Drrt.
Reagan terbangun karna getaran handphonenya.
Menandakan adanya telfon yang masuk, ia melihat id caller nya,
Zeila?
"Halo Zee."
'Emm hari ini lo ada acara ga?'
Tak biasanya Zeila menanyakan itu padanya.
"Engga deh kayanya kenapa?"
'Oke jam 10 di cafe biasa."
Sebelum Reagan meng iyakan Zeila sudah memutus sambungannya.
"Aneh banget." Ucap Reagan yang bergidik dan pergi meninggalkan kamarnya.
09.00 am.
"Masih sejam lagi."
Reagan berniat untuk menghubungi kakanya, Kaka kembarnya.
Namun sepertinya Revan memilih untuk menghubunginya lebih dulu.
"Halo van."
'2hari lagi gan."
Reagan mengernyit bingung, apa maksud kakanya ini?
"Maksud lo?"
'Lo Kemaren nanya kan kapan gue balik? Sekarang gue jawab 2 hari lagi Ade gue yang cakep."
"Serius lo bang?" Reagan tercengang mendengar perkataan Revan dan juga senyuman terukir di bibirnya.
'Iyalah ngapain gue boong, gimana Sty?'
Mendengar pertanyaan kakanya Reagan pun terdiam.
"Dia ngajakin ketemuan hari ini, Gabisa banget."
"Positive think aja bro, yaudah gue pergi dulu ya bye."
Setelah itu Reagan pun mematikan sambungannya dan turun menuruni tangga.
"Bun aku pergi dulu ya." Pamit Reagan kepada bundanya.
"Kamu mau kemana Ghan?"
Ghani adalah panggilan bundanya untuk dirinya sedangkan kakanya itu memanggilnya dengan sebutan Egan.
"Ada janji."
Bundanya tersenyum jahil.
"Yaudah hati hati ya."
Reagan langsung menuju tempat yang Zeila maksud. Tak bisa dipungkiri dia begitu tegang. Dia merasa ada yang tidak beres.
Di pojok cafe ia melihat Zeila, tampak resah sambil memegangi gelas yang Reagan tau itu apa, latte.
Reagan masih mengingat betul mengapa ia menyukai latte.
"Awalnya gue suka Moccacino karna Revan juga suka dan kata dia gue itu kaya Moccacino selalu jadi diri gue sendiri tapi karna Revan pergi gue move ke latte."
Ia takkan melupakan perkataan Zeila tentang itu.
"Hi Zee." Zeila menegang melihat Reagan yang kini berdiri depannyaz
"Tumben lo ngajakin ketemuan?" Reagan hanya menatap Zeila yang juga menatapnya dengan... Sedih?
"Pesen makanan dulu aja Van."
"Van? Last time I checked my name's Reagan." Zeila menatap Reagan bingung.
"Lo tadi bilang 'persen makan dulu aja Van' nama gue Reagan dari mana Van nya coba?"
Reagan sempat tegang mendengar Zeila memanggilnya 'Van' Reagan tau betul siapa yang Zeila maksud.
Seorang waitress segera menghampiri Reagan setelah ia memanggilnya. "Moccacino satu." Waitress itu pun mencatat apa yang Reagan mau
"So ada apa?" Reagan mendengar Zeila yang menghela nafasnya.
"Gue gasuka kalo lo udah narik nafas kaya gitu Zee." Zeila tersenyum kecil mendengarnya.
"Tau ga sih Gan? Gue gapernah tau keluarga lo. Yang gue tau cuma lo punya Kaka dan Kaka lo pergi dan gue pun Gatau kaka lo perginya kemana."
Reagan mendapat firasat buruk.
"Oiya bahkan gue Gatau nama Kaka lo siapa." Lanjut Zeila semakin membuat Reagan panik.
Moccacino Reagan pun sudah tersaji, Reagan segera meminumnya. Jujur dia takut Zeila mengetahui semuanya, oh buka itu yang Reagan takuti tapi efek dari itulah yang Reagan takuti.
Ia takut Zeila akan marah padanya, walaupun Reagan tau Zeila seorang pemaaf.
"Warna mata lo abu ya Gan? Lo tau ga warna mata Revan apa? Coklat tapi sayang dia Pake kacamata jadi gak terlalu keliatan."
Mengapa Zeila membawa Revan kedalam percakapannya?
"Warna rambut lo coklat, Revan juga gitu, berasa di matchingin sama rambutnya." Kekehan terdengar dari mulut Zeila.
"Emm ...,"
"Shuut Biarin gua aja yang ngomong Gan? Bisa kan?" Reagan hanya menganggukkan kepalanya walaupun ia tak mengerti .
"Tinggi gue cuma sedagu lu ya Gan? Sama Revan juga gitu, gue ko jadi cewe pendek banget ya?"
"Tau ga apa lagi yang sama? Bentuk wajah kalian, bentuk hidung kalian, bibir kalian, kenapa gue bisa tau? Gue bandingin foto lu sama Revan Semalem."
Zeila tertawa kecil namun dalam sekejap ia menjadi serius lagi.
"Ada yang mau lo omongin dulu ga Gan? Ngasih tau gue sesuatu gitu?" Sungguh Reagan ingin lari dari hadapan Zeila, ia sudah tak kuat lagi.
"Emm lo tanya Kaka gue kemana? Dia ke Chicago Zee."
"Udah itu doang?"
"Sorry cuma itu doang yang bisa gue kasih tau."
Zeila menyeringai. Tatapannya menandakan ia tersakiti, Reagan bingung dengan semua ini.
"Oke kalo lo gamau ngomong biar gue aja yang kasih tau lo."
Zeila menarik nafasnya dengan kasar.
"Hi Egan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Twins
RomanceRevan, lelaki berumur 16th yang harus meninggalkan semuanya demi pendidikan. Meninggalkan keluarganya, dan juga Zeila, kekasihnya. Zeila, gadis yang ditinggalkan oleh Revan. Dan karna itu ia harus menjalani hidupnya di umur 15th ini tanpa Revan. Nam...