DO IT; 23

362 40 4
                                    

23; Bergerak Secara Tiba-tiba Bukanlah Kesalahan

•chapter twenty three; start•

Bunyi alarm terdengar nyaring di seluruh penjuru. Membuat suasana menjadi ricuh tak terkendali, kepanikan yang teramat bisa begitu mereka rasakan kala alarm tanda kebakaran itu menyala.

"SEMUANYA SEGERA KELUAR DARI GEDUNG!!!"

Ditengah kepanikan yang terjadi, suara arahan dari para pemadam kebakaran menggelegar entah dapat terdengar atau justru teredam oleh suara teriakan mereka. Yang mereka rasakan saat ini adalah suhu yang semakin tinggi diakibatkan oleh api yang mulai menjalar ke seluruh bagian gedung berlantai hampir genap 50.

Jam menunjukkan pukul 7 malam, dimana api yang begitu besar itu dapat dilihat dengan jelas dari kejauhan. Hal serupa yang Haruto dapat dari mobil yang ia kendarai dengan kecepatan di atas rata-rata.

"Pemadam kebakaran sudah ada di tempat?" tanya Haruto pada Junghwan yang duduk disampingnya.

"Sudah, pak. Mereka datang tepat waktu meski sempat terhalang kendala." jawab yang lebih muda.

Haruto mendecih, "Kemarin anaknya, sekarang ngapain perusahaan orang tuanya ikutan kena musibah?"

Junghwan spontan menatap atasannya itu dengan tatapan seolah ia baru saja mendapatkan suatu hal yang mengejutkan. Dalam beberapa saat, tatapan serupa Haruto lemparkan pada jalanan di hadapannya.

Tidak mungkin semua ini hanya kebetulan, kan?

Apakah kalian memikirkan hal yang sama seperti apa yang Haruto pikirkan?

•••

"Lo kenapa tiba-tiba jadi gegabah gini, bang?!"

Yoshi membuka pintu ruangan Jihoon dengan cukup kasar. Dilihat dari tatapannya, Yoshi kini sedang merasakan amarah cukup besar kepada atasan sekaligus temannya ini. Pria itu berkacak pinggang, menatap yang lebih tua dengan sekilat kobaran api akan amarah yang berusaha ia tahan sebaik mungkin.

"Bahkan Lo nggak minta saran dari gue maupun Pharita?! Lo pikir Lo bisa jalan sendiri kayak gini?! Bodoh bang, Lo bodoh!" umpat Yoshi seakan tak mengingat siapa gerangan seseorang di hadapannya ini.

"Gue nggak habis pikir kenapa Lo bisa seceroboh ini!"

Jihoon menggebrak mejanya, "Lo nggak perlu semarah itu!"

Yoshi mendecih, "Gimana gue nggak marah sedangkan di luaran sana mereka ngomongin kita! Blade, blade, dan blade! Lo kalo gabut jangan sampe ngebahayain nyawa Lo! Bahkan asal Lo tau, Lo sekarang juga bahayain nyawa seluruh bawahan Lo!"

"Lo nggak tau apapun, Kanemoto!"

Yoshi tertawa keras, "Ya, gue nggak tau apapun. Semua yang Lo lakuin itu cuma Lo yang tau! Rencana gobl*k Lo dan keegoisan Lo!"

"Dengan Lo ngusik perusahaan milik keluarga Park sedangkan semua mata tertuju ke kita setelah pengeboman gedung anak mereka, semua itu bisa ngancurin kita! Usaha keras kita bakal sia-sia cuma gara-gara keegoisan Lo, bang!"

"Pergi. Lo boleh kesini kalo kepala Lo udah dingin." tegas Jihoon menunjuk ke arah pintu keluar ruangan.

Tanpa mengatakan sepatah kata pun, pintu ruangan Jihoon ditutup begitu kencang hingga membuat beberapa barang disana bergetar. Tak terkecuali sebuah bingkai yang kini terjatuh di atas pelukannya.

DO ITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang