18

6.8K 347 2
                                    

Reagan berjalan memasuki rumahnya dengan wajahnya yang kosong. Tanpa basa basi Reagan langsung menuju kamarnya.

Hancur sudah, apa yang Reagan takuti kini terjadi. Ia sudah tau dari awal memang ia mengambil keputusan yang sangat ber-resiko.

Sungguh ia tak bisa mendeskripsikan hatinya saat ini.

Reagan ingat bagaimana Zeila mengenalinya.

Flashback on.

"Hi Egan." Senyuman itu terpampang di wajah Zeila namun mata itu berkaca kaca menampakkan jika ia benar benar sedih.

"Lo.. Ko?"

Reagan kehabisan kata-katanya, ia kaget sungguh kaget.

"Kenapa gue bisa tau? Gue gapernah ngira lo ... gini. Joe yang pertama kali sadar." Zeila terus tersenyum, seakan ia sudah mengetahui semua ini akan terjadi.

"Sorry Zee sorry."

"Bertahun tahun gue kenal sama kakak lo, sama keluarga lo, tapi ternyata gue cuma orang luar yang gak pernah kalian anggep. Kenapa Revan gapernah cerita tentang lo ke gue?"

"Setelah perbuatan Kaka lo ke gue sekarang lo yang giniin gue Gan? Jujur apa Revan tau?"

Reagan hanya mengangguk, itu semua sudah cukup untuk mewakili jawabannya.

"Great, you act like a good actor Gan."

Flashback off.

Reagan hanya bisa menatap kepergian Zeila bersama Brian - entah dari mana datangnya- dengan sedih.

Apa yang harus ia katakan pada kakanya?

Mengapa Zeila tak bisa menunggu 2hari lagi?

Mengapa Zeila mempersulit semuanya?

Mengapa ia tidak mengatakannya dari awal?

•••

Semua yang ia jalani ternyata sudah diatur sesuka hati mereka.

Zeila termangu diatas balkonnya. Mengapa mereka tega memperlakukan ia seperti ini?

Jika dari awal mereka tak menyukainya mengapa mereka tak langsung mengatakannya?

"Jerk."

Menutup pintu balkonnya, Zeila mendapati Joe yang sedang duduk diatas kasurnya.

"So? Gimana?"

Zeila hanya membuang nafasnya mendengar pertanyaan Joe.

"I won't talk about that Joe so get out."

Terkejut dengan apa yang dikatakan kakanya, Joe tetap berdiri dan meninggalkan kakanya.

"Joe! Sorry gue ...."

"Nvm Zee."

Apa yang lebih bagus dari ini?

Tak ada lagi Reagan, Joe atau siapapun yang bisa ia jadikan tempat nya berbagi cerita!

Zeila menyesali apa yang sudah ia perbuat, ia menangis sampai merasa lelah untuk sekedar membuka matanya.

•••

Zeila menyendiri didalam kamarnya, terlihat air mata yang sudah mengering dipipinya dan matanya yang membengkak.

Tidur setelah menangis.

Ia masih bingung mengapa si kembar itu melakukan ini padanya. Apa tujuannya?

Kembar. Ia tertawa getir.

Mungkin untuk sejenak Zeila berfikir bahwa ia adalah perempuan yang paling sial.

"Zee!" Suara Joe menggelegar dari depan pintu kamarnya.

Setelah Kemarin Zeila membentaknya, Zeila masih enggan untuk bertemu dengan Joe.

"Omfg Zee! Jangan bilang lo belum bangun?!"

Entahlah apa yang difikirkan anak itu, Zeila membentaknya namun ia bersikap seolah tak terjadi sesuatu.

Akhirnya Zeila membukakan pintu untuk Joe. "Apa?" Zeila melihat adik satu satunya itu tersenyum.

"Ada Brian Zee! What happen to your eyes! Mom!omg Zee!"

Panik mendengar teriakan Joe, Zeila langsung membekapnya dan membawanya masuk ke kamarnya tak lupa ia mengunci pintunya.

"Shut up!"

Joe tak berkedip, Zeila yakin jika Joe tak berkedip bola matanya akan keluar.

"Zee?your eyes ...."

"Yaa ya gue tau Joe, gausah nanya!"

Joe hanya mengangguk namun matanya tak lepas dari sosok kakanya itu.

"Tadi lo bilang ada Brian?" Sekali lagi Joe hanya mengangguk.

"Lama lama lo kaya pajangan di mobil tau ga!"

"Zee lo yakin gamau cerita sama gue?" Zeila mengernyitkan dahinya.

"Cerita apa?"

"Kemaren lo ketemu sama Reagan kan?"

Sebenarnya Zeila tak ingin membahas itu lagi, namun Joe akan terus menerus mengejarnya untuk bercerita.

Lebih cepat lebih baik mungkin, dan sekarang mengalirlah bagaimana pertemuan Zeila dan Reagan berlangsung.

Dari awal sampai akhir, sampai Zeila meninggalkannya sendirian.

Bahkan sampai saat ini Zeila masih bingung mengapa mereka memperlakukannya seperti ini?

Jujur saja Zeila sudah mulai nyaman berada di dekat Reagan.

"Emm Okay, Brian di bawah nungguin lo." Sesudah itu Joe pergi meninggalkannya sendiri.

Mengapa semua orang senang sekali meninggalkannya sendiri sih?

"Hi." Sapaan itu terdengar dari mulut Brian

"Kamu kesini ngapain?" Brian Hany tersenyum mendengar pertanyaan Zeila .

"Cuma mastiin kamu ga kenapa napa doang." Memang hari itu Zeila langsung memberi tahu Brian semuanya.

"Emang aku kenapa, kamu aneh."

Mereka berdua menuju taman belakang rumah Zeila.

"Kamu mau pergi? Atau kemana gitu?" Zeila mengembangkan senyumnya.

"Aku mau ke Dufan! Mau ga?" Brian hanya menganggukkan kepalanya.

"Yaudah sana mandi dulu."

Zeila langsung bergegas untuk bersiap siap entah kenapa ia sangat ingin pergi ke wahana permainan tersebut.

Tak lama kemudia Zeila turun dengan senyuman yang merekah dibibirnya.

"Seneng banget sih yang ninggalin adeknya sendirian." Zeila tersenyum mendengar ucapan sarkasme adiknya itu.

"Jaga rumah ya Joe, Don't burn it. Bye." Joe hanya mendengus mendengarnya namun di balik itu semua ia tersenyum untuk kebahagiaan kakanya.

"Kamu kayanya seneng banget Zee?"

"Kenapa emang? Aku kaya anak kecil ya? Kalo kamu gamau anterin aku ga papa ko, kita pergi ke ...." Ucapan Zeila terpotong saat Brian mengusap puncak kepalanya.

"Aku bakal lakuin apa aja biar kamu seneng Zee." Dan senyuman manis pun tercetak di bibir Brian.

Drrt.

Getaran di saku celananya membuat Zeila terlonjak.

Reagangjrdn: lo marah sama gue?

Zeila bingung, sebenarnya apa sih yang Reagan pikirkan?

Reagangjrdn: gue anggep iya, lo boleh marah sm gue tp jgn ngecewain Revan. Bsk dia balik.

Revan?

Pulang?

Salah satu nightmare Zeila.

TwinsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang