Setelah James tidur di firma hukum Charn karena hujan, keesokan harinya, James pulang ke rumahnya Tin.
Dalam perjalanan pulang, pikiran James berkecamuk, ia cukup sedih karena gagal meyakinkan Charn untuk membela Tin, Charn tetap pada pendiriannya agar Tin pura-pura mengaku bahwa ia pembunuhnya dan Charn akan meminta keringanan hukuman.
James takut jika Tin akan kecewa padanya bahwa ia gagal meyakinkan Charn dan tak mengubah apapun, ia tak tau harus berkata apa di hadapan Tin nanti.
Setibanya James di rumah Tin, James heran ketika melihat Tin tidur di ruang depan dalam keadaan duduk dan kepalanya bersandar di meja.
'Kenapa Daddy tidur di sini?' pikir James
Tak berapa lama, neneknya Tin melihat James sudah pulang dan berkata "James, kemana saja kamu kemarin malam?"
James menepuk dahinya, "Oh iya, aku lupa memberitahu kalian. Kemarin aku ke firma hukum Phi Charn"
"Kenapa kamu tidak memberitahu kami? Kamu saja tak punya handphone semenjak tinggal di rumah ini, kami tak bisa menghubungimu. Tin sangat khawatir ketika kamu tak ada di rumah" ucap nenek
James sekali lagi melihat Tin yang masih tidur, "Tapi kemarin Phi Tin marah denganku"
Neneknya Tin memegang kedua tangan James, "James, mungkin selama kamu menginap di sini, Tin terlihat seperti orang yang jahat di matamu, sering gonta-ganti pacar, sering marah padamu, tapi nenek tau Tin yang sebenarnya, dia orang baik. Kemarin Tin sempat mengelilingi daerah ini untuk mencari keberadaanmu karena tak biasanya kamu pergi tanpa pamit, nenek juga tak tau mengapa, tapi Tin terlihat sangat khawatir jika terjadi hal buruk padamu. Nenek sempat menyarankan untuk istirahat dan lanjut mencarimu keesokan hari saja"
Kemudian nenek menunjuk Tin yang tidur, "Dan kau lihat sendiri keadaannya sekarang, ia menunggumu pulang semalaman dan tertidur di sini"
Mendengar kalimat itu, James menunduk dan mulai berlinang air mata
'Kenapa kalian begitu bodoh, Dad, Pa? Kenapa kalian mengkhawatirkan anak sepertiku? Kenapa kalian tetap sayang dan berkorban untuk anak sepertiku?' batin James
Tangisan James tak terbendung lagi, ia tak bisa menahan tangis mengingat semua yang sudah ia alami.
Tin yang mendengar suara tangisan James, ia pun terbangun.
Tin terkejut sekaligus panik melihat James sudah pulang namun dalam keadaan menangis, "James, kemana saja kamu kemarin? Kemarin kan hujan, kamu tidur dimana? Lalu mengapa kamu menangis? Siapa pelakunya?"
Tin membolak-balikkan tubuh James, melihat apakah ada luka di tubuh James atau hal lain yang membuat James menangis.
"Tin, kalau tanya itu satu per satu, James tidak tau mau jawab yang mana duluan" ucap neneknya Tin
James mencoba menenangkan diri dan menghapus air matanya, ia berusaha untuk menjawab, "Maaf Phi, aku lupa pamit ke kalian kemarin. Aku ada di firma hukum Phi Charn, aku berusaha agar Phi Charn mau mendengarkan perkataannya Phi Tin"
Ekspresi Tin yang awalnya khawatir berubah menjadi marah, "Biar ku tebak. Kau tak berhasil membujuknya?"
James hanya menganggukkan kepalanya pelan dan menundukkan kepalanya.
"Tak ada gunanya memanggil Charn sebagai pengacaraku. Bagaimanapun, tak ada pengacara yang mau percaya padaku. Bukan, lebih tepatnya, tak ada pengacara yang berani melawan keluarga Fern" ucap Tin
"Phi, Phi Charn bukan orang seperti itu, aku tau dia. Dia orang yang tepat untuk membela Phi Tin" James berusaha meyakinkan Tin.
Tin mendekat ke arah James, "Lalu yang kau lakukan kemarin apa? Ada hasilnya? Darimana kau tau dia orang yang tepat? Darimana kau tau bahwa dia bukan pengacara seperti pengacara-pengacara lainnya? Kau hanya menyia-nyiakan waktumu"
"Phi, aku tak bisa memberitahu alasan mengapa aku bisa bilang Phi Charn adalah orang yang tepat, aku beritahupun Phi tak akan mengerti. Bisakah Phi percaya padaku tanpa alasan? Tolong beri kesempatan satu kali lagi pada Phi Charn"
James tak tau lagi harus bagaimana, ia tak peduli perasaannya saat ini, ia tak peduli dengan status daddy dan papa nya, ia tak mau memikirkan hal lain, yang James inginkan hanya keadaan menjadi lebih baik.
