1; si manis

259 15 6
                                    

🌼

*Beberapa bulan sebelumnya*

"Ibuuuuu...." Pagi-pagi yang enak nya minum kopi, sedikit terkagetkan dengan suara teriakan dari si manis, Abira.

"Aduh, ada apa to cah lanang?."

"Ibuuuu.... Aduh piye iki buu...."

"Opo to? Pelan-pelan wae, ono opo?."

"Bira, diterima Bu... Bira keterima kuliah S2 di Jakarta."

"Hah? Seng bener?." Ujar si ibu yang terburu-buru ngelap tangan nya yang basah ke daster yang dipakai karna tadinya sibuk nyuci piring.

Sang ibu memakai kacamatanya untuk melihat kebahagiaan anaknya lebih jelas, dan berteriaklah mereka berdua, diikuti oleh tatapan aneh dari si monggi kucing peliharaan Bira yang doyan kawin lari.

"Monggi.. Coba liat iki lo, aku di terimo cah, oalah rak nyongko." kata si Bira yang sibuk pamer sambil menyodorkan laptop nya kehadapan monggi yang langsung melengos pergi, karna si tobi, kucing duda tetangga sebelah lebih menarik.

"Udah bilang bapak mu?".

"Belum bu, bapak nang ndi to?".

"Sawah.. Anu panen dino iki, susulno wae kono".

Abira, dengan hati yang amat senang bak menang lotre, langsung mengeluarkan motor untuk menjemput si bapak, karna ibu bilang, bapak tadi pagi ke sawah jalan kaki, sekalian olahraga katanya.

"Ibu nitip es kelapa yo le".

"Nggeh bu".

Mengendarai motor di pedesaan membuatnya yang belum pergi kemanapun selain kota tempat kelahiran, sudah merasa rindu, kemilau nya ibukota tidak bisa menggantikan nyaman nya rumah sendiri, Bira berangan-angan mendapat banyak teman di jakarta, dan dimana dia akan tinggal? Apa boleh sama bapak buat ngekos sendiri? Wong di tinggal study tour 2 hari saja udah di telfonin terus, suruh hati-hati biar gak ilang dari rombongan katanya.

Membayangkan jauh dari orang tua cukup bikin mata Bira basah, loh tapi kok basah nya sampai baju?

Waduh mulai hujan toh..

Nggak perduli, si Bira tetep melajukan motornya dan berakhir basah kuyub sambil di tatap aneh sama pekerja bapaknya.

"Ora neduh to?". Itu mbak Yanti, yang udah kerja sama bapak lebih dari 10 tahun, si biang gosip, tanya aja soal bisul siapa yang pecah kemarin, dia tau.

"Ndak mbak, bapak dimana?."

"Nang njero, iku ono handuk resik di keringno sek awak'e". Bira ngangguk dan masuk ke dalam kantor bapaknya yang ternyata lagi nimbang-nimbang jumlah panen hari ini.

"Pak?."Bapak nengok sambil ngeliatin Bira yang mirip monggi kalo habis kecebur selokan.

Abira berakhir memakai jaket Mang Sapri, tukang sayur keliling yang biasa ambil barang di bapak, walaupun rada apek ya lumayan biar nggak kedinginan.

Bapak dengan wajah datar dan mengucap syukur saat Bira kasih tau semuanya, tapi Bira tau bapak nya juga bahagia.

Sekarang mereka berdua pergi ke alun-alun, perayaan kata si bapak, jadi Bira boleh beli jajan apapun yang dia mau.

Sate, gulali, nasi pecel, minum bandrek, sampe beli balon bentuk karakter juga di-iyakan oleh si bapak, memang begitu orang tua, selagi ada, apa yang tidak kalau itu untuk anak.

Makan nasi pecel di emperan jalan, si bapak mulai bicara serius yang di jawab dengan anggukan oleh Abira.

"Abira, si manis anak bapak ibu, nanti kalau sudah sekolah jauh, selalu ingat karo orang tua, di telpon walau cuma ngobrol sak menit, sekolah seng bener, pergaulane di jogo, Jakarta karo kene bedo le, pilih konco sing iso gawe koe lebih maju."

Sekarang giliran bapak yang bawa motornya, si manis duduk tenang di belakang sambil menggigil karna baju nya yang setengah kering, sampai di rumah di sambut oleh ibu dengan wajah sumringah, yang bapak sama Bira pun bingung ada apa.

"Mana es kelapa nya? Huh ibu wes kepingin dari siang malah baru pada sampe."

Si bapak bingung, karna nggak merasa dititip apa-apa, bapak nengok ke Bira yang cuma bisa cengengesan karna dia beneran lupa.

Si ibu ngambek dan masuk kekamar sambil gendong si monggi, yang padahal ini malam minggu, jadwal dia tebar pesona sama duda sebelah.

Kayaknya, Bira sama bapak malam ini harus bikin tenda di alun-alun.

🌼

RETROUVAILLE (CHANBAEK)🔞 END.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang