🌼
Di nyalakannya lampu sesaat setelah Caya masuk ke dalam unit apartemen yang sudah 2 tahun tak pernah lagi ia sambangi, tak jauh berbeda dari memori terakhir nya, hanya saja meja yang tadinya penuh dengan tugas kuliah, sudah berganti dengan vas bunga cantik.Di tengoknya sebentar keadaan dapur Bira, tapi sesuai ekspektasi, dapur ini sepi sekali, bahkan isi kulkas pun hanya susu dan cereal "Bira apa gak pernah makan di rumah?" , disusuri pinggir wastafel, dan ada beberapa gelas bekas kopi yang kerak nya mulai mengering "kapan terakhir kali cuci gelas deh nih anak." Caya ini tipe yang tidak bisa melihat sesuatu berantakan apalagi tertangkap matanya, dia tidak bisa pura-pura tidak melihat, hanya saja ini tempat Bira, Caya harus menahan diri dan mendudukkan diri di atas sofa sambil tetap sibuk mengerjakan desain di iPad nya.
Lampu yang menyala di depan pintu pertanda ada seseorang yang memasuki unit, Bira, dengan bulir keringat yang menetes dari dahi nya masuk dengan pakaian formal, jas abu-abu dengan warna celana yang senada, "udah lama mas?", terlihat, jika Bira harus mengatur nafasnya yang tersengal.
"Kamu lari? Keringetan gitu Ra."
"Iya..aku lari dari parkiran, takut kelamaan, terus mas berubah pikiran."
"Aku tungguin kok, kamu udah makan?"
"Udah, aku ganti baju dulu bolehkah mas?"
"Mandi juga gak papa Ra, di tunggu kok." Ucap Caya sambil tersenyum yang membuat Bira sedikit limbung, "O-okay, sebentar ya mas."
Sebenarnya kedatangan Caya kali ini juga tanpa agenda, tidak ada apapun yang terbersit dalam kepalanya selain ingin membicarakan hal yang sempat tertunda karena keadaan.
Suara shower yang terdengar hingga ruang tamu, membuat duduk Caya semakin gelisah, dia tau benar jika ia tidak pandai merangkai kata yang sedemikian rupa, tapi kali ini Caya sadar betul, jika kesempatan ini tidak mungkin akan kembali lagi, membayangkan Bira benar-benar jauh dari jangkauan rasanya membuat dia gila.
Bira keluar dari kamar dengan balutan kaos dan celana tidur, kepalanya masih terbungkus handuk, wangi semerbak seketika menyebar sampai indra penciuman Caya yang segera menatap Bira yang berjalan ke arah sofa.
"Udah?"
"Apanya mas?"
"...ya, mandi nya, maksud aku kamu udah bersih-bersih nya? Skincare dan segala macem gitu."
"Skincare nya nanti aja mas mau tidur." Caya mengangguk dan kembali menatap iPad hanya untuk mengalihkan pikirannya.
"Mas? Aku udah putus." Persetan gengsi, pikir Bira.
"Iya, tadi kamu udah bilang." Caya mematikan iPad nya dan menaruhnya di meja, di letakan seluruh atensinya pada Bira yang masih berdiri mengeringkan rambutnya.
"Sini duduk." Caya menepuk tempat disampingnya, dua kata yang mampu seketika menyihir Bira untuk langsung duduk di samping pria itu.
"Then?"
"Kata mas kita baru bicara soal kita kalau aku selesaikan dulu urusanku sama Nessa."
"Aku tau, coba kamu hadap kesana." Caya mengambil alih handuk yang Bira pegang, lalu mengeringkan rambut si cantik yang duduk memunggunginya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RETROUVAILLE (CHANBAEK)🔞 END.
Historical FictionRetrouvaille (n.) the joy of meeting or finding someone again after long separation; Sepenggal kisah kasih, senang sedih dan juga tawa dalam perjalanan menemukan bongkahan puzzle yang sebelumnya tak pernah utuh.