🌼
"berapa lama Ra sampai sana?."
"Nes.. itu kamu seriusan begitu bajunya?."
"Emang anjing si Seehan, lu juga kenapa warna bajunya kebanyakan soft semua?."
"Ya daripada hitam tapi motif pisang, udah inilah Nes pake baju ku aja nih yang coklat muda deh ni."
Danes bener-bener ngerasa jadi bocah yang kabur dari rumah, cuma modal tas, laptop dan ATM yang untung isinya ada.
"Seehan tuh tai banget kalo gak niat menjemin mending gak usah." Danes sibuk ngedumel sambil mengganti baju yang di pinjamkan Seehan, tanpa sadar sang empunya sudah berdiri di pintu kamar Bira.
"Emang gak bersyukur lu."
"Ngintip lu ya."
"Siapa suruh gak di tutup pintunya."
"Duh, udah-udah, Seehan nanti kalau taxi nya dateng minta tolong bawain koper ke bawah ya?."
"Udah pesen?."
"Belum sih."
"Gak usah, gua anter aja ke stasiun, deket lah dari rumah, stasiun Senen kan?."
"Gak ngerepotin?."
"Enggak, atau mau telfon mas aja?."
"Gak usah." Singkat, tapi cukup bikin Seehan menaikan alisnya dan menatap Danes penuh tanda tanya yang hanya di balas Danes dengan gerakan bibir tanpa suara "K E P O." gitu.
Langit di luar masih gelap diiringi oleh suara adzan subuh dari berbagai arah, rumah bunda sudah terang benderang karena kesibukan yang tiba-tiba.
"Udah mandi sayang?." Tanya bunda pada Seehan yang terlihat turun dari tangga sembari membawa satu koper.
"Udah ganteng gini Bun, masak apa nih ngomong-ngomong cantiku." Tanya Seehan yang memeluk pinggang sang ibunda.
"Nih bekel buat Bira sama Danes, biar gak jajan pas di kereta, takutnya mahal, ini juga ada sarapan, kamu makan dulu gih dek."
"Ra..Nes makan dulu." Suara Seehan cukup membuat keduanya turun dengan dalam keadaan siap.
Hanya denting suara sendok dan piring berpadu yang terdengar hingga semuanya menyelesaikan makanan yang ada di atas piring.
"Mas katanya mau perpanjang apartemen jadi 6 bulan dek, kamu tau?."
"Enggak Bun, tapikan itu juga gak perlu izin aku Bun wong apartemen punya nya mas."
"Mau pulang katanya hari ini, kamu abis anterin Bira Danes langsung pulang ya dek, kerja rodi kita hari ini."
"Kerja rodi gimana bunda?." Sekarang Danes yang tanya, diiringi tatapan penasaran dari yang lain.
"Itu loh undangan nikah mas."
'uhhuukkk....uhuuuukkk'
"Pelan dek ah, minum aja sampe begitu."
"Gak.. maksud bunda undangan apaan sih Bun? Emang ada ya? Yang mana sih Bun." Paniknya Seehan malah bikin Bira jengah.
"Itu loh Se, undangan sama mba Davina, ya kan Bun? Yang kita beberes beberapa hari lalu." Ujar Bira tanpa ragu.
"Nah iya itu, masih inget loh Bira, masak kamu lupa dek."
"Oo...oohh ituuuu... Iya iya Bun aku inget, emang undangan nya mau di apain?."
"Buang lah, di apain lagi? Mas mu yang bilang sendiri."
..
Suasana hening menyelimuti perjalanan menuju stasiun, matahari kian menanjak memberikan efek cahaya hangat yang masuk melalu kaca mobil, Danes yang biasanya menolak untuk duduk di sebelah Seehan kini tak punya pilihan, Bira butuh jarak.
KAMU SEDANG MEMBACA
RETROUVAILLE (CHANBAEK)🔞 END.
Historical FictionRetrouvaille (n.) the joy of meeting or finding someone again after long separation; Sepenggal kisah kasih, senang sedih dan juga tawa dalam perjalanan menemukan bongkahan puzzle yang sebelumnya tak pernah utuh.