DO IT; 35

318 39 10
                                    

35; Ungkapan Sayang Seorang Ayah

•chapter thirty five; start•

"Ayo turun."

Haruto mengangguk dan segera turun dari mobil seperti yang dilakukan oleh Junkyu. Dua pria itu kompak berjalan menuju bagasi mobil untuk mengambil beberapa barang yang memang mereka bawa berlibur beberapa waktu kedepan di kediaman keluarga Kim.

"Om Watanabe katanya juga nyusul kesini?" tanya Junkyu kepada Haruto yang sedang mengatur strategi untuk membawa barang mereka yang cukup banyak.

Haruto mengingat sejenak sebelum memberikan anggukan singkat, "Iya, papa mau nyusul kesini... Lebih hemat juga daripada gue yang bolak-balik ke Jepang."

Sedikit informasi, mendiang Ibu Haruto adalah adik dari Ayah Junkyu. Ya, Ibu Haruto berasal dari keluarga Kim. Keluarga yang begitu terpandang di Korea Selatan.

"Sini abang juga mau bawa barang." pinta Junkyu mencoba meraih beberapa tas yang memang berada di tangan Haruto.

Haruto menggeleng, "Nggak usah, bang. Kasian abang, ntar encok... Kan udah tua."

Biadab memang.

Junkyu memperlihatkan bisepnya yang terbentuk itu, "Abang belum tua, nih liat aja ototnya. Masih bagus, berarti belum tua."

Haruto tergelak, "Udahlah, bang... Bentar lagi kepala 4, kan?"

"Kepala 4 tuh belum tua! Kalo dah tua itu kayak papa, bentar lagi kepala 7." balas Junkyu seraya mengambil alih sebagian barang bawaan mereka dari tangan Haruto.

"Om Kim nikah muda ya dulu?" tanya Haruto.

Junkyu seketika teringat jika dulu ia sempat memiliki seorang kakak, "Mungkin."

"Udah, yuk. Masuk." ajak Junkyu berjalan terlebih dahulu memasuki rumah dengan pintu yang sudah terbuka setengah itu.

Sesaat dua kakak beradik itu masuk, mereka langsung disambut hangat oleh Nyonya Lee, Ibu Junkyu yang kali ini tampil lebih segar dari biasanya. Apakah mungkin ini efek dari pakaian wanita itu? Nyonya Lee tampak begitu cantik dengan pakaian casual santainya.

"Eh, jagoan-jagoannya mama udah pulang... Aduh, mama kangen banget sama kalian. Ini nak Haruto, kan? Astaga, kamu kok tambah ganteng aja sih!" sapa Nyonya Lee begitu antusias.

"Hehe, iya tante..." jawab Haruto terkekeh malu.

Junkyu mengecup kening Ibunya sekilas, "Papa mana, ma?"

"Papa belum pulang dari kantor. Eh, ayo masuk dulu. Itu barang-barangnya biar dibawain maid." balas Nyonya Lee seraya membawa dua pria tinggi ini untuk duduk di sofa ruang tengah.

"Ma, Junkyu mau ke kamar dulu." ujar Junkyu langsung berjalan menaiki tangga menuju kamarnya yang berada di lantai atas tanpa menunggu jawaban dari Ibunya.

"Duh kebiasaan, sini nak Haruto ngobrol-ngobrol sama Tante..." ajak Nyonya Lee.

Meninggalkan Haruto dan Nyonya Lee yang berbincang-bincang ringan nan hangat di ruang tengah.

•••

Malam ini Junkyu lebih memilih untuk menghabiskan waktunya di taman belakang ditemani oleh gemercik air dari kolam ikan yang dirawat oleh Ayahnya. Bersama seputung rokok yang menyala, Junkyu diam dengan pikiran yang berkecamuk.

"Sendirian aja? Papa temenin." Junkyu sedikit terlonjak kaget akan kedatangan Ayahnya yang tiba-tiba mengambil duduk tepat di sampingnya.

DO ITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang