NANAZKA

4. Hanna vizah

💙Happy Reading💙

~Markas cabang militer dunia

Alin dan nana berjalan di lorong markas menuju ruang pelatihan.

"Kak alin sampe kapan di sini? Gak balik ke french?" tanya nana.

"Masih ada 1 misi lagi... Ntar juga balik kok"

Nana mengangguk paham.

•••

Alin memang sudah berganti status kewarganegaraan nya di negara perancis karena ikut bersama sang suami sintingnya itu bekerja sebagai ilmuwan.

Sinting? Yaaa jangan terkejut, karena seorang alin yang normal nan waras ini telah menikah dengan pria sinting bernama avandrelio (avan) yang merupakan kembaran dari alanderio (alan), suami dari diva.

Keduanya bahkan memiliki anak yang baru berusia 10 bulan bernama Kayra shania. Tanpa marga karena keluarga avan memang tidak memiliki marga khusus.

•••

Ceklek

Ruangan itu kosong.

"Dimana semua orang?" tanya nana.

Biasanya ruangan ini di penuhi orang-orang yang berlatih sebelum mendapatkan misi, namun tiba-tiba saja terasa sunyi.

"Mereka semua berlatih di lapangan pasukan 9" jawab alin.

Seketika nana merinding mendengar kata 'pasukan 9'. Pelatihannya adalah neraka bagi siapapun di pasukan militer.

"Jangan bilang, kak ve ada di sini?!"

Alin mengangguk menjawab pertanyaan nana.

Nana terkejut karena ia sudah lama tidak mendengar kabar pemimpin pasukan 9 itu.
"Mengejutkan" gumamnya.

"Oh ya?" bisik seseorang di telinganya.

Nana reflek menendang orang itu dan menjauh agar mendapat jarak.

"Oh my god! Itu bukannya gerakan andalannya diva? Nana hebat banget" puji ve yang tiba-tiba muncul.

Nana melotot tak percaya ternyata orang yang berbisik tadi itu adalah seniornya.
"Eh eh maaf kak, gak sengaja tadi hehehe... btw makasih pujiannya"

Alin menggeleng menatap tingkah kedua orang itu.
"Ve!"

Ve menoleh ke arah alin.

"Gue serahin anak nakal ini sama lo! Duluan ya" setelah mengatakan itu alin pun keluar dari ruangan itu dan mengunci mereka dari luar.

"Tunggu dulu! Maksudnya aku, sama kak ve?......." nana menatap ve dengan bingung.

"Yap! Selamat menjalani hukuman pixie"

"TIDAAAAAAAAAAKKKKKK"

Oke abaikan itu, kita beralih ke scene yang lain.