Hampir tiga jam, Charn berputar pada pemikirannya sendiri, memikirkan semua kesialan yang telah terjadi padanya.
'Semua yang datang padaku, pada akhirnya akan mengkhianatiku dan pergi. Lebih baik, aku mati saja' pikir Charn
Terbesit pikiran untuk mengakhiri hidupnya dengan menyayat nadi menggunakan pisau yang ada di dapur.
Charn melihat ke arah atas seakan sedang berbicara pada orang tuanya yang sudah terlebih dahulu meninggal dan tenang di alam sana. Charn berkata dengan tangisan dan suara lirih, "Sebentar lagi aku akan menyusul kalian. Tunggu aku di sana ya"
Setelah itu, Charn beranjak untuk ke luar kamar menuju dapur untuk mengambil pisau yang ada di sana.
Saat di depan pintu kamar, Charn sangat terkejut melihat seseorang sedang duduk di sofa ruang tengahnya sedang memainkan handphone.
"TIN!?" tanya Charn ketika melihat Tin di ruang tengah
Selama ini, Tin tidak benar-benar meninggalkan apartemen Charn, ia hanya meninggalkan kamar tidur dan menunggu Charn menenangkan dirinya.
Tin yang mendengar Charn menyebut namanya, ia berkata "Charn, kamu sudah lebih tenang?"
Charn kesal karena Tin tidak mau mendengarkannya, seharusnya Tin pergi dari apartemennya namun kenyataannya Tin tetap di tempat ini.
"Kenapa kamu masih di sini? Ohh, supaya kau dapat menertawakan kebodohanku selama ini? Kebodohanku karena selalu memuji Nawin dihadapanmu bahwa Nawin adalah orang yang baik dan kami sudah merencanakan pernikahan!? Silahkan Tin, silahkan tertawakan kebodohanku" ucap Charn
"Charn, jangan bicara begitu"
Tin mengeluarkan jam tangan milik Charn dari saku celananya dan menaruh di meja yang ada di hadapannya, "Aku ingin mengembalikan jam tanganmu yang tertinggal di rumahku"
Charn menghela napas kesal, "Oke, kamu sudah mengembalikan jam tangan itu, sekarang waktunya kamu pergi dari sini, aku ingin sendiri"
Tin menyandarkan tubuhnya di sofa, "Aku tidak mau pergi"
Charn mengacak rambutnya karena kesal dengan Tin yang sangat keras kepala.
Tin melanjutkan perkataannya, "Tenang saja, aku tidak akan berbicara apapun, aku tak akan mengeluarkan suara dan tetap diam"
Charn melipatkan kedua tangan di depan dada, "Lalu untuk apa kau di sini kalau tak berbicara apapun?!"
"Setidaknya, kamu tau bahwa kamu tak sendirian dalam menghadapi semua ini" jawab Tin
Charn berusaha untuk tidak mengeluarkan air mata. Ia sangat berusaha untuk tidak terlihat lemah di hadapan siapapun lagi.
'Aku ingin terlihat kuat, setidaknya untuk hari terakhir aku hidup' pikir Charn
Setelah Tin berkata seperti itu dan Charn yang masih mengalami perdebatan batin, suasana di ruang tengah sangat hening.
"Tin, kau tau kesalahan terbesarku apa?" tanya Charn memecah keheningan
Tin mengernyitkan dahinya, "Aku tidak tau"
"Kesalahan terbesarku adalah ketika aku berpikir bahwa semua orang berpihak padaku. Aku pikir, dunia baik padaku karena telah menitipkan Nawin setelah kematian ibuku. Aku pikir, dunia baik padaku karena aku sukses dengan memiliki firma hukum pribadi dan orang kepercayaan. Tapi kau lihat sendiri, kan? Pada akhirnya, aku hanya sendirian." ucap Charn
Kemudian Charn mendekati Tin dan menatap tepat di matanya, "Dan kamu tak perlu bicara omong kosong, kamu juga akan seperti mereka yang akan meninggalkanku. Sekarang, keluar dari tempat ini"
KAMU SEDANG MEMBACA
You Can Always Trust Me
FanfictionJames iri kepada teman-temannya yang memiliki Ayah dan Ibu, sedangkan yang ia punya adalah Daddy Tin dan Papa Charn. James malu memiliki dua orang ayah. Meskipun begitu, Tin dan Charn tetap menyayangi anak kandung mereka. Tin yang merupakan pelatih...