DO IT; 27

314 43 10
                                    

27; Pengepungan di Pulau Jeju

•chapter twenty seven; start•

"Anj*ng lu, bangs*t!" teriak Jaehyuk.

"Hei hei hei, kalian ngapain?!"

Yoshi berlari dengan panik ke arah Jaehyuk yang tak henti-hentinya memukuli Mashiho. Bahkan pria Takata itu hampir tak sadarkan diri dibawah kukungan Jaehyuk yang terus memukulinya membabi-buta. Kedua mata Jaehyuk memerah akan kemarahan yang meledak-ledak.

Dengan susah payah Yoshi menarik tubuh Jaehyuk, sedangkan Pharita yang mengekori Yoshi sebelumnya hanya berdiri tak jauh dari sana dengan tatapan datar seperti biasanya.

"Lo harus mati! Dasar pecundang! Lu nggak berhak hidup, anj*ng!" maki Jaehyuk yang tentu dilontarkan ke arah Mashiho.

"Jaehyuk! Tenang!" bentak Yoshi seraya mendorong tubuh Jaehyuk hingga membentur dinding cukup keras.

Jaehyuk menunjuk Mashiho yang telah terkapar tak berdaya, "Pak! Dia masih bersekutu sama mereka! Kita harus bunuh dia, pak!"

"Maksud Lo apa?" tanya Pharita.

"Pecundang ini ngirim titik koordinat kita ke mereka!" jelas Jaehyuk dengan emosi yang meledak-ledak.

Yoshi mendecih, "Jaehyuk, laporin ke Bang Jihoon. Gue harus bersihin satu hama ini!"

Jaehyuk mengangguk dan segera berlari sedikit tertatih menuju dimana Jihoon kini berada. Sedangkan Yoshi telah meraih kerah baju Mashiho dengan kasar hingga ia dihadapkan wajah penuh lebam dan darah dari pemuda itu.

"Bener Lo ngirim titik koordinat kita ke mereka?" tanya Yoshi dengan tatapan bengis.

Mashiho tersenyum lebar di sisa kesadarannya, bahkan pemuda itu sempat terkekeh kecil, "Ya, gue ngirim titik koordinat kita ke Nyonya Rami..."

"Nggak lama lagi kalian bakal hancur! Polisi akan dateng kesini! Dan kalian semua bakal mendekam di neraka!" jelas Mashiho tertawa keras.

"Sialan!" gertak Yoshi dan mulai memukuli Mashiho brutal.

"BANG YOSHI! BERHENTI!"

"CHIQUITA! DIEM DI TEMPAT KAMU!" bentak Pharita melihat sang adik yang berteriak dari arah lain.

Gadis berusia 18 tahun itu terlihat begitu terkejut akan keadaan sang pujaan hati. Mashiho terlihat sangat berantakan dengan darah yang berceceran akibat pukulan yang ia terima dari Yoshi.

"Berhenti atau aku mati!" ancam Chiquita kala ia melepas sebelah antingnya dan ia letakkan tepat di pergelangan tangannya.

"Kamu nggak usah aneh-aneh! Lepas benda itu!" perintah Pharita menunjuk ke arah tangan sang adik.

"Nggak sebelum Bang Yoshi ngelepasin Mashiho!" ujar Chiquita dengan berlinang air mata.

Pharita berlari ke arah Chiquita dan mencoba merebut anting yang mulai ditancapkan sang adik di pergelangan tangannya. Bahkan darah mulai mengalir dari sana.

"Lepas, Chiquita! Kakak bilang lepas!" bentak Pharita kalang kabut.

Sedangkan kini Yoshi berhenti memukuli Mashiho, ditatapnya wajah pemuda itu dengan sangat tajam. Namun Mashiho masih tetap mempertahankan senyuman di wajahnya, apa yang dipikirkan pemuda itu disaat-saat terakhirnya?

"Mashiho!" teriak Chiquita langsung berlari untuk memeluk sang pujaan hati yang sudah terkapar tak berdaya.

Didekapnya tubuh lemah itu dengan penuh tangis, seluruh tubuh Chiquita bergetar akan ketakutan yang ia rasakan. Mashiho tidak boleh meninggalkannya!

DO ITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang