vote dan komentar ya! ·˚ ༘₊· ͟͟͞͞꒰➳
________________________________"Maafkan aku karena tidak bisa mengendalikan diri sehingga membuat keributan di sekolah. Aku tahu, seharusnya aku lebih baik dari Delacey tapi bajingan itu sudah keterlaluan. Aku melakukannya karena tidak terima Delacey disakitin. Iya. Aku mengerti, kekerasan tidak harus selalu dibalas dengan kekerasan. Tapi di sisi lain, aku merasa bedebah itu pantas menerimanya."
Delacey mengerutkan dahi, mengintip di balik tembok—menguping Jeaven yang sedang berdiri di depan kolam renang sambil berbincang dengan seseorang melalui handphone. "Dia minta maaf sama siapa?" gumamnya pelan.
"Bibi, bukannya sudah seharusnya tugasku menghancurkan bajingan yang berusaha melukai Delacey?"
"Bibi?" Delacey seketika teringat dengan wanita yang merupakan sekretaris Papanya yang ternyata adalah bibi Jeaven sekaligus wanita yang sempat Delacey pikir akan menjadi Mama tirinya. Sekarang Delacey tahu dengan siapa laki-laki itu menelepon.
Namun, kata-kata Jeaven tadi 'bukannya sudah seharusnya tugasku menghancurkan bajingan yang berusaha melukai Delacey?' membuatnya tertegun dalam seperkian detik. Sampai Delacey berdeham, berjalan menghampiri laki-laki yang hampir setiap hari mengenakan kaos hitam press body.
Jeaven yang sedang berdialog seketika kaget karena tiba-tiba Delacey merebut ponsel di tangannya bahkan langsung menyambung obrolan.
"Halo bibi cantik atau sekretasinya Papa atau siapapun itu," lanjut Delacey berbicara dengan handphone Jeaven. "Apa yang tadi Jeaven lakukan not wrong at all. Bajingan yang udah nampar saya, pantas dihajar habis-habisan. Lucky him, he wasn't killed by Jeaven. Jadi apa yang Jeaven lakukan itu sudah benar. Don't blame him. Selain itu... nevermind. Good night."
Tanpa menunggu sahutan dari wanita itu, Delacey langsung menutup panggilan dan menyerahkan kembali ponsel milik Jeaven.
"What was that?" Jeaven menaikkan satu alisnya.
"Menolong lo dari omelan mungkin," sahut Delacey. Masih saja cewek itu berintonasi dingin.
Jeaven tersenyum samar. "Hidung lo baik-baik aja?" Mengingat perkelahian Delacey tadi dengan Sakura.
"Nambah mancung," sahut Delacey asal membuat Jeaven terkekeh. "Bye the way... bibi lo itu ikut sama Papi gue ke Belanda 'kan? Gimana kabar Papi gue di sana?"
"Lo khawatir?" Jeaven balik bertanya. "Kenapa... gak lo aja yang langsung nanyain ke Om Darga?"
Delacey mendengus. "Gak mau."
"Apapun yang pernah terjadi dan apapun yang pernah papi lo lakuin, he's still your father, Delly. Maybe he made a mistake or something like that but he really cares and loves you dan gue yakin, lo juga begitu. Hanya terhalang gengsi dan ego yang selama ini terbangun. If you're worried about your dad, text him. Dia bakal seneng kalau tau putri kesayangannya nanyain kabarnya," ujar Jeaven.
"Lo gak tau apa-apa. Better you shut up."
Delacey berdecak tipis sebelum melalui Jeaven begitu saja. Perempuan itu lantas berdiri di ujung kolam berenang, menarik midi dress motif flora ke atas hingga yang tersisa di tubuhnya hanya crop tanktop putih dengan bawahan celana sangat pendek.
Perlahan, kaki mulus Delacey menyentuh permukaan air lalu memasukkan setengah tubuhnya ke kolam besar berbentuk persegi panjang. Merendamkan dirinya, menikmati sensasi sejuk air kolam pada malam hari. Sudah lama sekali ia tidak berenang kala cakrawala menggelap seperti sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
DELACEY & HER GUARDIAN
Romansa❝ Kalau lo butuh bantuan, I'll help you. ❞ ❝ So, can you help me? ❞ Delacey menyeringai. ❝ My lips wanna taste yours. ❞ Jeaven mendekatkan wajah, mempertemukan bibir Delacey dengan miliknya. ❝ As you wish, My Lady. ❞ ••• Seolah tertelan semesta be...