DO IT; 18

403 50 1
                                    

18; Hubungan yang Sebenarnya Terjadi

•chapter eighteen; start•

Jihoon tahu, namun ia tak menyangka jika semua ini terjadi begitu cepat dari apa yang sebelumnya ia kira.

Jihoon tahu, bahwa entah cepat atau lambat dunia pasti akan memisahkannya dengan Junkyu. Namun, dunia tidak mengerti bahwa Jihoon belum mempersiapkan dirinya sepenuhnya akan kenyataan menyakitkan seperti ini.

Jihoon hanya mencoba untuk bertahan, yang sebenarnya ia telah runtuh jauh di dalam sana.

"Jihoon!"

Panggilan itu, sebuah panggilan yang begitu Jihoon rindukan. 18 tahun yang lalu, adalah terakhir kali ia mendengar suara dari orang yang sangat ia nantikan ini.

Kala itu, Junkyu berlari ke arahnya dengan membawa sebuah tas yang berada di sebelah tangannya. Tersenyum lebar yang dijawab senyuman serupa oleh dirinya. Betapa bahagianya mereka pada saat itu.

"Lo bawa apa?"

Junkyu menyodorkan tas itu tepat dihadapan Jihoon yang hanya mengerjap tak paham, "Ini buat Lo."

"Ha? Dalam rangka apa nih?" tanya Jihoon menerima pemberian Junkyu dan segera mengintip isi tas tersebut.

"Bukan rangka apa-apa, sih. Cuma lagi pengen aja, suka nggak?"

Jihoon membulatkan matanya terkejut melihat isi dari tas yang kini ia pegang, "Lo seriusan beliin gue ini? Pake uang siapa?"

Junkyu terkekeh dibuatnya, "Pake uang tabungan gue, suka kan? Btw, disitu masih ada lagi yang lain."

"Hm?"

Kalian tahu apa yang Junkyu berikan kepada Jihoon ini? Ya, sebuah vas bunga dengan lukisan bunga matahari yang begitu indah, dan sebuah potret yang lengkap dengan bingkainya.

"Ini... kita?"

Junkyu mengangguk, "Bagus nggak?"

Jihoon mendeham samar, kembali memasukkan bingkai foto itu ke dalam tas dan menundukkan kepalanya bersama helaan nafas lirih yang tak terdengar. Ia mendongakkan kepalanya menatap Junkyu tepat pada matanya,

"Gue udah tau, Kyu..."

Nafas Junkyu terasa tercekat, "Ji? Gue, mau ngomong sama Lo..."

Hm, Jihoon sudah merasakannya. Perpisahan yang begitu menyiksa batinnya itu benar-benar terjadi. Saat ini,

"Gue, mau lanjut ke Akademik Kepolisian..."

Sampai disini, Jihoon dengan penuh kesadaran tentu menjauhkan dirinya dari Junkyu yang begitu memiliki keinginan besar akan cita-citanya. Sebuah cita-cita yang seharusnya Jihoon hindari di hidupnya.

Ingat, Jihoon adalah pengidap kleptomania. Seharusnya ia bukanlah sesosok yang berbahaya, namun pencurian tetaplah pencurian yang tentu akan menghadapi suatu keadilan. Kadang Jihoon akan bertanya pada tuhan,

mengapa dirinya harus menjadi hama bagi manusia lain?

"Gue yakin Lo bakal sembuh, Jihoon... Lo nggak perlu takut..."

Kalimat penenang itu sudah teramat muak Jihoon dengar, semua yang Junkyu katakan padanya mengenai penyakit aneh yang ia derita ini hanyalah omong-kosong. Seharusnya Junkyu itu tahu, akan sangat sulit bagi pemuda seperti dirinya ini untuk terbebas dari belenggu penyakitnya.

Jihoon tak semampu itu untuk mengubah jalannya.

"Jadi... Ini kali terakhir?" tanya Jihoon begitu lirih menatap tepat pada netra Junkyu yang bergetar.

DO ITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang