28; Gedung Kosong Penuh Senapan
•chapter twenty eight; start•
Ahyeon berjalan cepat ke arah Doyoung yang sibuk menikmati secangkir teh oolongnya. Dalam sekali gerakan, gadis itu berhasil menumpahkan seluruh isi air berwarna kemerahan itu di atas kepala sang kakak.
Tentu Doyoung yang tak terima pun langsung bangkit dan menatap sang adik tajam, "Lo apa-apaan?!"
"Harusnya gue yang nanya ke Lo, kak! Lo yang apa-apaan?!" balas Ahyeon dengan nada yang ikut meninggi.
"Maksud Lo apa nuang air teh ke kepala gue?!"
"Maksud Lo apa sampe bikin pujaan hati gue dalam keadaan bahaya?!"
"Lo kenapa sih?! Si Inspektur lagi?!"
Ahyeon rasanya ingin mencekik leher sang kakak saat ini, "Kenapa Lo ngarahin kepolisian kota ke Pulau Jeju?! Lo kira bakal keren begitu?!"
Doyoung melotot, "Lo kira gue yang nyusun rencana?! Kagak! Tanya aja sono sama Kak Rami!"
"Awas aja sampe pujaan hati gue kenapa-kenapa! Lo yang bakal gue salahin karena enggak bisa ngehalangin rencana bodoh Kak Rami!" ancam Ahyeon, konyol.
"Ahyeon!" bentak Doyoung.
"Apa!"
"Berhenti tergila-gila sama Inspektur Watanabe! Yang ada Lo cuma mau ngegali kuburan Lo sendiri dengan naruh hati sama cowok kayak dia!" geram Doyoung tak habis pikir dengan sang adik.
"Kalo gue bilang enggak ya enggak, bang!"
"Jangan ngebantah abang!"
"Kenapa?! Kenapa Ahyeon nggak boleh ngebantah abang, sedangkan abang nggak pernah mau dengerin kata Ahyeon?! Ahyeon tanya kenapa?!" balas Ahyeon dengan mata yang tiba-tiba berkaca-kaca.
Doyoung menatap sang adik dengan tatapan keras, "Lo nggak tau apapun."
"Abang pernah nggak sih mikir apa yang dirasain Ahyeon selama ini? Abang cuma mikirin diri abang sendiri! Bahkan abang ngelarang Ahyeon saat ini pun karena takut abang hilang pekerjaan, kan?" ujar Ahyeon menahan tangis yang ingin mendobraknya.
"Sebenernya Ahyeon hidup itu buat apa? Bahkan ketika Ahyeon suka sama orang, abang nggak pernah mendukung."
"Bukan gitu, Ahyeon."
"Apa yang bukan?"
"Bukan itu yang abang maksud... Abang nggak pernah ngelarang Lo buat jatuh cinta, tapi setidaknya jangan sama orang yang nggak bisa ngasih kepastian Lo bakal hidup bahagia sama dia."
•••
Junkyu meletakkan jari telunjuknya di depan bibirnya, memberikan perintah Haruto yang berada di sampingnya untuk tetap diam dan sunyi.
Mereka tidak pernah menyangka jika pasukan Blade akan sebanyak ini. Bahkan dengan penuh sadar diri beberapa anggota kepolisian yang masih selamat mundur serentak dan memilih bersembunyi menunggu hingga seluruh pasukan yang diutus di Pulau Jeju ini datang.
"Bertahan sebentar lagi, ya? Mereka bakal dateng nggak lama lagi." ujar Junkyu memberikan kata-kata penenang.
"Bang, kita harus tetep hidup." ucap Haruto.
Junkyu terkekeh pelan, "Kita lagi nyoba nangkep buronan, bukan mau ngelaporin arwah ke malaikat maut."
Haruto menghela nafasnya, "Kenapa harus gue yang kebagian jatah buat nangkep mereka? Kenapa nggak dari dulu-dulu aja?"
KAMU SEDANG MEMBACA
DO IT
FanfictionJihoon tidak berniat membuat semua ini menjadi rumit, meski ia adalah pengidap kleptomania... *** Kleptomania adalah gangguan kontrol impuls yang menghasilkan dorongan tak tertahankan untuk mencuri. Dan siapa sangka? Jihoon adalah salah satu diantar...