"Tin, dengarkan kata James. Kalau bukan Charn, siapa lagi yang bisa menjadi pengacaramu, berikan Charn kesempatan lagi" ucap nenek
Tin berpikir sebentar lalu berkata, "Nek, tapi...."
"Tin.." Neneknya Tin memotong perkataan Tin, tanda bahwa neneknya tak ingin mendengarkan alasan apapun dari Tin.
Tin menganggukan kepalanya, "Oke, aku akan membiarkan Charn menjadi pengacaraku, aku akan memikirkan cara agar Charn mau mendengarkan pernyataanku"
***
Suatu hari, Charn kembali datang ke rumah Tin untuk berdiskusi tentang kasus Fern. Mereka hanya berdiskusi berdua karena asisten Charn yaitu Wit tidak ikut sedangkan nenek dan James sedang melayani pelanggan di tempat makan.
Charn memulai percakapan, "Tin, setelah aku berpikir dan terus berpikir, sepertinya kau tak harus pura-pura mengaku bersalah."
Tin mulai tersenyum, ia berpikir bahwa bujukan James pada malam itu cukup berpengaruh.
"Lalu apa strategimu dalam kasus ini?" tanya Tin
Charn tersenyum dan berkata, "Kita cari orang lain, orang yang sedang sangat membutuhkan uang, setidaknya untuk menghidupi keluarga dia lalu kita berikan banyak uang ke orang itu"
Tin tidak mengerti arah pembicaraan Charn, "Apa maksudmu?"
"Kau masih tidak mengerti? Ketika kita memberikan dia uang, dia harus membalas kebaikan kita. Dia harus mengaku bahwa dia yang membunuh Fern pada malam itu. Kita jadikan dia kambing hitam dalam kasus ini."
Tin marah pada Charn, "Kau sudah gila, Charn"
"Lebih gila mana dengan dunia ini? Tin, dengarkan aku. Bagaimanapun juga, keluarga Fern ingin mencari pembunuh anaknya, orang seperti mereka tidak peduli dengan kebenaran, mereka hanya ingin menyalahkan seseorang atas kematian anaknya"
Tin berdiri dari tempat duduknya, "Charn, bagaimana bisa pengacara bersikap seperti itu? Bukankah kita harusnya memperjuangkan kebenaran dan keadilan?!"
Charn ikut berdiri untuk menyeimbangkan keadaan, "Tin, dulu aku punya pemikiran yang sama denganmu. Mengejar keadilan, melindungi orang yang lemah tapi pada akhirnya aku tau, aku hanya seorang pengacara yang kecil. Aku tidak mungkin bisa mengubah dunia ini. Dunia ini penuh kekejaman, dan aku hanya mengikuti arusnya. Melawan orang yang memiliki banyak uang dan kekuasaan bukan hal yang mudah"
Tin mengepalkan tangannya, ia benar-benar berusaha menahan emosi agar tangan tersebut tidak memukul Charn.
Charn berkata lagi, "Menurutmu, mempertahankan kebenaran dan moral sepertimu ini, bisa membuatmu menang? Kukatakan padamu, semua masalah yang ada di dunia ini berasal dari ketidakadilan di masyarakat. Kau pikir kau siapa bisa menyelesaikan masalah ini? Ini adalah hukum alam di masyarakat, kita hanya bisa menerima dan belajar mendapat keuntungan darinya"
Charn mendekat ke arah Tin, "Kalau memang kau tak suka dengan saranku, kalau tak suka dengan pemikiranku, apa yang bisa kau lakukan untuk bebas dari tuduhan ini?"
Tin dengan ekspresi marah dan masih mengepalkan tangan, ia hanya terdiam.
Charn tersenyum meremehkan, "Lihat? Kau tidak bisa menjawab pertanyaanku karena kau tak bisa melakukan apapun"
Kemarahan Tin semakin memuncak, perasaannya semakin kacau, Tin berkata, "Aku tak butuh pengacara sepertimu. Keluar dari sini dan aku berharap kita tak akan bertemu lagi"
*
**
***
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
You Can Always Trust Me
FanfictionJames iri kepada teman-temannya yang memiliki Ayah dan Ibu, sedangkan yang ia punya adalah Daddy Tin dan Papa Charn. James malu memiliki dua orang ayah. Meskipun begitu, Tin dan Charn tetap menyayangi anak kandung mereka. Tin yang merupakan pelatih...