luka Arga

2.9K 227 35
                                    

"Terlalu lama mengabaikan rasa sakit membuat hatinya menjadi keras."

.

.

.

.

.

.

.


Siang harinya Laila menjatuhkan tubuhnya saat sampai di pusaran suaminya. Sesak, dadanya seperti terjepit. Ia masih tidak menyangka jika Arsen suaminya telah berpulang lima tahun yang lalu. Laila mengusap nisan yang bertulisan nama mendiang suaminya dengan pelan.

Air matanya menetes. "Mas."

"Ternyata waktu berlalu begitu cepat." Laila menadahkan wajahnya ke atas. Air matanya masih berlomba-lomba keluar.

"Lima tahun, Mas." Laila memalingkan wajahnya lalu melanjutkan ucapannya. "Waktu yang lama untuk aku bisa menerima semua ini. Semuanya tampak seperti mimpi belaka Mas."

Mbak Siti mengusap punggung Laila yang bergetar hebat. "Dan lima tahun juga Arga tidak pernah datang ke sini. Arga sekarang sudah menikah dengan wanita pilihanku, dia baik Mas. Aku berharap Hana bisa meluluhkan sifat putra kita yang keras itu."

"Mas ridhoi segala yang aku lakukan pada Arga, hati seorang ibu mana yang tidak sakit hati melihat putranya kembali lagi pada wanita itu dan itu engga pernah terjadi sampai kapanpun."

Hujan turun Laila setia berada di sini, tangannya tidak berhenti mencabut rumput yang tumbuh di makam suaminya. Laila menaruh bunga yang selalu suaminya berikan kepadanya, bunga favoritnya kini menjadi hiasan di atas makam suaminya.

"Mas, tunggu Laila." Tanah kosong di sebelah makam suaminya sudah menjadi miliknya. Kelak jika ia meninggal, Laila akan di makamkan di sisi makam suaminya.

Setelah Laila pergi seorang laki-laki parubaya menaruh sebuah  bunga atas perintah  dari Arga.

.

Kendaraan beroda empat itu berhenti di pinggir jalan yang sepi, Arga membuka kaca jendela mobil dengan sempurna. Suara rintihan hujan masih setia terdengar di telinganya dan menemani malam yang yang sunyi.

Arga mengambil rokok yang berada di saku celananya, mengapit rokok tersebut dengan kedua bibirnya lalu menyalakannya dengan korek.

Matanya berkali-kali terpejam sembari mengambil napas dalam-dalam. Air matanya mulai menetes, ada luka yang ia simpan sendiri.

Ada luka yang sering dia abaikan dari dulu.

Ya, mobil yang di tumpangi oleh Arga berhenti di depan TPU (Tempat pemakaman umum).  Di sanalah Ayahnya tertidur pulas di peluk tanah dan kegelapan. Hari ini, hari di mana Ayahnya menghembuskan napas terakhir.

Di hari ini separuh jiwa Ibunya hilang sudah dan separuh panutannya hilang. Luka yang tidak pernah Arga bisa lupakan seumur hidupnya, Arga sangat membenci hari ini.

J

ika hari  ini di tahun kemarin, Arga gila bekerja. Siang dan malam tanpa henti, semua ia lakukan untuk menghilangkan rasa sesak yang sampai sekarang masih ada. Semuanya lembur, semua karyawan tidak boleh ada yang pulang. Arga selalu mencari kesalahan kecil lalu di besar-besarkan.

Takdir Cinta HanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang