🌼
Daripada beradu dengan kemungkinan mereka melewati batas, di peluk Bira erat hingga si cantik terlelap, setelah membersihkan diri, Caya segera pergi dengan meninggalkan sticky notes pada meja yang bersebelahan dengan dimana Bira meletakkan ponselnya.Caya rasa, tak perlu lagi mengejar jawaban padahal si cantik sudah pasrah dibawah tubuhnya, di jalankan mobil menuju rumah yang jarang ia tempati setelah pindah ke apartemen, rumah itu kini terlihat sunyi, yang biasanya ada Seehan, kini bunda menetap sendirian.
Dibuka nya pagar yang tergembok lalu masuk ke dalam rumah, memang, masing-masing dari anaknya memegang kunci untuk jaga-jaga, bunda seketika keluar dari kamar, dengan rambut memutih yang ia sanggul ke atas.
"Kamu mas?"
"Iya bun, ganggu ya?"
"Enggak, tumben subuh gini mampir, abis dari mana? Main?"
"Iya bun."
"Jangan dibiasakan main sampe subuh mas, nyetirnya takut gak fokus." Bunda memakai sandal rumah dan pergi ke dapur.
"Kopi mau?"
"Susu coklat ada gak bun?"
"Bentar." Bunda membuka beberapa laci di dapur, "kalo gak ada gak usah bun." Caya menyadari jika sepertinya bunda kesulitan mencari yang ia mau, "ada kok, waktu itu Lian yang bawain, naahhhh ini." Bunda tersenyum dan segera menyeduh 2 cangkir yang berbeda isinya, di letakan pada meja kecil di taman belakang berserta singkong rebus favorit bunda.
"Kerjaan gimana mas?"
"Lancar bun, kemarin orang tua Danes, titip salam buat bunda."
"Aduh iya, bunda gak dateng ke nikahan Danes soalnya, ini nih mas pinggang bunda, wwooohhh sakit banget, minta alamat Danes ya mau bunda belikan barang aja."
"Nanti aku kirimkan ke chat aja bun."
"Oke."
Hening, bunda menikmati setiap sesap dari cangkir kopinya, memakai kacamata baca lalu fokus membentangkan koran langganannya.
"Bun, ini masih terlalu pagi gak sih buat ngomongin hal serius?"
"Gak ada yang namanya terlalu pagi, terlalu ini, terlalu itu, kalo ada yang memang seharusnya dibicarakan, monggo."
Bunda melipat koran yang semula ia baca ke bentuk awal, lalu menatap wajah anak pertamanya yang masih jelas diliputi keraguan untuk memulai pembicaraan, "kenapa mas? Bira?" Pertanyaan yang langsung membuat wajah anaknya menengok cepat.
"Kok..bunda tau?"
"Kamu nih, keluarga kita nambah keluarga Lian loh, bunda ada grup chat sama keluarga sana, kemarin pas kondangan Danes, rame grup chat ngomongin kamu, bunda sih gak komen apapun, bunda gak mau mendahului mas, maksud bunda mending begini, mas yang datang langsung ke bunda lalu jelaskan, sebenarnya ada apa."
"Bira sudah putus bun sama pacarnya."
Bunda mengerutkan jidatnya, mengingat-ingat siapa pacar Bira "ahhh, si itu, yang rambutnya panjang, siapa sih namanya, lupa lho bunda."
KAMU SEDANG MEMBACA
RETROUVAILLE (CHANBAEK)🔞 END.
Historical FictionRetrouvaille (n.) the joy of meeting or finding someone again after long separation; Sepenggal kisah kasih, senang sedih dan juga tawa dalam perjalanan menemukan bongkahan puzzle yang sebelumnya tak pernah utuh.