"Tin, tidak ada yang mencintaiku lagi. Semua orang sudah pergi"
Tin meraih kedua tangan Charn, "Pasti ada orang yang mencintaimu"
Charn meremehkan perkataan Tin, "Coba kau katakan, orang bodoh mana yang akan mencintaiku?"
Keheningan sempat terjadi di antara mereka hingga Tin berkata, "Jika menurutmu orang yang mencintaimu adalah orang yang bodoh, maka aku bersedia menjadi orang bodoh itu"
Mendengar perkataan Tin membuat Charn tertawa karena berpikir Tin hanya membual
"Tin, kau tak perlu bohong seperti itu" ucap Charn
Tin tersenyum ketika melihat Charn tertawa, "Teruslah tertawa seperti itu Charn, jangan biarkan kesedihan terpancar di wajahmu dalam waktu yang lama"
Tin mengeratkan genggaman tangannya dengan Charn, "Aku yakin kamu bukan orang yang jahat. Aku tak tau seberapa banyak hal mengerikan yang telah kamu lalui hingga sampai di titik sekarang ini tapi aku hanya ingin kamu tau bahwa kamu tidak sendiri"
"Tin, kalau kamu bertindak dan berkata seperti itu karena kasihan denganku, lebih baik tidak perlu. Aku tidak ingin dikasihani"
Tin tidak menjawab perkataan Charn namun Tin menarik tangan Charn untuk duduk sebentar di bangku taman dengan harapan agar Charn memiliki lebih banyak waktu untuk menenangkan diri.
Mereka duduk sambil menikmati angin yang menerpa wajah mereka. Bunga-bunga dan daun-daun berguguran dari pohon di sekitar mereka seakan ikut menghiasi suasana.
Tin melihat ke arah Charn yang ada di sebelahnya, "Jika kamu butuh tempat untuk bersandar, bahuku selalu siap"
Charn yang sudah mulai tenang, hanya tersenyum dan mengangguk ketika mendengar perkataan Tin.
Saat langit sudah mulai gelap, Tin mengantar Charn kembali ke apartemennya.
"Aku pulang dulu, Charn" ucap Tin setelah mengantar Charn pulang
"Iya, hati-hati dalam berkendara, Tin"
***
Tin sudah kembali ke rumahnya beberapa menit yang lalu. Kini Charn berada di kamar tidurnya sedang duduk di atas kasur. Untuk kesekian kalinya, Charn merasakan kesepian.
Berada dalam keadaan sendiri di apartemen setelah banyak hal mengerikan menimpanya membuat Charn berpikir terlalu jauh.
'Tadi Tin hanya menyemangatiku, kan?'
'Dia pasti tidak serius dalam perkataannya'
'Tin melakukan itu agar dia tidak merasa bersalah kalau harus meninggalkanku dalam keadaan ketakutan'
'Tidak mungkin dia benar-benar peduli. Tin hanya kasihan padaku'
'Bisa saja hari ini adalah hari terakhirku bertemu dengan Tin. Pada akhirnya, dia akan fokus pada kehidupannya sendiri'
Sorot mata Charn menjadi sendu, 'Dan aku akan sendirian lagi'
Ddrrrtttttttt... Ddrrrtttttttt....
Getaran handphone Charn menyadarkannya dari lamunan dan segala pemikiran liarnya
Charn terkejut ketika melihat nama orang yang menghubunginya, ternyata orang itu adalah Tin yang membuat panggilan video call
'Haiii !!' ucap Tin dengan semangat ketika Charn mengangkat video call
Tin menghubungi Charn saat dia sudah ada di kamarnya
"Kenapa kamu menghubungiku?" tanya Charn
'Aku hanya ingin berbincang supaya kamu juga tidak kesepian. Kamu sedang apa?' tanya Tin
KAMU SEDANG MEMBACA
You Can Always Trust Me
FanfictionJames iri kepada teman-temannya yang memiliki Ayah dan Ibu, sedangkan yang ia punya adalah Daddy Tin dan Papa Charn. James malu memiliki dua orang ayah. Meskipun begitu, Tin dan Charn tetap menyayangi anak kandung mereka. Tin yang merupakan pelatih...