka. Hana melirik Arka yang berada di samping Laila, anak itu tidak tersenyum sama sekali. Wajahnya terlihat mendung sangat tidak bersahabat.

Hana bertanya di dalam hati, apa Arka tidak inginkan dirinya menjadi ibu sambungnya? Apa permintaannya kemarin kurang?

"Kita mulai sekarang... bismillahirrahmanirrahim saudara Arga Mahendra Siregar bin Arsen Mahendra, saya nikahkan dan kawinkan engkau dengan putri saya  Hana Jiara Kamila dengan maskawin  10 gram emas dan seperangkat alat solat, dibayar tunai."

Arga menarik nafas terlebih dahulu sebelum mengucapkan ijab kobul.

"Saya terima nikah dan kawinnya Hana Jiara Kamila binti Ihsan Akbari dengan maskawin 10 gram emas dan seperangkat alat sholat   di bayar tunai."

"Bagaimana saksi, Sah?"

"Sah."

"Sah."

"Alhamdulillah."

Arga menghela napas lega, ia bisa mengucapkan ijab kabul dengan satu tarikan tanpa ada salah apapun. Laila menyerka air matanya, bahagia sekali melihat putra satu-satunya menikah dengan wanita seperti Hana.

"Kalian sudah sah menjadi suami istri, selamat."

Mereka mengangguk sembari tersenyum tipis. "Silahkan jabat tangan suaminya, Nak Hana." Hana memberanikan diri menoleh ke arah samping, kali ini pandangan mereka bertemu.

Terpesona hanya sedikit itu yang di rasakan oleh Arga. Laki-laki itu segera menepisnya dan menganggap jika Alia—mantan istrinya yang lebih cantik.

Hana mencium punggung tangan Arga yang sudah menjadi suaminya di lanjut oleh Arga mencium kening Hana. Gina menepuk tangannya dengan heboh, ada rasa senang dan juga sedih melihat sahabatnya menikah sekarang.

Gina berharap Hana bisa mendapatkan hati Arga sebelum kesepakatannya berakhir.

Laila memeluk tubuh menantunya sembari menangis, bahagia. Dirinya bahagia sekali. "Makasih sudah mau menikah dengan Putra Ibu Nak Hana."

Hana mengangguk. "Doain Hana, ya, Bu. Semoga Hana bisa meluluhkan hati putra Ibu dan juga cucu Ibu."

"Pasti."

"Jaga Nak Hana, pastikan dia tidak kekurangan apapun," bisik Laila di telinga Putranya. "Sayangin dia, Nak. Kelak dia akan jadi ibu dari anak-anak kamu nantinya."

"Dia pasti akan menjadi ibu yang hebat, ibu percaya itu."

Arga hanya mengangguk, ia tidak tahu apa nanti bisa memperlakukan Hana sebagai istrinya atau tidak.

"Hana selamat, semoga kalian sakinah mawadah warahmah sampai maut memisahkan." Gina memeluk tubuh Hana dengan erat, ia membisikkan sesuatu. "Jangan lupa ponakan."

Hana langsung menginjak kaki Gina yang ada di depannya, ucapan Gina tidak bisa di kontrol.

Gina menundukkan kepalanya saat melihat Arga yang berada di samping Hana. Akhirnya Gina bisa melihat Arga lebih dekat, wajahnya sedikit mirip dengan Hana kalau di lihat seksama.

"Gue lihat-lihat wajah kalian mirip." Hana dan Arga langsung saling pandang.

Di mana letak kemiripannya? Hana tidak menemukan.

Gina tersenyum sedangkan Hana menatap sahabatnya tajam. Biasa-biasa Gina bercanda seperti itu, tidak bermutu sedikit pun. "Mirip?" tanya Arga pelan tapi masih bisa di dengar oleh Gina yang masih berada di sana.

Gina mengangguk. "Wajah kalian mirip sedikit."

"Engga kebayang wajah anak kalian nanti seganteng dan secantik apa." Hana meringis sekarang juga.

"Gina!"

Gina selalu saja membahas tentang anak kepadanya. Sarah yang mendengar langsung mengangguk. "Ibu juga setuju dengan kata Nak Gina, kalian berdua mirip."

Hana langsung memanggil Arka yang sedang duduk. "Arka!"

Takdir Cinta HanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang