Cup..
Cup..
Luhan terkejut karena wajahnya terus menerus di kecup seseorang sampai akhir nya dia terbangun dan berapa kaget nya dia saat melihat Calvin yang menatap tersenyum kearah nya dengan keadaan masih berbaring di atas kasur.
"Kau! Apa yang kau lakukan tadi!? Pekik Luhan. Anak itu terduduk dari posisi berbaring nya. Tapi Kepala nya terasa pusing.
"Ada apa adik? Kau tak apa hm?" Tanya Calvin. Pemuda itu mengelus kepala Luhan tapi langsung di tepis oleh sang empu.
"Tentu saja tidur bersama adikku yang manis ini. Memang apa lagi," Ujar Calvin santai pemuda itu beranjak dari kasur dan pergi keluar kamar. Meninggalkan Luhan yang tengah bagong karena kejadian tadi.
Akhirnya anak itu memilih masuk ke kamar mandi untuk bersiap ke sekolah.
Menghela nafas pelan Luhan menatap tampilan dirinya di cermin kamar mandi terlihat badan putih mulus tanpa ada cacat itu terlihat sangat indah tangan nya bergerak merapikan surai hitam legam milik nya. Ah ralat surai milik tubuh Luhan.
"Aku tak tau di mana jiwa mu berada Luhan tapi akan aku pastikan akan membawa kebahagiaan di dalam kehidupan mu," Luhan keluar dari kamar nya dan mulai mengenakan seragam sekolah nya.
Luhan menuruni tangga dengan langkah lesu entahlah dia sangat malas untuk sekolah hari ini tapi jika tetap di mansion dia akan merasa bosan.
"Maaf saya datang terlambat," Ujar Luhan sedikit membungkuk di hadapan mereka. Terlihat semua anggota keluarga Columbus sudah berkumpul di sana.
Luhan mengambil tempat duduk agak jauh dari mereka semua tapi baru saja duduk. Kursi yang ia duduki malah di Tarik seseorang yang membuat kursi dan dirinya langsung duduk berdekatan dengan Charles pelaku penarikan kursi nya.
"Jangan jauh jauh adik," Charles mengecup pipi Luhan singkat. Membuat anak itu memutar bola malas.
"Luhan tidak bisakah kau tidak mengunakan bahasa formal mu. Kami ini keluarga mu jadi bersikap lah seperti sebuah keluarga seperti umum nya," Ujar Robert menatap datar Luhan. Dia tidak suka saat putra bungsunya menggunakan bahasa formal nya pada mereka karena bagaimana pun Luhan tetaplah darah daging nya.
"Maaf tuan tapi saya tidak bisa. Karena dari dulu saya sudah terbiasa dengan Bahasa formal," Ujar Luhan datar. Anak itu mulai memakan makanan nya dengan tenang.
Prang...
Luhan menatap datar kearah Cronus yang baru saja membanting gelas ke lantai.
"Jangan menguji kesabaran kami Luhan. Hentikan menggunakan bahasa formal mu. Karena kami adalah keluarga mu bukan orang asing," Cronus dibuat sangat geram dengan tingkah adik Bungsunya itu.
"Tidak tuan. Saya sudah katakan bukan saya sudah biasa menggunakan kata formal jadi saya akan tetap seperti ini," Luhan tetap kekeh. Katakanlah anak itu keras kepala karena memang itu faktanya.
Fransen itu keras kepala dan tidak bisa terbantahkan.
Robert menghela nafas pelan. sungguh keras kepala sekali anak itu apa tidak cukup hukuman kemarin yang ia berikan pada anak itu.
Charles memeluk Luhan dari samping pemuda itu menumpu kepala nya di bahu anak itu. "Hey adik, jangan keras kepala. Kakak tau kau tidak terbiasa tapi cobalah untuk mulai melakukan nya karena kau itu Keluarga kami. Kau bukan orang asing yang menumpang tinggal di sini," Ucap pemuda itu lembut.
Mereka semua terpaku mendengar penuturan Charles pemuda itu tidak pernah berbicara lembut sebelumnya selalu saja berbicara tegas dan penuh kemarahan.
"Akan saya usahakan tuan muda, karena semua rasa sakit hati dan kebencian serta caci maki yang selalu kalian beri kepada saya. Semua itu tidak lah muda untuk di maafkan," Ujar Luhan santai namun membuat mereka semua bungkam dan mata menyorot dalam manik biru laut milik anak itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝕯𝖆𝖓𝖌𝖊𝖗𝖔𝖚𝖘 𝕷𝖚𝖍𝖆𝖓
FanfictionFransen De Corlius... Pemuda berdarah Dingin dengan raut wajah yang selalu datar dan dewasa. Seorang ketua mafia dari Hurgronje mafia milik Daddy nya yang sekarang berada di bawah kendalinya Pemuda yang hidup selama 18 tahun tanpa emosi di dalam dir...