Keesokan hari setelah kejadian James ditampar oleh Tin, Tin berusaha untuk berbaikan dengan anaknya, ia sangat marah pada malam itu, jadi tidak berpikir dengan jernih.
James terlihat keluar dari kamarnya menggunakan seragam dengan rapi, bersiap untuk pergi ke sekolah.
"James, Daddy minta maaf sudah menampar kamu kemarin. Kamu tau kan maksud daddy agar kamu memberitahu kami jika pulang terlambat, jadi kami tidak khawatir" ucap Tin
James hanya diam tertunduk, ia masih kesal. James memilih untuk tidak berkata apapun karena ia juga dalam posisi yang serba salah. Jika berbicara dan ternyata ucapannya kelewatan batas, ia takut akan ditampar lagi.
James hanya pergi melewati Tin dan bersiap-siap berangkat ke sekolah.
Setelah melihat punggung James yang semakin menjauh pertanda ia sudah berangkat ke sekolah, Tin menggelengkan kepalanya pelan. Tin sudah tak tau lagi harus berbuat apa, menggunakan cara lembut ataupun kasar, semua tidak ada pengaruhnya terhadap James.
***
Saat di sekolah, wajah memar James menjadi perhatian Net. Net dengan panik memegang pipi James yang masih merah itu.
"Ada apa? Kenapa pipimu merah begini?" tanya Net
James menepis tangan Net yang memegang pipinya, "Tidak apa. Kemarin aku terjatuh dan pipiku terkena benda keras jadi masih ada bekasnya hingga hari ini"
"James, aku mengantarmu pulang kemarin hingga lewat dari jam 10 malam. Terakhir kali kita bertemu, tidak ada luka padamu seperti ini. Jawab yang jujur. Apa kamu bertengkar dengan orang tuamu?"
"Sudahlah Net. Anggap saja kau tak pernah melihat memar ini. Aku tidak apa-apa"
Bel untuk memulai pelajaran pertama di sekolah berbunyi yang membuat percakapan antara Net dan James terhenti. Mereka kembali mendengarkan penjelasan guru yang ada di depan kelas. Sesekali Net melihat keadaan James, ia sangat khawatir.
***
Aktivitas bersekolah pun berulang setiap harinya. Hingga waktu istirahat tiba, James duduk di sisi lapangan sambil melihat murid-murid lain bermain sepak bola dan menunggu Net yang sedang membeli es krim.
"Akh" rintih James ketika merasakan dingin di pipinya yang memar akibat Net yang menaruh es krim di pipi itu.
James yang menyadarinya, segera memarahi Net, "Net, apa yang kau lakukan !?"
Net segera duduk di sebelah James, "Maaf, aku melihatmu dari jauh dan kau terlihat memikirkan banyak hal. Wajahmu jelek ketika memasang ekspresi sedih"
Net membeli dua es krim, satu untuknya dan satu untuk James
James berkata sambil menerima es krim yang Net berikan, "Bisa-bisanya kamu bilang wajahku jelek ketika sedih. Dalam ekspresi apapun, wajahku akan terlihat tampan dan bersinar"
Net sedikit terkekeh, "Kalau kau tak mau terlihat jelek, maka tersenyumlah. Berbahagialah, James"
James tak menjawab apapun dan kembali menonton permainan sepak bola yang dilakukan oleh murid lainnya. Murid yang bermain di lapangan itu terlihat sangat antusias dan bola pun tertendang ke berbagai arah.
Hingga salah satu murid menendang bola dengan kencang dan salah arah. Tendangan bola itu mengenai James yang sedang memakan es krim.
Es krim yang dipegang James terjatuh di seragamnya sendiri akibat tendangan bola. James melihat seragamnya yang kotor akibat es krim tersebut dan mencari siapa yang menendang bola tadi dan orang itu adalah teman seangkatannya meskipun beda kelas, bernama Yim.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Can Always Trust Me
FanfictionJames iri kepada teman-temannya yang memiliki Ayah dan Ibu, sedangkan yang ia punya adalah Daddy Tin dan Papa Charn. James malu memiliki dua orang ayah. Meskipun begitu, Tin dan Charn tetap menyayangi anak kandung mereka. Tin yang merupakan pelatih...