"Kenapa kamu suka Moccacino?gabiasa cowo suka Moccacino"Zeila menatap Revan yang sedang meminum Moccacino nya dan Revan pun menjelaskan kesukaannya dengan Moccacino
"kamu tau? Yang membuat Aku suka Moccacino itu karna dia bisa beradaptasi dengan coklat yang ada di dalam nya, entah itu coklat putih atau coklat biasa, mau coklat bubuk atau coklat sirup namun menurutku itu semua tidak merubah rasanya, dan juga membuatku berfikir itu unik sama sepertimu"
Zeila mengkerutkan keningnya mendengar ucapan Revan, dilihat nya Revan tersenyum dan meraih tangannya "aku suka kamu karna kamu gak peduli dengan perkataan orang lain, kamu selalu menjadi Dirimu sendiri sama seperti Moccacino itu" cukup untuk Zeila membuat Moccacino menjadi minuman favoritnya
•••
Tak terasa Zeila, Tifanny dan Reagan sudah melewati ukk, dan sekarang hari terakhir mereka untuk mengisi lembar jawaban itu.
"Last day guys!" Teriakan Zeila mengagetkan Tifanny dan Reagan yang tengah berjalan menuju ruangan ya masing masing.
"Inggris mah jago nya gue." Sambung Zeila dan Reagan yang memutar matanya.
Berbeda dengan Zeila dan Reagan, Tifanny lebih terlihat murung dihari terakhir ini. Tangannya tak berhenti membuat rok nya kusut karna terus menerus meremas nya.
Zeila dan Reagan bertatapan, "Fan lo kenapa?" Tanya Zeila yang membuat Tifanny gelagapan.
"Hah? Engga engga. Gue gapapa ko." Tifanny tersenyum namun bagi Zeila senyuman itu palsu.
"Kalo ada apa apa cerita aja, Seengganya sama Zeila." Hanya itu yang bisa diucapkan Reagan, di dapatinya anggukan dari Tifanny.
Bel masuk pun berbunyi, tanda semua murid siap berperang. Itulah ucapan yang menurut Zeila cocok. Berperang.
60 menit sudah berlalu dan kini semua murid sudah melalui ukk nya. Zeila setuju merayakan hari ini dengan meghabiskan waktunya bersama Tifanny dan Reagan, di salah satu kedai kopi terdekat dari sekolahnya.
Namun ekspresi Tifanny tetap sama.
Zeila tidak sabar untuk mengetahui ada apa dengan Tifanny.
"Duh Tifanny yang cantik jelita dan baik hati lo kenapa sih? Dan gue gamau dapet jawaban gue gakenapa napa." Tifanny menghembuskan nafasnya
"Udahlah pesen minum dulu aja, Zei gue Moccacino ya."
Blam!
Sekarang otaknya dipenuhi dengan nama Revan. Revan sangat sangat suka dengan minuman itu dan semenjak Revan meninggalkannya sebisa mungkin Zeila menghindari minuman itu.
Reagan bingung melihat muka Zeila yang tiba tiba bengong.
"Zei! Zeila?" Reagan mengguncangkan badannya.
"Eh iya? Oke oke Moccacino ya? Lo mau apa?" Untung Zeila selalu bisa mengontrol emosinya.
"Nah ayo." Ucap Zeila setelah ia memesan kan minuman untuk Tifanny dan Reagan.
"Tifanny what's wrong with you?" Tifanny masih menimbang nimbang, apakah tidak masalah jika Tifanny memberi taunya?
Zeila menghembuskan nafasnya sedikit kecewa karna Tifanny masih diam.
"Oke kalo lo gamau cerita gapa--"
"Gak! Gabisa gapapa, lo harus kudu wajib cerita Fan gue gatenang." Sambar Zeila ketika Reagan akan menghancurkan rasa penasaran Zeila.
"Rian" satu kata itu membuat Zeila tau siapa yang menjadi masalahnya.
"Rian? Si Brian?" Tanya Reagan.
"Iya, dia--" saat Tifanny ingin menjelaskan semuanya, handphonenya berbunyi menandakan adanya sebuah telfon masuk.
"Iya?"
"Bentar lagi"
"Yaudah iya""Sorry, gue mau ngejelasin semuanya tapi maaf banget gue disuruh balik." Zeila melihat Tifanny yang terburu buru bahkan sampai berlari dan dia semakin yakin ada sesuatu dengannya.
Tak lama pesanan Zeila dan Reagan pun datang.
"Makasih." Ucap Zeila sembari tersenyum di saat dia melihat minuman Reagan memori nya bersama Revan terputar begitu saja.
"Zei denger ga sih?" Dan untuk saat ini Zeila marah pada dirinya sendiri, kenapa tidak bisa me lupakan seseorang yang sudah menyakiti hatinya?
Reagan bingung kenapa Zeila dan Tifanny bersikap begitu?
"Bukan cuma Tifanny doang yang harus cerita kalo lagi ada masalah, lo juga harus." Zeila hanya tersenyum sedih.
"Engga ko. Oiya lo suka Moccacino?"
Kerutan bingung terlihat di dahi Reagan.
"Iya, karna Moccacino itu jadi dirinya sendiri maksud gue dia tetep ngasih rasa enaknya walaupun di tambah coklat apapun." Singkat namun membuat Zeila semakin membuka luka lama itu.
"Kenapa? Btw lo juga suka latte?" Tanya Reagan yang membuat Zeila menatapnya.
"Jujur aja awalnya gue suka Moccacino karna Revan juga suka dan kata dia gue itu kaya Moccacino selalu jadi diri gue sendiri tapi karna Revan pergi gue move ke latte."
"Moccacino selalu jadi dirinya sendiri, kata kata lo sama kaya Revan ya haha." Reagan melihat tawa sedih dari Zeila.
Ternyata kakanya itu membawa pengaruh besar buat Zeila.
Dan fakta lainnya.
Reagan sedih melihat Zeila sedih, dan dia berjanji akan selalu membuat Zeila tertawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Twins
RomanceRevan, lelaki berumur 16th yang harus meninggalkan semuanya demi pendidikan. Meninggalkan keluarganya, dan juga Zeila, kekasihnya. Zeila, gadis yang ditinggalkan oleh Revan. Dan karna itu ia harus menjalani hidupnya di umur 15th ini tanpa Revan. Nam...