"Bagaimana? " Tanya Robert pada seorang dokter laki laki.
"Baik, kondisi nya baik Luka nya tidak terlalu parah," Robert hanya berdehem singkat. Dokter itu keluar dari kamar yang kini hanya menyisakan Robert, ketiga putra nya, dan Jex, serta Luhan yang saat ini tertidur.
Tangan kekar Robert mengelus dahi Luhan yang tampak panas itu karena setelah tadi mereka menghukum nya tadi malam dan kini anak itu terserang demam. "Daddy," Lirih anak itu pelan dengan mata melek dia menatap kearah Robert yang menatap nya datar.
"Ada apa, tidur lah lagi badan mu panas," Luhan menggeleng tangan mungil nya menggenggam kuat tangan besar Robert membuat Senyum tipis terbit di sisi bibir Pria itu.
"Lalu kau mau apa, tak cukup hukuman semalam hingga kau ingin membantah," Ujar Cronus dingin.
Luhan menggelengkan kepala nya di tidak ingin di hukum lagi karena hukuman kemarin cukup menyakitkan.
"Tidur Luhan," Tekan Robert pria itu menahan bahu Luhan karena anak itu akan duduk.
"Tidak bisa. Aku tidak bisa tidur lagi," Bentak Luhan dengan suara bergetar membuat mereka semua menatap tajam kearah nya.
"Mau Daddy hukum lagi Luhan." Itu suara Robert terdengar mengintimidasi membuat Luhan menggeleng brutal.
"Ya Udah kalian keluar saja, biarin aku dan Jex di sini," Jex yang namanya di sebutkan melotot kaget apalagi saat melihat tatapan intimidasi ketiga putra Robert yang lain bagai laser yang siap menembus kepala nya saat itu juga.
"Yasudah kalau begitu,"
"Daddy! "
"Apa?" Robert menaikan sebelah alis nya saat ketiga putra nya menyentak ucapan nya barusan.
Luhan berdecih sinis dia mengerucutkan bibir nya saat melihat betis kaki nya penuh luka cambuk. Dia beralih menatap Jex yang juga menatap nya dengan was was apalagi saat melihat senyum manis terbit di kedua sisi bibir anak itu.
"Jex, duduk sini. Aku ingin di pangku," Seru anak itu membuat Cronus mengepalkan tangan nya kuat apalagi melihat Adik bungsunya itu dengan santai memberikan senyum manis nya pada bawahan Robert itu.
"Daddy menyuruh mu tidur Luhan bukan bermain," Sentak Robert.
Luhan memiringkan kepala nya. "Aku tidak bermain aku hanya ingin di pangku," Ucap anak itu polos, merentangkan kedua tangannya kearah Jex yang saat ini berdiri tepat di hadapan nya. Dengan ragu Jex akan mengangkat badan Luhan tapi Cronus lebih dulu menarik adik nya membawa Luhan ke gendongan koala nya. Enak saja pikirnya. adik nya harus bermanja dengan nya.
"Turun Kan aku. Aku ingin di gendong Jex," Luhan berontak dari gendongan Cronus. Tapi kakak sulung nya malah bertambah memeluk nya.
"Jangan berulah Luhan. Kau belum sembuh, Jex pergilah." Jex mengangguk dengan ucapan Robert dan beranjak keluar dari kamar.
"Berulah apa. Aku hanya ingin di pangku," Dengus Luhan mengerucutkan bibir nya. Cronus menghela nafas tangannya mengelus surai sang adik. Menyandarkan kepala anak itu ke dada bidang nya.
"Keluar, aku ingin keluar Kakak," Ucap Luhan yang kini menegakkan kepala nya. Membuat mereka semua menghela nafas padahal sedari tadi Crouch tak henti hentinya menimang anak itu agar kembali tertidur tapi nihil bocah itu malah semakin segar.
"Keluar kemana? Kau masih demam sayang," Robert masih berujar datar berusaha menekan emosinya yang akan meluap melihat tingkah keras kepala bungsunya itu.
"Cik. Semua gak boleh, kalau gitu lebih baik aku menerima tawaran Damian saja untuk tinggal bersama nya," Kata Luhan yang terlanjur kesal di buatnya. Membuat mereka semua mengeraskan rahang.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝕯𝖆𝖓𝖌𝖊𝖗𝖔𝖚𝖘 𝕷𝖚𝖍𝖆𝖓
FanfictionFransen De Corlius... Pemuda berdarah Dingin dengan raut wajah yang selalu datar dan dewasa. Seorang ketua mafia dari Hurgronje mafia milik Daddy nya yang sekarang berada di bawah kendalinya Pemuda yang hidup selama 18 tahun tanpa emosi di dalam dir...