DO IT; 04

668 62 2
                                    

04; Pria-Pria yang Terlalu Mandiri

•chapter four; start•

"Gimana? Lo mau ngomong apa emangnya?"

Haruto menarik sebuah kursi untuk ia duduki tepat di hadapan seorang pria berpakaian casual. Menyeruput coklat panas yang memang sudah terhidang disana bahkan sebelum ia datang. Rasa manis yang pas, Haruto suka.

Pria itu membuka topi baret yang semula terpasang rapi di atas rambut coklatnya.

Ia tersenyum tipis, "Enggak, gue nggak mau ngomong apa-apa sih. Cuma pengen ketemu aja, mumpung bisa."

Haruto mendengus, "Kebiasaan."

"Gimana, ya? Gue terlalu sibuk soalnya, sampe nggak bisa luangin waktu buat ketemu sama Lo. Mumpung bisa, gue ngajak Lo ketemu deh." jelasnya tanpa beban.

Haruto tentu memutar bola mata malas mendengarnya, "Iya, si paling sibuk. CEO muda nih bos."

"Denger-denger Lo tinggal bareng sama sepupu Lo disini?" tanyanya.

Kerutan muncul di dahi Haruto, "Lo kok bisa tau? Darimana, nj*r?"

Pria itu tersenyum sombong, "Apa sih yang gue nggak tau? Tuh liat cewek cantik? Lo minta identitas detailnya pun bisa gue kasih."

Haruto mengangkat sebelah alisnya.

"Sementara aja sih, rumah gue belum selesai dibangun. Mungkin ya sekitar 4 bulanan." jawab Haruto pada pertanyaan awal.

"Gimana?" tanya Haruto tiba-tiba.

Tentu pria itu mengernyit bingung, "Apaan yang gimana?"

"Udah ada istri?" lanjut Haruto disusul tawa lebarnya.

Sang lawan bicara hanya bisa tersenyum pasrah akan tingkah membagongkan temannya ini, "Umur segini belum mikir mau punya istri, bro. Masih enak ngelajang aja sih."

"Jawaban Lo sama persis kek sepupu gue. Udah tua padahal, masih kagak mau nikah." ujar Haruto.

"Kita seumuran ya, nyet! Sepupu Lo emang tua, tapi guanya kagak!" tegas pria itu sedikit kesal dengan tindak sembrono temannya.

"Sama aja sih menurut gue. Lo nya cepet tua." balas Haruto menahan tawanya.

"Si anj*ng!" umpat sang lawan bicara.

Haruto tertawa mendengarnya.

"Owh iya, keknya Lo awal kerja ini bakal langsung dapet kasus berat." ujar pria itu secara tiba-tiba menjadi serius.

"Hm?"

Pria itu mengangguk, "Iya."

"Ya maksud Lo apaan?"

"Lo liat berita kagak sih? Ada ya polisi tapi nggak suka mantengin berita? Keknya cuma Watanabe Haruto?" tanya pria itu kesal.

"Berita yang mana dulu? Berita tuh bejibun, kagak cuma satu tol*l!" balas Haruto ikut meninggikan suaranya.

"Perampokan di bank *****, Lo tau?" tanya pria itu pada akhirnya.

Haruto mengangguk-angguk, "Ah~ Gue tau. Perampokan besar yang jejak pelakunya susah ditemuin kan?"

Pria itu mendesis mendengar jawaban Haruto, "Bukan itunya. Lo tau siapa pelakunya?"

"Maybe, Blade? Penjahat kriminal yang keliatan santai tapi terkenal gesit itu, kan?" tanya Haruto memastikan.

Pria di hadapannya menjentikkan jari merasa puas dengan jawaban Haruto, "Itu Lo tau. Berarti harusnya Lo tau kalo pekerjaan Lo setelah ini bakal berat, bro."

DO ITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang