Tanpa Tin dan Charn sadari, James melihat semua perdebatan mereka dan James ikut menangis melihat masa lalu kedua orang tuanya yang sangat pilu.
Dengan air mata yang masih mengalir, James melangkahkan kaki ke arah Daddy dan Papanya lalu memeluk mereka
Beberapa saat kemudian, Charn sudah lebih tenang daripada sebelumnya.
Kini mereka bertiga duduk di sofa yang ada di ruang tamu.
"Tin.. James.. kalian masih ingat dengan kasus Desa Ban Dong Pan sekitar tujuh atau delapan tahun yang lalu? Mengenai pejabat yang mengusir warga desa di tempat itu" tanya Charn
Tentu saja pertanyaan Charn membuat James bingung. Bukan tentang masalah ingat atau tidak, James tidak tau sama sekali mengenai kejadian itu karena sangat jauh dari waktu ia dilahirkan jadi James hanya diam.
"Berita mengatakan, pejabat negara sudah sepakat dengan kapitalis. Jika warga desa pergi dari tempat itu, maka pejabat negara akan mengubah surat tanah menjadi milik kapitalis, kan?" jawab Tin
Charn mengangguk pelan, "Warga desa tidak setuju, lalu terjadi perdebatan. Pemimpinnya adalah seorang pengacara baru yang ramah"
James menunjuk Charn, "Phi... jangan katakan bahwa..."
"Aku adalah pengacara itu" ucap Charn memotong pembicaraan James
Tin dan James terkejut hingga tak dapat berkata apapun
Charn melanjutkan perkataannya, "Tapi, aku benar-benar bodoh karena berpikir semua warga desa berada di pihak yang sama denganku. Ternyata kepala desa serta beberapa warga berkhianat dan bekerja sama dengan pejabat yang akan mengusir kami dan ibuku menjadi korbannya. Itu juga sebab mengapa saat aku pertama kali bertemu dengan kalian, aku tidak mempercayai hukum dan keadilan. Aku menganggap bahwa dunia ini jahat"
Charn meraih kalung berliontin cincin yang tersemat di leher Tin, "Dan kalung ini adalah kalung milik ibuku. Maka dari itu, kalung ini sangat berharga bagiku"
"Tapi kenapa papa.. ehm, bukan.. Phi Charn memberikan kalung itu pada Phi Tin?" tanya James
"Karena Tin juga berharga bagiku. Awalnya, ketika aku memilih untuk meninggalkan Tin, aku memberikan kalung ini agar setidaknya ia akan selalu merasa dekat denganku meskipun kami tidak bersama lagi sama seperti aku merasa dekat dengan ibuku meskipun kami tidak bersama lagi" ucap Charn sambil mengusap air mata yang sempat mengalir di pipinya
Charn menyandarkan tubuhnya di sofa, ia sedikit mendongak ke atas seakan mengingat-ingat masa lalunya, "Beberapa tahun setelah itu, aku membangun firma hukumku dibantu oleh Phi Wit dan seperti yang kalian tau, Phi Wit juga mengkhianatiku, untung saja pada saat itu ada James yang membantuku"
James tersenyum dan dengan bangga ia berkata, "Tentu saja. Anak siapa dulu dong"
"Memangnya anak siapa?" tanya Charn
"Hah?" ucap James terkejut karena keceplosan lagi
"Hah?" ucap Charn kebingungan
"Hah hoh hah hoh aja kalian ini" Tin berkata dengan kesal karena obrolannya menjadi aneh
"Arghh.. lupakan saja" ucap James
Tatapan mata Charn kembali sendu saat ingin melanjutkan cerita masa lalunya, "Dan... Nawin..."
Tin segera meraih dan menggenggam tangan Charn, Tin menggelengkan kepala pelan seakan meminta Charn untuk tidak mengingat itu lagi.
James sebenarnya sudah diceritakan oleh Tin di hari dimana Nawin hampir melakukan hal buruk ke Charn namun James berusaha untuk tidak mengungkit itu di hadapan Charn karena tau Charn trauma karena kejadian tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Can Always Trust Me
FanfictionJames iri kepada teman-temannya yang memiliki Ayah dan Ibu, sedangkan yang ia punya adalah Daddy Tin dan Papa Charn. James malu memiliki dua orang ayah. Meskipun begitu, Tin dan Charn tetap menyayangi anak kandung mereka. Tin yang merupakan pelatih...