DO IT; 08

559 49 6
                                    

08; Pembahasan Panas Tentang Blade

•chapter eight; start•

"Nggak ada jejak apapun yang bisa di deteksi. Tanda-tanda keberadaan, bahkan sidik jari pun nggak ada..."

"Tapi, kejadiannya sangat singkat buat nggak ninggalin jejak sama sekali. Coba kita cari lagi, setidaknya ada satu barang bukti buat kita bawa pulang..."

Pemuda bernama So Junghwan yang menjabat sebagai Petugas Polisi itu mengangguk mendengar arahan yang diberikan Haruto selaku Inspektur Kepolisan. Kemudian beranjak pergi untuk mencari bukti yang perlu dicari.

Beberapa saat lalu mereka mendapatkan laporan penyerangan yang terjadi di salah satu aula besar pusat kota. Tak ada korban jiwa, namun ada satu orang yang menghilang tanpa jejak dari penyerangan yang terjadi begitu singkat itu.

Haruto pun merasa sangat bingung dengan kasus pertama yang ia tangani ini. Bagaimana bisa penyerangan yang tak genap selama 10 menit itu dapat selesai secara tiba-tiba dan seolah tak terjadi apapun setelahnya?

Penjahat gila mana yang menyia-nyiakan waktunya hanya untuk mengacaukan acara ulang tahun pernikahan orang lain?

Mungkin bisa saja ini merupakan tindak balas dendam yang biasa orang lakukan ketika sedang merasa patah hati. Namun juga bisa hanya sebagai bentuk keonaran demi kesenangan sesaat.

Dalam laporan, orang-orang itu mengatakan bahwa semua lampu padam dalam beberapa saat dan disusul oleh suara tembakan yang saling bersahutan. Namun jika Haruto lihat keadaan tempat penyerangan, tak ada satupun bekas tembakan yang mereka maksud.

Bahkan salah satu bawahannya mengatakan bahwa saluran listrik disana masih dalam keadaan yang sangat baik.

Beberapa polisi wanita pun sempat mewawancarai mempelai wanita yang masih menangis tersedu-sedu akan menghilangnya sang mempelai pria. Mereka sama-sama dibuat bingung kala mempelai wanita itu mengatakan bahwa ia tak tahu suaminya yang tiba-tiba menghilang meski ia berada tepat disampingnya.

Sungguh, mereka sudah hampir mengabiskan setengah hari untuk mencari-cari apapun yang bisa mereka bawa pulang untuk penyelidikan. Namun sama sekali tak ada yang harus mereka bawa dari sana. Semuanya terlihat normal, seperti tak pernah terjadi apapun sebelumnya.

"Blade..."

"Blade?" beo Haruto mendengar Asahi yang merupakan Inspektur Senior itu baru saja bergumam.

Asahi mengangguk, "Kasus-kasus aneh kayak gini biasanya ulah dari Blade... Dulu pernah sekali mereka hampir ketahuan, kepolisian sampe interpol pun cuma bisa dapet identitas sebatas nama samaran aja."

Haruto terdiam sejenak, "Mereka komplotan?"

"Pasti. Kalo Blade cuma individu identitasnya nggak bakal sesulit ini dicari." jelas Asahi.

"Mereka itu sebenernya apa? Cuma penjahat onar? Teroris? Atau bahkan mafia?" tanya Haruto yang kurang mengerti akan keberadaan Blade.

"Kurang yakin, mereka bisa dibilang teroris bahkan penjahat gabut karena emang nggak ketebak alurnya. Tapi, yang gue yakinin mereka gerak di dunia gelap..." jelas Asahi mengeluarkan opininya.

"Kok bisa nggak ketahuan? Mereka punya orang dalem kah sampe saksi-saksinya tutup mulut? Setau saya, dunia gelap itu luas dan pasti banyak yang kenal. Secara masih banyak orang yang bergelut di bisnis kayak gitu..." balas Haruto.

Asahi mengerdikkan bahunya, "Sulit kalo kasusnya berhadapan sama Blade... Kepolisian sampe interpol pun kadang bisa angkat tangan kalo lagi berhadapan sama kasus Blade..."

DO ITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang