Cahaya meredup tapi terkesan terang dengan meja bundar besar berada kokoh di tempat nya dengan di kelilingi para pria yang tampak menampilkan wajah datar nan dingin masing-masing. Tak ada guratan lain di wajah ke lima pria itu. Ruangan itu juga hanya diisi oleh keheningan dan aura intimidasi yang pekat membuat Para bawahan mereka nampak berdiri tegap di sisi mereka masing-masing sedikit kesulitan mengatur nafas karena aura tak bersahabat yang di keluarkan para atasan mereka.
"Damian Damante, kembali bergerak setelah sebelumnya merenggut satu orang dari keluarga kita. Sungguh berani nyali nya untuk habis kedua kalinya," Ujar Joseph penuh penekanan. Dalam diam Robert dan ketiga putra nya juga menahan hasrat ingin membunuh pria tua itu sekarang juga.
"Jangan gegabah karena pria tua itu bermain licik, dan kalian tau sendiri bukan prinsip keluarga Columbus.. "
".. Bermain di belakang layar," Lanjut Joseph. Tangan nya mengapit nikotin dan mulai menyesap nya. Menghembuskan pelan sehingga asap asap putih pekat mengepul keluar dari mulut nya dan mengudara.
"Jex, beri pria tua itu peringatan terlebih dulu. Sebelum kita semua bermain yang sebenernya pada nya, bukan kah kita harus memberikan sebuah hadiah sebelum hari H?" Jex mengangguk tegap mendengar penuturan dari Robert. Pria dewasa itu mulai mengetik sesuatu pada sebuah Laptop yang tertata canggih di atas meja bundar itu. Tak lama sebuah hologram mulai menyala di atas meja.
"Van Terme," Ujar Jex. Sebuah gedung pencakar langit yang terlibat di cahaya hologram itu meledak dahsyat bahkan puing puing mahal gedung itu melebur.
"Sisakan aku para bawahan yang selamat dari gedung itu, mencabuti jantung mereka satu persatu. sepertinya seru," Ucap Calvin menyeringai setan. Wajah rupawan pemuda itu terlihat sangat berbeda saat ini. Terkesan mutlak, misterius, dan sangat berbeda dari biasanya. Wajah itu terlihat sangat di segani saat ini. Mata yang menyorot tenang namun menghanyutkan. Tak ada wajah tengil, tak ada wajah yang tempramen dan tak ada raut tawa yang selalu menguar saat bersama Luhan. Calvin berubah drastis.
"Jangan kan para hama itu, kau juga bisa mendapatkan pria tua bangkotan itu, Calvin." Calvin terkekeh pelan mendengar penuturan Charles yang duduk tepat di sebelah nya.
"Bukan kah ini sedikit membingungkan, karena yang aku tau kita semua sangat ingin menyiksa pria tua itu. Lalu bagaimana kalian membiarkan aku saja yang memutilasi nya? Agar tidak terlalu membingungkan," Cronus mencengkram kerah Calvin. Pemuda itu tersenyum miring melihat wajah adik ketiganya itu.
"Kau masih terlalu muda untuk mendahului semua rencana yang kakak sudah rencanakan untuk membuat pria tua itu tunduk di hadapan ku, Calvin. Jadi bersikaplah hormat pada kakak mu ini," Cronus melonggarkan cengkraman nya pada kerah Calvin. Bisa ia lihat wajah Calvin menggelap.
"Cik. Aku tak Peduli walaupun kau itu lebih tua dari ku tapi aku yang akan tetap membunuh pria bangkotan itu," Calvin tetaplah Calvin. Pemuda keras kepala itu menatap santai Cronus dengan santai menegak Vodka milik nya.
"Keras kepala dan batu," Ujar Robert angkuh. Pria itu menaikkan kaki nya ke atas meja. Dengan sorot mata tajam nya menatap layar Hologram tepat di hadapan nya.
"Peringatan ini sungguh indah bukan, meledakan satu pusat kejayaan Damian Damante." Kilah Robert terkekeh angkuh.
"Veronica. kau sudah tau bukan akan tugas mu setelah ini?" Ujar Robert beralih pada kartu AS Joseph. Wanita muda dengan wajah dingin nya itu nampak mengangguk tegas. Dan mulai mengetik sesuatu di layar Tablet yang tepat berada di tangannya sedari tadi.
"Berita hoax tentang korupsi dan penipuan di pusat besar perusahaan milik Damian sudah tersebar, hanya tinggal menunggu para wartawan menyerbu Pria bangkotan itu," Ujar Veronica, tegas. Wanita dengan belahan dada terbuka itu nampak menaruh tablet yang ia pegang tadi ke atas meja tepat di hadapan Robert.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝕯𝖆𝖓𝖌𝖊𝖗𝖔𝖚𝖘 𝕷𝖚𝖍𝖆𝖓
FanfictionFransen De Corlius... Pemuda berdarah Dingin dengan raut wajah yang selalu datar dan dewasa. Seorang ketua mafia dari Hurgronje mafia milik Daddy nya yang sekarang berada di bawah kendalinya Pemuda yang hidup selama 18 tahun tanpa emosi di dalam dir...