18. Gaun prom

151 10 4
                                    

💙Happy Reading💙

Masih di lokasi yang sama, nana, mara dan zena masih berbincang hangat sambil menikmati secangkir teh di tepi pantai.

Sedangkan zaren dan varen sedang bermain istana pasir di awasi oleh bodyguard dari kejauhan.

"Kalian udah nemu sesuatu tentang rencana kita?" tanya zena.

"Gue udah selidiki tentang masa lalu nyokap lo, tapi info nya terlalu sedikit... jadi kayaknya gue harus minta tolong kak hanna buat retas informasi nya... selain itu, lo bisa cerita gak tentang keluarga dari nyokap lo?" tanya nana.

Zena menghela napas.
"Nenek gue meninggal waktu gue umur 2 tahun, tepat sehari setelah pertemuan pertama gue dengan nenek gue... alhasil keluarga nyokap gue nyalahin gue dan nganggap gue anak pembawa sial"

"Yaaa itu gak masuk akal... takdir emang kejam" ujar mara.

Zena mengangguk setuju.
"Setelah nya nyokap gue gak pernah lagi ngajak gue buat berkunjung ke rumah itu... kakek gue bener-bener murka sejak kelahiran gue yang tanpa ayah dan kematian nenek gue menambah kebencian nya"

"Jadi, gue bisa menyimpulkan kalo lo sama sekali gak dekat ataupun mengenal keluarga nyokap lo dengan baik?" tanya nana.

Zena mengangguk.
"Even ketemu sepupu gue juga gak pernah"

"Hmmmm dari sini gue sadar kalo ternyata nyokap lo juga gak sekalipun kasih tau tentang kehamilannya sama keluarga besar nya" ujar mara.

"Berarti mereka juga gak punya info apapun mengenai bokapnya zena" ujar nana.

"Jadi satu-satunya nya cara cuma itu, ya?" gumam zena.

"Ya! cuma itu" ujar mara dengan yakin.

"Keliatannya lo emang gak punya pilihan lain" ujar nana.

Dari kejauhan zaren dan varen mendengar percakapan ketiga gadis yang serius itu meski tangan mereka tetap bergerak membuat istana pasir.

"Mereka merencanakan sesuatu" ujar varen.

"Kedengarannya seru" ujar zaren.

Kedua bocah itu pun saling menatap satu sama lain.

"Ayo awasi mereka" ucap mereka bersamaan.

.
.
.

~Keesokan harinya di sekolah

"Njir" gumam mara dan zena.

"Kalian kenapa?" tanya nana.

Saat ini azka dkk menghadap di depan nana dengan wajah penuh lebam, kaki pincang, bahkan tangan bara, deo dan fajar tampak di gips entah karena apa.

"Bukannya kalian berdua semalam di hukum sama kak alin, ya?" tanya nana pada azka dan levan.

"I-iyaa" jawab levan.

Azka membuang muka menatap arah lain.

"Terus? kalo yang di hukum dua kenapa yang bonyok lima?" tanya mara.

"Berantem kali" ujar zena.

"Beneran? Kalian berantem, ya?" tanya nana.

Semuanya kompak menatap arah lain menghindar tatapan tajam nana.

NANAZKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang