❝ Kalau lo butuh bantuan, I'll help you. ❞
❝ So, can you help me? ❞ Delacey menyeringai. ❝ My lips wanna taste yours. ❞
Jeaven mendekatkan wajah, mempertemukan bibir Delacey dengan miliknya.
❝ As you wish, My Lady. ❞
•••
Seolah tertelan semesta be...
1K nya dulu baru fast update! ·˚ ༘₊· ͟͟͞͞꒰➳ ________________________________
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"I don't have anyone, setidaknya buat meluk gue dan bilang bahwa everything is gonna be fine. Dan satu-satunya orang yang gue pikir akan datang menenangkan gue adalah lo. But... where are you, Jev? Lo kemana disaat gue berada di titik paling rendah dalam hidup gue? Kenapa lo menghilang padahal gue sangat membutuhkan lo di sisi kala itu, I really need you."
Jeaven langsung menarik Delacey ke dalam dekapannya. Lagi-lagi tangannya mengelus punggung perempuan itu, seolah mengirim kekuatan untuk menenangkannya.
"Lo masih berutang cerita sama gue, Jev." Delacey menelan salivanya. "Kenapa lo pergi saat itu? Kenapa lo ninggalin gue tanpa kabar apapun seolah... gue bukan bagian penting dari hidup lo."
"Delly..." Jeaven mengencangkan pelukannya untuk Delacey. Laki-laki itu terdiam selama beberapa saat dengan mata berkaca-kaca. "Sesuatu terjadi saat itu juga... di hidup gue."
Delacey bergeming dalam dekapan Jeaven sementara telinganya terpasang tajam untuk mendengarkan saksama cerita yang kini dituturkan oleh Jeaven.
"Sesuatu juga menghancurkan gue saat itu sehingga harus pergi," lanjut Jeaven dengan susah payah, "Gue harus balik ke Amerika Serikat saat itu karena..." Jeaven sungguh tidak sanggup menceritakannya, "Musibah terburuk terjadi menimpa... keluarga gue. Something that has always been a regret in my life."
Delacey mengernyit. "Musibah?"
"Maaf, Delly," lontar Jeaven sambil menahan air matanya. "Gue janji, setelah gue siap menceritakannya, I'll tell you everything. Gue pasti akan menceritakannya tapi untuk kali ini... gue benaran belum siap menjelaskannya."
Jawaban Jeaven lantas membuat Delacey melepaskan dirinya dari pelukan Jeaven. Perempuan itu menyeka air matanya sambil menatap Jeaven jengkel. "Kenapa? Apa yang lo sembunyikan dari gue? Kenapa alasan itu menjadi sesuatu yang berat buat lo ceritakan?"
"Gue gak mencoba menutupi apapun. Hanya saja ini belum waktunya," ujar Jeaven kemudian meraih tangan Delacey, menatap gadis itu intens. "But trust me, gue gak punya pilihan saat ninggalin lo waktu itu. I didn't just leave you without reason dan alasan itu... belum bisa gue ceritakan sekarang."
Delacey menepis tangan Jeaven yang tadi menggenggamnya. "Keluar."
"Delly."
"Keluar," pinta Delacey tanpa menatap Jeaven. "Gue bilang keluar, ya keluar."
Jeaven mendesah pelan. Memandang perempuan itu intens lagi dengan mata gelapnya. "Mungkin gue belum bisa ceritakan alasan kepergian gue tapi gue bisa bilang alasan gue kembali."
Akhirnya Delacey melihat ke Jeaven lagi. "Apa?"
"Of course you are, My lady," ucap Jeaven. "I always think about you every single day and that's why I came back because I fucking miss you, Cutie Patootie. I miss you so fucking bad."
Delacey terdiam ketika mendengarkan kalimat yang cukup menggetarkan hati.
"Gue kembali bukan karena merasa bersalah dan ingin menebus dosa yang udah pernah gue lakukan tapi karena gue sungguh merindukan seseorang yang gue cintai. Like what I said, My heart belongs to you, that's why I need to find you."
Perkataan Jeaven cukup membuat Delacey terbelalak karena lelaki itu mengucapkan kalimat itu dengan sangat lancar dan cepat tanpa terbata sedikit pun. Bahkan tatapan pemuda itu masih sangat intens, tidak ada sama sekali pancaran keraguan di sana. Membuktikan bahwa ungkapannya itu benar.
"I won't leave you again."
"Ngomong emang mudah," sahut Delacey disertai dengusan. "Tapi gak masalah kalau pun nanti lo pergi. I'm used to being left behind."
"Take my word for it," sahut Jeaven kembali merapatkan dirinya kepada Delacey. "Kali ini gue akan membuktikan ucapan gue."
"Kalau lo berbohong..." Tatapan Delacey menjadi sengit memandang Jeaven, "Gue yang bakalan bunuh lo."
Begitu Delacey berkata demikian, perut gadis itu tiba-tiba saja berbunyi membuat Jeaven terkekeh. "Sure. Tapi sebelum itu, you have to dinner. You have to eat before I eat you later, Lady."