"Kebahagiaannya itu sederhana hanya melihat orang yang kita cintai tersenyum itu sudah cukup."
.
.
.
.
Rupanya Anak itu tersenyum.
Rasanya Hana seperti terbang begitu tinggi saat melihat Arka yang tersenyum ketika membuka papar bag yang ia berikan. Anak laki-laki itu nampak antusias, Arka menyukai pemberian darinya.
Senyumannya itu tidak pernah pudar sama sekali. Laila yang berada di sana sama seperti Hana, tampak bahagia. Laila merindukan Arka yang aktif seperti dulu, mengoceh setiap waktu tanpa mengenal lelah tapi sekarang semua itu hanya kenangan.
Melihatnya tersenyum saja sudah membuat Laila tersenyum dan hatinya menghangat.
"Bilang terima kasih, Arka." Laila menepuk pelan pundak kecil cucunya. Arka menoleh, ia membisikkan sesuatu di telinga Laila membuatnya tersenyum dan mengangguk. "Kata Arka, Makasih."
"Sama-sama Arka."
Arka tersenyum malu-malu saat Hana menatapnya. "Arka suka?"
Arka mengangguk dengan cepat. "Besok pake, ya."
Besok Hana akan mengajak Arka jalan-jalan, hari Minggu itu waktu untuk Hana. Masa bodo jika Arga melarangnya, ia akan terus memaksanya untuk mengijinkan mereka pergi.
Hana menghela napas saat melihat suaminya tiba-tiba pergi begitu saja tanpa membawa paper bag yang ia berikan. Tidak ada senyuman kecil terpancar di bibirnya, ia sedikit kesal.
Laila menggeleng-gelengkan kepalanya. "Anak itu."
Hana menutup pintu kamar Arka setelah membawakannya segelas susu putih, anak laki-laki itu belum tertidur. Ia sibuk dengan beberapa buku yang ada di atas meja belajar miliknya, lagi-lagi Hana menghela napas berat.
Langkah kakinya begitu sulit, tidak ada apresiasi yang diberikan oleh suaminya. Tidak ada senyuman ketika ia memberikan hadiah tersebut, wajah suaminya begitu kaku jika tersenyum seperti di paksakan.
Pintu kamar terbuka lebar, Arga tidak berada di ranjang. Suara rintikan air terdengar, rupanya laki-laki itu sedang mandi malam-malam. Pandangannya kini tertuju pada paper bag yang berada di nakas dekat ranjang, rupanya Arga tidak menyentuhnya sedikitpun.
Arga keluar kamar mandi, Hana pun masuk.
"Hana tolong ambilkan air, saya haus." Hana mengangguk.
Hana dengan cepat mengambil air dan kembali lagi ke kamar. Menyimpannya di atas Nakas lalu berjalan menuju sisi kanan ranjang yang kosong, Hana membaringkan tubuhnya membelakangi Arga yang sibuk dengan map di tangannya.
_
Malam hari kini berganti pagi, suara burung-burung bernyanyi membuat Hana terbangun dari tidurnya, sedikit terlambat. Ya, Hana sedang menstruasi jadi ia tidak sholat subuh, pandangannya tertuju pada Arga yang masih tertidur lelap memeluk tangan kirinya dengan erat.
Menggoyangkan tangan kekar tersebut supaya bangun untuk sholat subuh. Arga seperti tampak terganggu, mata yang tadinya terpejam kini terbuka walaupun pun belum terbuka dengan sempurna.
"Sholat subuh dulu, Pak."
"Hm."
Ya, Arga bangkit dari ranjang. Sebelum masuk ke kamar mandi, ia membalikkan tubuhnya menatap Hana yang masih tertidur dengan tubuh yang terbungkus oleh selimut. "Kamu engga sholat?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir Cinta Hana
EspiritualTakdir mengantarkan Hana menuju sebuah perjodohan. Siapa sangka laki-laki yang di jodohkan adalah orang duda anak satu yang tidak lain adalah Ayah dari anak didiknya. Apa yang akan di lakukan Hana? Menerima atau menolak?