24. Membuka Peti Mati

13 0 0
                                    

Kami tidak terlalu terkejut sekarang karena kami tahu triknya, lift membawa ruangan ini ke atas tanpa suara saat kami berbicara.  Yang mengejutkan kami semua adalah terbuat dari apa peti mati itu.  Jumlah batang kayu nanmu yang digunakan untuk membuat peti mati ini bernilai lebih dari sepotong perak seukuran manusia.  Tapi mengapa sesuatu yang berharga ini ditempatkan di ruang telinga?

Jika ruang telinga menampung ini, maka makam utama mungkin berisi peti mati yang terbuat dari emas murni.
Siapa yang bisa memahami logika orang yang membangun makam ini?  Tempat itu bertentangan dengan akal sehat.  Tidak hanya Feng Shui dan penempatannya yang terganggu dan kacau, tetapi banyak jebakan cerdik telah dipasang di mana-mana di dalam makam.  Namun mereka tidak memakan korban jiwa.  Apa yang dipikirkan pencipta tempat ini?

Rata-rata tangan perampok kuburan akan terasa gatal tak terkendali saat melihat peti mati, apalagi peti mati seperti ini yang pasti berisi harta karun.  Mata PangZi melotot karena keserakahan dan aku tersenyum, bertanya, "Apa?
Begitu kau melihat peti mati, kau tidak peduli untuk tetap hidup lagi?  Apakah kau sangat ingin melanjutkan dan mengambil beberapa harta karun?"

Aku sedang menyindir, tapi dia menjawab dengan cukup serius.  "Aku adalah seorang yang memiliki hati nurani yang tinggi dan aku tahu apa tugas utama kita saat ini. Kita harus menemukan alat agar kita dapat menggali jalan keluar dari sini melalui langit-langit tempat ini.
Jangan lupa itu!  Kita selalu dapat kembali lagi setelahnya dan mengambil beberapa hal untuk anak cucu."

Merasa geli melihat kerinduan rakus di wajahnya yang sangat kontras dengan kata-kata mulianya, akupun berkata, "Siapa yang tahu jika pintu ini masih ada di sini saat kau kembali? Pintu itu bisa berubah lagi, dan mungkin akan berubah."

Menyouping melambai ke arah kami dan berbisik, "Jangan berkata apa-apa lagi."  Wajahnya begitu serius dan sungguh-sungguh sehingga aku langsung tutup mulut.
Dia mengeluarkan senjatanya sambil bergumam, "Ini bukan peti mati biasa. Ini inkubator mayat."

Aku memandangnya dengan penuh tanda tanya, tapi tanpa penjelasan dia masuk ke ruang telinga tempat peti mati itu dibaringkan.  PangZi dengan cepat meninggalkan pandangan moral barunya dan dengan penuh semangat mengikutinya.  Aku melihat sekeliling koridor, menyadari akan terlalu menakutkan jika tinggal sendirian dalam kegelapan, dan berlari mengejar yang lain.

Ruangan ini tampak persis sama dengan yang baru saja kita tinggalkan, dengan dua buah ular yang terukir di langit-langit serta bukaan melingkar di tengah lantai.  Namun, bejana pemakaman porselen digantikan oleh peti mati raksasa yang terletak tiga kaki dari dinding.

Menyouping mengeluarkan pisau dan memasukkannya ke dalam celah peti mati, menggerakkannya perlahan seolah mencari semacam jebakan.  PangZi mengira dia sedang bersiap untuk membuka peti mati itu, dan berteriak, "Tenang saja! Aku pikir kamu adalah tipe orang yang beretika, jadi kenapa kamu tidak peduli dengan hidupmu sekarang setelah kamu melihat peti mati itu?"  Kemudian dia mengeluarkan lilin dan pergi ke sudut untuk menyalakannya.

"Sialan kau," aku mengumpat.  "Kita hanya punya sedikit udara di sini, dan sekarang kamu tidak menyalakan lilin agar bisa menghabiskannya lebih cepat? Apakah kamu ingin kita semua mati?"

PangZi membalas, "Berapa banyak udara yang bisa hilang hanya dengan membakar satu lilin?
Paling buruk, aku akan bernapas satu atau dua kali lebih sedikit," dan dia menyalakan korek api di tangannya. Begitu nyala api muncul, kami melihat bayangan di sudut ruangan. PangZi biasanya berani tetapi apa yang dilihatnya membuat  dia terjatuh tertelungkup. Aku menyalakan senter dan menggigil.

Di pojok ada seekor kucing kering dan keriput dalam keadaan mumi.  Rongga mata di kepalanya yang besar menatap lurus ke arah PangZi, dan rahangnya terbuka lebar, memperlihatkan sederet taringnya.  Ia telah kehilangan sebagian besar kulitnya dan tampak mengerikan.

Melihat bahwa itu hanyalah seekor kucing mati, PangZi menggumamkan sesuatu yang tidak senonoh, menendangnya ke samping, menyalakan lilinnya, dan berjalan menuju peti mati.  Kita harus berhati-hati, pikirku, semua yang ada di sini melanggar aturan.  Jika ini terus berlanjut, siapa yang tahu apa yang akan kita temukan saat kita sampai di ruang utama?

Menyouping sudah menemukan kunci peti mati dan dengan hati-hati mengerjakannya.  Kami mendengar bunyi klik, tutup peti mati terangkat ke udara, dan keluarlah banjir air hitam.  Kelihatannya menjijikkan dan mengancam tapi PangZi tidak peduli.  Sambil mendorong penutup peti mati ke samping, dia berteriak, "Astaga, ada begitu banyak zombie di dalam benda ini!"

T/N:
Terimakasih buat pembaca setia. Maaf, agak lama update-nya. Sibuk banget di RL.

Catatan sang Penjarah Makam (Daomu Biji) Buku 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang