DO IT; 31

410 39 1
                                    

31; Pergilah Disaat Semuanya Telah Selesai

•chapter thirty one; start•

"Setelah ini kita harus ngapain? Nggak mungkin kan kita cuma diem sampe semuanya kembali seperti semula?"

"Tapi, nggak ada salahnya juga kita nunggu."

"Mau sampe kapan? Sampe mereka nangkep kita juga?"

"Bukan, seenggaknya kita harus tetep bertahan sampai ada aba-aba dari yang lain."

"Akh! Lama-lama gue bisa gila cuma mikirin hal ini! Lagian kenapa juga sih Bang Jihoon masukin si pecundang itu?!"

Ya, ini adalah obrolan Pharita dan Jaehyuk yang tengah bersembunyi di lorong antara 2 gedung. Bagaimana para Blade ini masih bisa berkeliaran?

Mereka berhasil menyeludupkan diri keluar dari gedung dengan selamat dan tanpa meninggalkan jejak yang akan membuat para pihak kepolisian mencurigai kepergian mereka. Dan ternyata berhasil, namun sayangnya 2 rekan lainnya tak bisa kabur dengan mudahnya.

"Butuh makanan? Biar gue beliin..?" tawar Jaehyuk yang tak mendapatkan jawaban.

Jika kalian bertanya mengapa Jaehyuk menggunakan bahasa informal kepada atasannya ini, maka jawabannya adalah Pharita sendiri yang memintanya untuk berbincang dengan santai. Maka sebagai bawahan yang baik tentu Jaehyuk mengiyakannya.

"Lo aja yang makan, gue masih kenyang." balas Pharita acuh.

"Lo kenyang makan apaan? Dari kemaren Lo nggak makan." ujar Jaehyuk.

Pharita berdiri menyandar pada tembok dengan permukaan yang kasar, "Gue nggak nafsu. Mana ada sih orang yang bisa santai sedangkan kita masih jadi buronan?"

Srek!

Jaehyuk dan Pharita spontan menatap ke arah sumber suara yang menggema. Ini adalah lorong kosong nan sepi, sedikit suara yang muncul akan sangat jelas terdengar. Dan mungkin ini bukanlah waktu yang baik bagi wanita tadi, Jaehyuk dan Pharita tak akan meloloskannya ketika ia mengetahui keberadaan mereka.

"Tutup mulutnya, Jae..."

•••

Jihoon segera mendongakkan kepalanya kala merasakan suatu kehadiran seseorang di hadapannya. Menatap wajah itu, Jihoon menyunggingkan senyum di bibirnya. Bahkan kedua matanya membentuk bulan sabit akibat senyuman lebar yang ia perlihatkan.

Di hadapannya kini adalah Junkyu. Pengawas Senior Kepolisian yang 18 tahun lalu adalah teman terbaiknya. Seseorang yang selalu ia cintai, dan selamanya akan seperti itu.

"Lo jenguk gue?" tanya Jihoon masih mempertahankan senyumannya.

Sedangkan Junkyu hanya menatap pria Park ini, juga menatap sekilas Yoshi yang tengah terlelap disana. Junkyu mendeham pelan, "Gue denger Lo nggak mau makan makanan siang ini? Kenapa?"

Jihoon terkekeh, ada perasaan lega dan bahagia kala Junkyu menanyakan hal itu, "Gue cuma nggak nafsu."

"Jangan mati sekarang. Lo masih harus tanggung jawab atas semua kasus yang udah Lo lakuin." namun balasan Junkyu benar-benar membuat hatinya terasa begitu sakit.

Dengan begitu rapih, Jihoon terus mempertahankan senyumannya, meski hanyalah sebuah senyuman palsu yang ia perlihatkan. Tanpa ia sadari, kedua matanya kini mulai berkaca-kaca dan siap menumpahkan semua sesak yang ia rasa saat ini.

DO ITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang