⋆༺ 07 - SWEET MESSAGE

5.6K 477 1K
                                    

siders, single abadi hehe.

don't forget to vote and comment, baby. happy reading, hope y'all enjoy <3
400 vote 1k comment, langsung next ^^
________________________________

"Apa yang sebenarnya lo lakukan?"

Sejak hidangan lezat menggiurkan tiba di atas meja berpola mosaik elegan, Delacey sama sekali tidak melenyapkan raut wajah juteknya saat memerhatikan lelaki dengan kaos polo hitam dari Giordano terpasang sempurna di badannya, terlihat sangat tenang menikmati wine dari gelas kaca mewah di genggaman lelaki itu.

Seharusnya yang duduk di hadapannya adalah Oscar, bukan lelaki dengan seringai menyebalkan itu. Restoran mewah bintang lima di lantai paling atas—dengan dinding kaca menampilkan pemandangan ratusan menara pencakar langit yang sangat indah—adalah tempat keberadaan dua insan yang memasang ekspresi saling bertolak belakang. Delacey dengan wajah sinisnya, Jeaven dengan wajah persuasif menggoda.

"Apa lagi?" Jeaven meletakkan gelas kaca itu ke meja terpajang lilin dan bunga segar. "Tentu saja makan malam dengan lo, Nona. Sebuah kehormatan."

Delacey tertegun.

Menyadari suasana yang terjadi sekarang. Mereka ada di dalam restoran berkualitas tinggi, menikmati makanan fancy seperti sepasang kekasih yang sedang berkencan.

Dulu, Delacey sangat mengharapkan ini kepada Jeaven. Gadis itu masih teringat ia pernah merengek ingin dinner bersama cowok dingin itu. Kali ini, ia tidak meminta atau menginginkan, namun justru terjadi begitu saja. Seperti sebuah lelucon.

Jeaven memotong daging steak, sesekali menatap Delacey yang sama sekali tidak menyentuh makanannya dan lebih memilih memerhatikan Jeaven sengit hingga laki-laki itu terkekeh, "Kalau lo terus natap gue, gue bisa salah tingkah. Makan. Lo belum makan apapun daritadi."

"Gak nafsu."

Mengernyit heran adalah reaksi Delacey ketika Jeaven tiba-tiba beranjak bangun dari kursi beserta makanan di tangannya. Hal yang lebih membuat Delacey terkejut yaitu saat Jeaven sudah mendaratkan bokong di kursi sebelahnya. Merapatkan diri dengan cewek di sebelahnya.

"Ngapain lo duduk di sini?" protes Delacey. "Bloody hell. You know what lo itu literally kayak benalu beneran. Nempel terus dan  merugikan. Move away, Jerk."

"Gue gak bisa duduk berhadapan sama lo saat makan," jelas Jeaven.

"Kenapa?"

Sebelum menyahut ucapan Delacey, sedetik Jeaven mengarahkan kepala ke belakang, memerhatikan sosok yang duduk paling pojok yang seketika menunduk ketika tatapan maut ditampilkan oleh mata elang Jeaven. Rahang cowok itu mengetat begitu pun dengan ototnya yang mengeras.

Sosok itu masih mengikuti mereka.

Kemudian kembali mengarahkan perhatian kepada Delacey, "Gue merasa lebih nyaman kayak gini, duduk sebelahan."

Delacey berdecih. "Dulu justru lo yang paling sering ngusir gue kalau gue duduk di samping lo. Lo bilang gak nyaman kalau makan duduk sebelahan sama orang. But right now... fuck the past. Nevermind."

Jeaven tersenyum kecil.

Alih-alih menyantap makanan, Delacey justru kembali memerhatikan Jeaven intens. Mulai dari pakaian, sepatu, hingga arloji mahal yang terpasang di pergelangan kiri tangan kekar Jeaven. Semuanya barang branded dan asli. Delacey berdecak, "Lo gak keliatan kayak orang yang lagi butuh duit."

"Ya?" Jeaven mengerutkan dahi, berhenti memotong daging yang sebenarnya ia lakukan untuk Delacey.

"Lo gak keliatan kayak orang yang lagi butuh duit," ulangnya. "Lo keliatannya bukan orang yang kekurangan biaya hidup sampai harus kerja sama Bokap buat jadi bodyguard gue. Bahkan lo bilang... lo baru balik dari Amerika Serikat 'kan?" komentar Delacey heran. "Makanya gue nanya tadi, apa yang sebenarnya lo lakukan."

DELACEY & HER GUARDIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang