DO IT: 37

326 33 8
                                    

37; Kasus Baru Sejak Kematian Blade

•chapter thirty seven; start•

"Kita harus lebih hati-hati... Blade udah nggak ada, kita udah nggak bisa nggunain nama itu demi kepentingan kita sekarang..."

Doyoung dalam diamnya mengiyakan ucapan Rami, selaku atasannya yang saat ini terlihat begitu kebingungan dan resah. Bukankah seharusnya mereka bahagia dengan kabar kematian sang Blade? Namun mengapa justru terasa buruk?

"Lo suka sama Jihoon?" tanya Doyoung kala di ruangan itu hanya tersisa dirinya dan Rami.

Rami menatap Doyoung penuh sanksi, "Maksud Lo?"

"Harusnya Lo seneng dong kalo Jihoon mati? Kenapa Lo malah jadi keliatan murung?" tanya Doyoung langsung pada inti apa yang sedang ia pikirkan.

Rami mendecih, "Nggak usah ngaco Lo."

"Gimana gue nggak mikir gitu ketika liat Lo agak aneh setelah ada berita hukuman eksekusi Blade?" ujar Doyoung mengeluarkan opininya.

Rami mengerdikkan bahunya, "Gue cuma ngerasa agak beda."

"Beda gimana?"

"Rasanya ada yang berubah di tatanan kehidupan gue..." jelas Rami.

Rami mendesah lirih, "Harusnya gue seneng kan kalo musuh terberat gue mati kayak yang Lo omongin barusan? Tapi, bukan itu yang gue rasain saat ini... Gue, justru ngerasa kosong."

"Lo berharap Jihoon nggak mati dan ngejalanin hidup berat setiap saat karena terhalang oleh Blade itu?" tanya Doyoung sarkas.

"Sayangnya iya, Doy..." justru ini jawaban dari wanita Shin itu.

Doyoung mendecih, "Lo udah gila, ya?"

"Iya gue udah gila... Sekarang Lo juga gila kalo Lo lupa harus mimpin misi kita saat ini!" balas Rami dengan pelototan.

Doyoung terkekeh seraya segera bersiap beranjak dari sana, "Iya-iya, ini gue mau berangkat."

Pintu itu ditutup sedikit kencang dan meninggalkan keheningan di ruangan milik sang atasan.

•••

Junkyu memasangkan sabuk pengamannya dengan tergesa-gesa, begitu juga dengan Haruto yang sudah siap dengan setelan seragam kepolisian mereka.

"Udah siap, Ru?" tanya Junkyu menyalakan mobilnya.

Haruto mengangguk, "Udah, bang."

Mobil berwarna putih itu segera melaju setelah menyalakan klakson beberapa kali di dini hari ini. Meninggalkan pekarangan rumah dimana Tuan Kim dan Nyonya Lee mengantarkan putra serta keponakan mereka untuk bertugas.

Ya, secara tiba-tiba mereka mendapatkan telepon darurat dari kantor untuk segera melakukan tugas mereka. Terjadi penyusupan di salah satu kantor penyimpanan data, dikabarkan bahwa beberapa data penting telah dicuri.

"Ini bukan Blade." tegas Junkyu dengan wajah kerasnya.

Haruto menatap sang kakak dengan tatapan yang sulit diartikan, "Lo tau sesuatu?"

Junkyu terdiam sejenak sebelum memberikan anggukan samar, "Jihoon ngasih tau gue beberapa hal sebelum eksekusi itu dilakukan. Semoga kali ini enggak terlambat."

Kali ini Junkyu tidak hanya menjadi seorang Pengawas Senior Kepolisian, namun ia juga menjadi sesosok pria yang akan memenuhi permintaan kasihnya untuk menemukan target mereka.

DO ITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang